Selasa, 20 Agustus 2013

MANUSIA PERTAMA DI JAGAT RAYA LAKI-LAKI ATAU PEREMPUAN ???


KATA PENGANTAR
 

.Pembaca yang budiman.
Sesungguhnya tulisan ini adalah gabungan dari beberapa artikel yang merupakan trobosan pendalaman pemahaman dari sejumlah ayat-ayat mutasyabihaat yang terdapat didalam Kitab Suci Al Qur’an.
Sebagaimana kita ketahui bahwasanya ayat-ayat Suci Al Qur’an terdiri dari 2 kelompok yaitunya ayat-ayat yang bersifat muhkamat (undang-undang, ketentuan dan hukum) dan ayat-ayat yang bersifat mutasyabihaat (kiasan)
Muhkamat adalah seperti ayat 2/183 yang memerintahkan untuk melakukan puasa pada bulan Ramadhan, mulai dari terbit fajar sampailah tenggelamnya matahari.  Perintah seperti itu adalah semacam SOP (standar operating prosedur), satu ketentuan peraturan hukum yang sama sekali tidak boleh di ganggu  gugat pada saat-saat normal.
Sedangkan keterangan ayat 3/59 yang mengatakan bahwasanya kejadian Nabi Isa as adalah sama seperti kejadian Nabi Adam as; begitu pula ayat 22/18 yang menerangkan bahwasanya kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata; adalah ayat-ayat yang bersifatmutasyabihat atau kiasan yang perlu dianalisa dikaji secara lebih mendalam agar ayat-ayat tersebut dapat berguna bagi kehidupan manusia.
Ayat-ayat mutasyabihat atau kiasan itu memerlukan usaha khusus untuk mendalami dan mengembangkan arti dan maksudnya.  Seperti yang telah dilakukan oleh Dr. Rasyad Khalifah dari belahan dunia barat. (hal 4-42)
Untuk menterjemahkan ayat-ayat suci Al Qur’an perlu ilmu nahu saraf atau tata bahasa yang tentu saja telah dimiliki oleh sebahagian orang yang mengerti bahasa Arab.  Meskipun demikian, mengerti bahasa Arab belumlah cukup untuk pendalaman lanjutannya. Untuk darasnya, pendalaman lanjutannya memerlukan tambahan nalar yang lebih mendalam.   Sementara itu terjemahan yang kita kenal selama ini adalah seperti yang telah diakui sendiri oleh beliau-beliau yang telah menterjemahkan ayat-ayat suci tsb, bahwasanya terjemahan yang telah diterbitkan selama ini masih terbatas pada kemampuan tata bahasa yang dimiliki oleh Para Penterjemah itu sendiri.
Hal itu dapat terlihat dari beberapa pengertian terjemahan yang masih berbeda antara satu dengan yang lainnya seperti yang terdapat pada Surat Annaziat yang terdiri dari dua pengertian. (hal 7 -42)
Oleh karena itu Para Penterjemah sendiri telah mengakui bahwa apa-apa yang diterjemahkan dalam tafsir, tidaklah tertutup kemungkinannya untuk dikembangkan lebih lanjut. (hal 25,26,27 - 42)
Sejalan dengan keterangan dari Para Penterjemah itu, maka penulis telah mencoba memberanikan diri mendalami, mengembangkan pengertian bebagai kiasan dari ayat-ayat suci Al Qur’an.  Dimana pendalaman itu telah dilakukan semenjak lebih dari 40 tahun yang lalu dengan berbagai bantuan referensi.  Baik itu keterangan lisan dari para sarjana maupun dari apa-apa yang telah mereka bukukan
Sebahagian dari hasil pendalaman itu akan dijelaskan pada tulisan berikut ini.  Silahkan anda membacanya; merenungkannya dari sudut tauhid, logika, alhaq dan akal; bukan dari sudut rasa dan kebiasaan.  Afala tafakkarun, afala ta’kilun ?.   Apakah engkau tidak memikirkannya dst…….. ; demikian Allah swt telah membuka ruang untuk itu.
Suatu ketika dulu, tersebutlah kisah seekor induk ayam mulai mengerami beberapa telornya.   Oleh sipemilik ayam, sebutir telor itik diletakkan diantara telor yang mulai dierami itu.   21 hari kemudian, menetaslah telor ayam bersama telor itik yang dierami induk ayam itu.
Setelah menetas, sang induk ayam berusaha menggiring anaknya yang baru menetas itu termasuk juga anak itik yang ikut menetas kepinggiran satu kolam karena disitu banyak makanan.   Beberapa saat kemudian, ketika ramai-ramai mengais mencari makan; tiba-tiba seekor anaknya terjatuh kedalam kolam.   Melihat kejadian itu, maka berteriak-teriaklah sang induk ayam cemas anaknya akan mati tenggelam.
Padahal anaknya yang jatuh kekolam itu adalah anak itik dari telor yang sama-sama dieraminya, yang punya alam dan pola pikir berbeda.  Jatuhnya anak itik itu kekolam sebenarnya bukannya terjatuh, tetapi memang menjatuhkan diri kekolam.   Karena sebagai anak itik, dia justru senang bermain diair kolam itu.  Sementara induknya mengira ilmu anaknya (itik) itu sama pula dengan ilmunya yang sangat takut dengan air.  Mungkinkah Penulis sama ibaratkan anak itik ini yang memang punya nalar dan pola pikir yang sedikit berbeda ?.  WaLLahu alam bis sawab.
Walaubagaimanapun, apa yang disampaikan oleh Penulis ini adalah semacam pembuka jalan.   Ibaratkan pada satu desa yang indah, nyaman, tenang tanpa polusi asap kedaraan dengan jumlah penduduk yang tidak seberapa.   Didesa itu ada seseorang (Penulis) yang suka melakukan perjalanan keliling, merantau keluar dari desanya.  Pada perantauan itu, Penulis telah melihat ternyata ditempat lain ada kumpulan orang yang lebih banyak dari penduduk yang ada didesa.
Ditempat lain itu, tempat pertama yang dikunjungi Penulis, disiang hari kendaraan banyak yang lalu lalang, sedangkan dimalam hari kembali sunyi.  Itulah yang namanya Ibu Kota Kecamatan.
Namun, ketika perantauan dilanjutkan, ditempat lain ternyata ada lagi tempat yang lebih ramai.   Kendaraan lalu lalang siang malam tanpa henti.  Disana ada gedung-gedung tinggi dan ada pula pabrik.  Itulah yang namanya Ibu Kota Propinsi.
Begitulah kira-kira gambaran penyampaian dari isi buku ini.  Dengan harapan dimasa mendatang Islam tidak lagi statis tetapi dapat berkembang lebih dinamis didalam berkah Allah swt sehingga “fiddun ya hasanah” dapat segera menjadi kenyataan, tidak lagi hanya sekedar doa.

  Demikianlah pengantar kata ini dengan harapan dapat difahami dan bermanfaat bagi Pembaca yang budiman.  Semoga Allah swt memberkati niat ini.   Amin ya Allah.




Duri,  01 Juli 2013



Penulis H. Masri Jamaan
0821 7229 5805


2 -  46

------------------------------------------------------------------- 



DAFTAR ISI

NO
JUDUL
KETERANGAN
HALAMAN
1.

Di Amerika, Al Qur’an diterjemahkan dengan komputer.
Sejak lama dunia barat telah ikut berusaha keras untuk menganalisa, mendalami berbagai kandungan tekhnologi yang ada didalam kitab suci Al Qur’an.   Salah satu cara yang dilakukan pihak Barat dalam menganalisa ayat-ayat suci Al Qur'an adalah dengan menggunakan komputer dimana hasilnya adalah satu temuan bahwa BismilLahirrahmanirrahim ternyata merupakan kunci dari keaslian ayat-ayat Al Qur'an.
Hal 4 - 46
2.

Perbedaan penafsiran.
Penafsiran ayat-ayat pada surat An-Naziat, ada dua tafsiran yang berbeda.
Hal 7 - 46
3.
SUDAH SAATNYA UNTUK DIKAJI ULANG (1)
Penulis melihat dalam dunia Islam telah berkembang sejumlah pemahaman yang cukup janggal bahkan cendrung merugikan Ummat , sehingga perlu dikaji ulang.
Hal 8 - 46
4.
SARAN KHUSUS KEPADA TEAM NASA


Penulis pernah mengirimkan saran kepada Team Nasa.
Saran yang dikirimkan adalah saran agar Nasa tidak seterusnya terpaku menggunakan bahan bakar roket yang sangat mahal dalam hal pembuatan pesawat ruang angkasa; yang dapat membawa manusia ke planet lain atau bumi yang lain. 
Untuk masa depan, sangatlah disarankan untuk membuat pesawat yang dapat menggunakan tenaga gratis Segi Tiga Bermuda.
Segi Tiga Bermuda adalah satu jalur yang pernah ditempuh oleh Nabi Muhammad saw ketika melakukan Isra’ dan Mi’radj. 
Perjalanan itu tentu saja dituntun oleh Malaikat Jibril yang membawanya dalam satu perangkat pelindung atau barkah. 
Karena yang diperjalankan itu adalah tubuh kasarnya Nabi Muhammad saw, bukan rohnya.  Jadi perlu pelindung khusus.  Itulah jenis pesawat yang harus dipikirkan, direncanakan dan dibuat oleh NASA.
Hal  20 - 46
5.
SUDAH SAATNYA UNTUK DIKAJI ULANG (2)
Bahwa Nabi Adam as dan Hawa adalah manusia pertama yang datang ke Planet Bumi, sudahlah dipahami oleh semua orang, tetapi bagaimana dengan keberadaan manusia pertama di jagat raya atau solar sitem ini, nampaknya perlu dikaji ulang; agar cakrawala pemikiran baru dapat lebih luas berkembang.
Hal 26 - 46


3 - 46

--------------------------------------------------------------------------------------




















7 - 46
---------------------------------------------------------------------------------




SUDAH SAATNYA UNTUK DIKAJI ULANG (1)


Sejak lama sampai ke hari ini, entah bagaimana, entah dari mana; sejumlah pemahaman baru yang cukup kontras telah berkembang dikalangan ummat Islam.  Ironisnya, sebahagian pemahaman pemahaman baru tersebut bila direnungkan semakin mendalam secara logika (al haq atau kebenaran);  justru cendrung merugikan bagi ummat Islam itu sendiri.
Oleh karena itu, hari ini, dizaman tekhnologi yang serba canggih ini; pemahaman-pemahaman yang dapat merugikan itu sudah seharus di analogkan lagi atau di-analisa logika-kan lagi.  Karena susungguhnya al haq itu atau kebenaran itu datangnya dari Tuhan kamu, maka kebenaran hakiki itu seharusnya akan menguntungkan bagi seluruh ummat manusia ini umumnya,  terutama sekali tentunya bagi ummat Islam sendiri Bukan sebaliknya.
Dari sekian banyak pemahaman yang sudah patut sekali di analogkan lagi diantaranya adalah;
1.   Pemahaman arti “kun-fa-yakun”.
1.1.     Sejak lama orang memahami kun-fa-yakun dengan pengertian yang sangat sederhana.  Kebanyakan Ummat Islam memahami makna kun-fa-yakun dengan arti instant langsung jadi, sim salabim.  Padahal bila kita simak secara mendalam, semua kejadian alam nyata yang diciptakan oleh Allah swt selalu dengan proses yang logis dan kewajaran.
1.2.     Dengan kuasanya, Allah swt memang bisa berbuat apa saja.  Allah swt bisa saja menjadikan manusia ini kenyang selalu tanpa makan apa-apa.  Meskipun demikian, dalam kenyataannya Allah tidak melakukan hal itu.  Karena bila manusia ini kenyang selalu; maka akan mubazirlah akal yang diciptakan oleh Allah, tidak bisa dipergunakan lagi.   Satu mata rantai kehidupan akan hilang dengan sendirinya.
1.3.     Bila Allah swt menjadikan manusia ini kenyang selalu, maka orang tidak perlu lagi mengerjakan sawah dengan segala peralatan dan kebutuhannya.  Orang tidak perlu lagi memproduksi mesin pertanian.  Pedagang beras akan kehilangan mata pencahariannya.  Jutaan rumah makan akan tutup,  jutaan orang dengan professi usaha makanan akan menjadi pengangguran.  Itu baru satu hal.
1.4.     Jika Allah swt mau, Dia bisa saja memindahkan atau menciptakan Nabi Adam as langsung dimuka bumi ini tanpa adanya asbabun nuzul atau sebab akibat.  Tetapi dalam kenyataanya tidak demikian.  Untuk memindahkan Adam as ke bumi, Allah telah menciptakan satu proses.  Diawali dengan satu larangan.  Kemudian setelah Nabi Adam as melanggar larangan itu, barulah dengan alasan sebab akibat itu Nabi Adam dipindahkan kebumi.  Jadi prosesnya tidak instan.  Sim salabim, maka jadilah ia.
1.5.     Dengan cara demikian, maka akal yang diberikan oleh Allah swt ini dapatlah dipergunakan – tentu saja bagi mereka yang memang mau mempergunakannya (ulil albab).   Afala tafakkarun – “apakah engkau tidak memikirkannya ?”, demikian kata Allah swt.
2.   Pemahaman arti  alhaq, logika atau kewajaran.
2.1.     Kita semua tentunya sudah tahu benar bahwasanya didalam kehidupan ini ada dua sisi yang sangat berbeda yaitunya kehidupan alam yang nyata dan kehidupan alam gaib serta roh.
2.1.1. Alam gaib serta roh yaitunya satu bentuk dan keadaan dimana akal atau logika manusia tidak banyak bisa dipergunakan.   Dalam hal ini, Allah swt telah mengingatkan agar manusia jangan terlalu memikirkan masalah gaib tersebut.  Terutama sekali masalah zat Allah dan roh.  Tidaklahmanusia diberi pengetahuan dalam hal itu melainkan sedikit saja.   Hanya itulah yang dibatasi oleh Allah swt.  Sedangkan yang lainnya silahkan dipikirkan termasuk signal yang dulunya dianggap barang gaib, kini sudah tidak gaib lagi.
2.1.2. Alam nyata yaitunya satu bentuk keadaan yang memang disuruh, diberi peluang oleh Allah swt untuk memikirkan atau menganalisanya.  Suruhan tersebut dapat terlihat dari banyaknya ayat (57 ayat) yang mengatakan “afala tafakkarun”, “afala ya’kilun”, “afala ta’kilun”.   Dimana suruhan Allah swt tersebut tentunya di sejalankan dengan kemampuanlogika, al-haq daya pikir manusia yang telah diciptakan Nya.
2.2.   Al-haq, logika atau kewajaran, sebenarnya adalah suatu ketentuan hukum alam yang telah ditetapkanNya.   Contoh sederhananya misalnya; bila mandi orang akan basah, bila berjemur dimatahari orang akan merasa kepanasan, bila berada dikutub orang akan merasa kedinginan.  Itulah dia logika, al haq atau kewajaran yang diciptakanNya.
2.3.  Dengan memikirkan, dengan melakukan analisa yang sungguh-sungguh terhadap al haq, logika atau kewajaan itumaka cukup banyak temuan-temuan baru yang telah didapatkan orang yang akhirnya dapat membuat kehidupan manusia ini menjadi lebih mudah atau malah sebaliknya (sangatlah tergantung pada cara penggunaannya).  Padahal kebanyakan temuan-temuan itu, lama sebelumnya masih dianggap orang sebagai satu hal yang gaib.
2.4. Salah satu diantara hal yang dulunya dianggap orang gaib, adalah signal.  Dulunya signal dianggap hanyalah milik para dukun dan juga pernah terjadi pada perang brathayuda.  Padahal kini lebih setengah dari aspek kehidupan ini sudah tidak bisa lagi dilepaskan dari benda yang bernama signal gaib itu.Ironisnya, sementara dunia logika tekhnologi semakin berkembang, tidak sedikit pula ummat Islam yang justru masih terpuruk dengan mengkerdilkan pemahaman logika atau al haq itu.
3.     Pemahaman arti membaca Al Qur’an.
3.3.  Sebagaimana telah sama-sama diketahui bahwasanya ayat Kitab Suci Al Quran yang pertama sekali, yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi besar Muhammad saw adalah Iqra’ .......... dan seterusnya, yang artinya “bacalah”.  Padahal orang tahu bahwasanya Nabi Muhammad saw adalah orang yang sama sekali tidak mengenal huruf.  Sehingga Beliau tidaklah mungkin dapat membaca seperti bagaimana ummat Islam membaca Al Qur’an belakangan ini.
3.4.     Ketika seseorang anak mulai bersekolah di taman kanak-kanak, kepadanya mulai diperkenalkan huruf dan angka.  Mulai dari huruf A sampai Z.  Mulai dari angka 0 sampai dengan angka 9. Kemudian setelah si anak mengerti cara untuk membunyikan atau mengucapkan setiap bentuk huruf tersebut selanjutnya dia akan diajar lagi untuk merangkainya, sehingga dia mampu membentuk satu kata dan sianak juga tahu bagaimana cara mengejanya, membunyikannya atau mengucapkan kata tersebut.
3.5.     Bila sang anak telah dapat mengucapkan setiap kata, maka dia yang baru belajar membaca biasanya akan membaca apa saja kata yang dilihatnya.  Si anak bisa saja membaca kata; politik, kampanye, ekonomi, saham, rangking, faktur, bank, ansuransi, nikah dan lain sebagainya; padahal dia belum lah tentu mengerti akan makna dari kata-kata tersebut.
3.6. Meskipun demikian, apa yang dilakukan oleh seorang anak ketika masih berada di TK itu adalah mutlak mesti dilakukan, yang tujuannya adalah sebagai langkah awal dari suatu proses usaha untuk mengenal, memahami maksud dan tujuan dari setiap rangkaian huruf dan kalimat.
3.7. Pemasalahannya sekarang adalah, akan sangatlah merugilah bila sampai tuanya pemahaman sianak tetap saja berada setingkat TK, yang merasa sudah cukup puas kalau sudah mampu mengucapkan bentuk-bentuk dan rangkaian huruf, tetapi tidak berusaha melanjutkannya untuk memahami maksud dari rangkaian huruf tersebut.
3.8.    Selama ini Mushabaqah diartikan orang sebagai usaha membaca.  Padahal yang yang dilakukan orang selama ini bukanlah daras atau membaca melainkan hanya sekedar berusaha mengucapkan huruf-huruf ayat-ayat Al Qur’an itu dengan irama yang lebih bagus dan merdu ditambah lagi dengan cengkok-cengkok muchrid dan tajuidnya yang benar.  Disamping itu tentujuga mengharapkan pahala dari Allah swt.  Sehingga jadilah ayat-ayat Al Qur’an itu bagi sebahagian besar Ummat Islam kini hanya sebatas kitab yang dinyanyikan atau kitab yang didendangkan atau di mushabaqahkan, setelah itu selesailah sudah.
3.9.  Sementara itu orang-orang diluar Islam telah menjadikan Al Qur'an justru sebagai kitab yang dianalisakan.
3.10. Membaca pasar, membaca gambar bangunan, membaca raut wajah, itu bukanlah berarti bahwa diwajah itu ada huruf.  Membaca pasar disitu maksudnya adalah mempelajari, mengamati harga-harga pasar yang mungkin bisa menguntungkan.  Demikian pula membaca gambar bangunan, maksudnya adalah mentelaah seperti apa bangunan itu direncanakan.
3.11. Begitulah dunia barat yang tidak ragu-ragu untuk membaca (menganalisa) apa saja ciptaan Nya; telah berhasil menemukan berbagai tekhnologi canggih yang dapat memudahkan kehidupan manusia bumi ini. Sehingg“rabbana atina finddun ya hasanah” lebih banyak dinikmati oleh orang-orang diluar Islam.  Sementara “wafil akhirati hasanahnya” juga belumlah dapat dipastikan untuk bisa kita dapatkan.
4.     Pemahaman ujian
4.1. Sebelum satu perusahaan menerima se-seorang menjadi pegawainya, biasanya perusahaan tersebut terlebih dahulu akan melakukan berberapa tahapan pengujian untuk mengetahui kemampuan dari calon pegawai atau si pelamar.
4.2. Pertama sekali pihak perusahaan akan memeriksa kelengkapan administrasinya, selanjutnya melakukan pengujian tertulis, melakukan pengujian praktek, melakukan wawancara, terakhir test kesehatan.  Kenapa demikian ?.  Jawabannya tak lainadalah karena perusahaan tsb belumlah tahu persis watak, batas kemapuan dan kesehatan dari si pelamar.
4.3.    Lain halnya dengan Allah swt.  Tidakkah kita menyadari tentang kejadian manusia ini, bahwasanya semenjak belum ada, dari tanah menjadi bibit, menjadi segumpal darah dalam rahim, menjadi janin, menjadi bayi, lahir, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua sampai akhirnya jompo dan meninggal; semua tingkat kejadian itu selalu dalam perhatian Allah swt?.
4.4.  Kalaulah dalam segala tingkat kejadian manusia ini, mulai dari tidak ada sampai meninggal bahkan detak detik jantungnyapun tidak luput meskipun sesaat dari perhatian Allah, logikanya Allah swt tentunya pasti tahu benar dengan bata-batas kemampuan pola pikir setiap orang ini.  Lalu apanya lagi yang harus di uji oleh Allah swt ?.  Kayaknya perusahaan aja pakai ujian segala.  Mari sama-sama kita pikirkan.  Karena kalau perusahaan yang menguji, itu tidak lain adalah karena perusahan memang belum tahu dengan kemampuan orang yang melamar, ya wajar.
4.5.    Begitu pula, bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, kebanyakkan orang lebih cendrung mempersalahkan bahwa itu adalah ujiiiaaaaan !!!!.  Padahal kejadian-kejadian yang tidak diinginkan tersebut lebih banyak disebabkan oleh karena kesalahan kita, karena kemalasan kita.  Kita sering malah melupakan ayat yang berbunyi “tidak akan berubah nasib satu kaum, kalau tidak kaum itu sendiri yang merubahnya”.  Artinya: kita mau maju, kita mau berhasil, kita kalah, kita tertinggal ndak ada kok untungnya, ruginya bagi Allah.  Kecuali bila Allah swt memang berkehendak lain.  Seperti orang yang masih hidup setelah tidur selama 350 tahun digua kahfi.  Tetapi itu pengecualian dan sangat jarang terjadi.
5.     Cobaan
5.1.   Demikian pula dengan cobaan.  Sepertinya Allah itu belumlah begitu yakin dengan ciptaannya sehingga masih perlu percobaan akhir alias harus uji coba dulu.  Kayak pabrik aaaajaa.
5.2.  Akibat dari pemahaman ini, sebahagian Ummat Islam menjadi kehilangan dorongan usaha.  Ummat Islam menjadi pasrah, apatis.  Mau diapakan lagi, kalau itu memang sudah menjadi kehendak Allah, ujian kata mereka .   Demikian mereka mengunci diri.  Maka semakin berkuranglah segala daya dan upaya.  Akhirnya ummat Islam lebih cendrung menjadi pemakai dari pada menjadi pembuat.  Ummat Islam yang ngakunya punya kitab petunjuk yang paling canggih ini, yang seharusnya menjadi lokomotif tetapi justru kini harus puas menjadi gerbong atau menjadi pengikut perkembangan teknologi.   Sadar atau tidak, dengan pemahaman seperti ini, Ummat Islam telah membunuh kreatifitasnya sendiri untuk mencapai fiddunya hasannah.

6.     Tawar menawar
6.1.Kebanyakan Ummat Islam juga telah memahami bahwasanya Allah swt pernah melakukan tawar menawar dengan manusia sebagai ciptaanya.  Sampai-sampai masalah rakaat shalatpun ditawar dari 50 rakaat menjadi 5 rakaat saja dengan alasan Ummat Nabi Muhammad saw adalah kecil-kecil jadi perlu permohonan pengurangan, kalau bisa menjadi bebas dari shalat.
6.2. Seandainya permohonan bebas shalat itu sempat disetujui, atau waktu shalat yang menjadi lebih banyak; maka akan tidak ada lagi istilah  Isya Subuh Subuh Lohor Asyhar dan Magrib  (ISLAM).
6.3.   Pendapat ini sudah saatnya untuk dikaji ulang.  Karena dengan pendapat  itu sepertinya Allah swt belum yakin benar dengan kemampuan ciptaanya sehingga masih perlu tawar menawar.  ----Kayak pedagang saaajaa.
7.     Hukum atau hukuman  ??
7.1.   Lagi-lagi, bila ada bencana, cendrung pula disebut bahwa itu adalah hukuman Allah.  Padahal berbagai bencana itu sebenarnya bukanlah “hukum Allah swt”.   Yang benarnya adalah “hukum Allah”.  yang wajib dimengerti oleh makhluknya dan untuk itu Allah telah memberitahukan segala bentuk rumus mutlak dari ketentuan hukum-hukumNya melalui buku petunjukNya yang paling lengkap alias sempurna yang bernama Alqur’an.
7.2.   Kalaulah seseorang harus terpekik memegang besi panas, sebenarnya hal itu sama sekali bukanlah hukuman Allah.   Rasa panas yang dirasakan seseorang itu tepatnya adalah hukum Allah swt.  Dan kalau seseorang harus mengigil ditempat yang rasanya dingin itupun adalah hukum Allah.  Jadi menggigilnya seseorang ditempat dingin, sekali-kali itu bukanlah hukuman Allah.
7.3.  Kalaulah hutan-hutan di tebing-tebing sudah digunduli, bila hujan turun tentulah tiada lagi pohon yang akan dapat menahan lajunya aliran air hujan tersebut mengalir ketempat yang lebih rendah.  Akibatnya akan terjadilah banjir bandang dan longsor, pantaskah ini harus dikatakan hukuman Allah ??.  Tentu saja tidak, karena banjir yang terjadi itu tak lain adalah disebabkan oleh penggundulan hutan yang dilakukan manusia itu sendiri.  Nah kalau tidak mau banjir ya jaaangan digunduli hutannya, itu saja.  Jadi kalau ada musibah banjir janganlah cepat-cepat mengatakan bahwasanya itu adalah hukuman Allah karena yang terjadi sebenarya adalah hukum Allah swt.  Bahkan gunung meletus, gempa bumi sekalipun barangkali juga kurang tepat kalau itu dikatakan hukuman Allah swt.  Kejadian tersebut mungkin akan lebih tepat untuk dikatakan hukum Allah.  Karena bila tekanan yang terkurung didalam lobang leher (kepundan) satu gunung berapi sudah semakin meninggi, maka wajar saja akan terjadi letusan.
7.4.  Dari sudut pandang hikmah kaca mata tekhnis,  gunung meletus adalah hukum normalisasi.   Hukum Allah telah menentukan gunung ,meletus dengan semburan jutaan kubik material padat adalah untuk kembali memperbesar beda ketinggian daerah hulu dan muara, agar air tetap lancar mengalir.  Karena sebagai mana kita ketahui, setiap hari permukaan tanah didaerah pegunungan menjadi semakin rendah yang disebabkan erosi rutin dan longsor.  Sehingga aliran air yang mengalir dari hulu kemuara menjadi semakin tidak lancar.  Jadi itulah perbedaanya antara hukum dengan hukuman.
8.      Mendekatkan diri.
8.1. Berulang kali para guru Islam menganjurkan agar ummat Islam tetap berusaha mendekatkan diri pada Allah.  Dengan anjuran seperti itu, kesannya Allah swt atau sebaliknya manusia ini sedang berada pada tempat yang berjauhan dengan Allah.  Padahal setiap saat Allah swt itu lebih dekat dari urat leher manusia itu sendiri.  (50/16).  Mari kita pikirkan lagi.  Bagaimana lagi kita harus mendekatkan diri ???.  Oleh karena itu mungkin akan lebih tepat kalau dikatakan lebih mematuhi hukum Allah dari pada mendekatkan diri pada Allah swt.
9.      Huruf potong dalam Kitab Suci Al Qur’an
9.1.  Sejak lama, para penafsir mengartikannya huruf potong (seperti Alif Lam Min) dengan tafsiran hanya Allah saja yang tahu artinya, atau diartikan bahwa dengan huruf tsb Allah menunjukkan kebesarannya dlsb.
9.2.     Kalau dulu dizaman onta diartikan demikian, itu sih wajar-wajar saja.  Tetapi kini dizaman komputer ini, harusnya orang sudah berfikir lebih maju untuk mengkaitkan maknanya dengan “zalikal kitabula raibafihi hudallil mutaqin”.  Lalu petunjuk apa yang mungkin didapatkan bila huruf-huruf potong itu ditafsirkan hanya Allah saja yang tahu artinya ???.  Dari satu sisi Allah mengatakan bahwasanya Al Quran menjadi petunjuk, tetapi dari sisi yang lain orang berpendapat Allah saja yang tahu artinya.  Sangatlah kontrasnya.
9.3.    Untuk apa Allah memasukkan huruf potong itu didalam Alquran kalau toh hanya Dia saja yang boleh tahu tentang makna dari huruf-huruf potong itu?.
9.4. Sementara itu pihak barat sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun menyelidikinya dimana sebahagian hasil penyelidikan dari huruf potong itu pernah di publikasikan di media masa.
10.     Nafsu
10.1.    Nafsu sering pula dimaknai orang sebagai musuh bebuyutan yang harus diperangi.  Karena nafsu dapat membuat orang menjadi salah langkah.  Oleh karena itu, nafsu haruslah diperangi dan dimusnahkan,
10.2.    Kok ya harus bisa begitu.  Kalaulah memang benar nafsu itu adalah satu jenis musuh, satu makluk yang harus diperangi, yang harus disingkirkan; apa jadinya nantinya manusia ini.  Bisa-bisa semua orang nantinya akan jadi Pastor atau Biarawati yang tak perlu lagi menikah dan punya keturunan ??.  karena harus melawan nafsu ?? .
10.3.   Padahal nafsu itu adalah suatu rahmat istimewa yang diberikan oleh Allah swt yang harus disyukuri.  Karena rahmat nafsu tidak diberikan Allah kepada Malaikat kecuali pada manusia dan binatang.  Dan dengan nafsu pulalah manusia bisa berkembang beranak bercucu.  Cuma nafsu tersebut tentu saja harus dikendalikan sesuai dengan ketentuan Allah.  Yaaa itu saja.  Jadi tidaklah pada tempatnya kalau nafsu dikatakan sebagai sesuatu bentuk makhluk yang harus dimusuhi dan diperangi.


11.       Penghapusan Dosa.
11.1.    Beberapa tahun belakangan ini, berkembang pula pemahaman dikalangan sebahagian ummat Islam tentang penghapusan dosa yang perlu dipikirkan lagi.  Sebahagian Ummat Islam berpendapat bahwa bila seseorang dapat melaksanakan hajji 3 kali, maka semua dosanya niscaya akan dihapuskan.  Tak kira apakah keberangkatannya melaksanakan hajji tersebut dengan uang berhutang yang tidak pernah dibayar atau mungkin juga dengan uang tidak halal lainnya.  Yang penting kata mereka, kalau sudah bisa tiga kali melaksanakan hajji, semua dosa-dosa akan terhapus dengan sendirinya termasuk hutang-hutangnya bisa dilupakan.  Apa iya ustad ???.
11.2.    Selain dari itu ada lagi satu pemahaman yang baru berkembang.  Disaat jenazah berada dirumah duka, ataupun sudah dipusara,  sebahagian pembawa acara akan bertanya dengan nada tekanan tinggi kepada para pelayat yang hadir ketika itu; menanyakan,“apakah jenazah ini adalah orang baiiiiiiik atau orang jahaaaat “?.  Pertanyaan itu diulang sampai tiga kali yang langsung dijawab oleh para pelayat dengan nada tinggi pula bahwa jenazah adalah “orang baiiiiik”.  Kemudian pembawa acara langsung pula mengucapkan alhamduliLah, karena dengan jawaban tersebut berarti jenazah telah terlepas dari berbagai dosa.
11.3. Dalam hal tanya jawab ini, sebahagian para ulama itu berpendapat bahwasanyaapabila sudah tiga kali orang mengatakan bahwa si jenazah adalah orang baik, maka jenazah akan lepas dari segala dosa, tak kira walaupun si jenazah meninggalkan segerobak hutang ataupun mungkin kejahatan lainnya.
11.4.    Padahal, bagaimana jadinya kalau ketika itu juga hadir orang-orang yang hidupnya pas-pasan, yang pernah meminjamkan uang atau benda lainnya kepada sang jenazah semasa hidupnya, tetapi hutang tersebut tidak dibayar oleh sijenazah semasa hidupnya, sehingga ketika mereka mendengar pertanyaan “apakah jenazah orang baik atau orang jahaaaat ?, maka dia malah menjadi menyumpah mendengarkan pertanyaan tersebut – tentu saja dalam hati.
11.5. Yang lebih hebatnya lagi, ditengah masyarakat Islam juga ada berkembang satu pemahaman bahwa bila kita berbuat salah kepada Allah, ya kita bertobat kepada Nya.  Tetapi bila kita berbuat kesalahan kepada manusia, maka kita wajib minta maaf.  Cuma yang lebih parahnya, pendapat itu mengatakan pula bahwasanya bila sipelaku kesalahan telah minta maaf, tetapi tidak dimaafkan oleh si korban, maka dosanya akan ditanggung oleh si korban sendiri.  Heeebat benar.
11.6.    Kalaulah pendapat tersebut memang benar diredhai oleh Allah, tentulah enak benar.  Setiap orang tentunya tidak akan perlu lagi berpikir ulang dalam setiap bertindak atau berperilaku.  Apalagi buat orang-orang yang gampang emosi.  Pendapat ini tentu merupakan satu peluang baik baginya untuk melampiaskan emosinya dimana saja dan kapan saja.  Karena bila dia sadar telah terlanjur memarahi, menyakiti, merugikan atau mengeluarkan kata kasar kepada seseorang yang sebenarnya tidak bersalah; ya dia akan segera minta maaf, gampangkan ?.  Kalau sikorban tidak besedia memaafkannya, maka sikorban sendirilah yang akan menanggung dosanya.  Wah, wah, waaaah, eeeenak benar kalau begitu.  Akibatnya orang tidak perlu lagi berfikir seratus kali sebelum membuat satu pelanggaran atau kesalahan.
11.7.    Meskipun demikian, ada juga sebahagian ulama malah berpendapat lain.  Sebahagian ulama berpendapat bahwasanya bila kita bersalah kepada Allah, memang segeralah minta ampun kepada Nya dan bila kita bersalah kepada manusia, mintalah maaf kepada si korban.  Tetapi bila si korban tidak dapat memaafkan kesalahan itu, maka Allah juga tidak mau ambil alih tanggung jawab itu untuk memaafkannya.  Di akhirat kelak si korban akan diberi hak untuk menuntut pembalasan.
12.      Pujian
12.1.    Suatu ketika, seorang ayah lagi tidak enak badan; dia terbaring dirumah, izin tidak masuk kerja.  Sementara itu isterinya sedang berbelanja kepasar.Saat itu sang ayah ingin minum kopi.  Karena anak gadisnya yang baru berumur 10 tahun sedang ada dirumah, sang ayah minta kepada anaknya itu untukmembuatkan kopi.Sesaat kemudian sang anak telah selesai membuatkan kopi dan langsung diantarkan kepada ayahnya yang lagi tiduran.   Setelah si ayah mencoba mencicipi kopi yang dibuatkan oleh anaknya, maka dia langsungmemuji anaknya meskipun kopi yang dibuatkan sianak tidaklah seenak kopi yang biasa dibuatkan oleh isterinya.
12.2.    Biasanya setiap selesai ujian akhir, pada setiap sekolah akan terpilih anak-anak yang jadi juara.
12.3. Dalam acara perpisahan, panitia akan menyebutkan nama sang juara denganmemuji sejumlah prestasinya.
12.4.    Biasanya orang tua dari anak-anak yang menjadi juara ini akan merasa sangatbangga dengan prestasi anaknya.
12.5.    Dari sisi yang lain, kebanyakan ummat Islam termasuk sebahagian para ulama berpendapat bahwasanya segala pujian dan rasa bangga itu hanyalah Allah swt saja yang berhak untuk menerimanya.  Lalu salahkan bila seorang ayah memuji anaknya yang tujuannya adalah untuk semakin mendorong semangat sang anak untuk dapat berbuat baik kepada kedua orang tuanya ???.  Salahkah bila guru-guru memuji prestasi anak didiknya yang tujuannya juga untuk mendorong semangat belajar dari anak didiknya itu ???.
12.6.    Tidakkah kita menyadari bahwa sesungguhnya, ada haknya Allah dan ada pula haknya manusia.  Allah wajib dipuji dalam versinya sebagai pemilik dari sekalian alam ini.  Sedangkan manusia pantas dipuji adalah atas segala kebaikan darikerajinannya, kemampuannya dan prestasinya,  Salahkan itu ???.  Mari sama-sama kita fikirkan lagi.
12.7.    Seorang anak akan merasa sangat bangga bila punya seorang ayah yang sangat peduli dengan rumah tangganya, keluarganya.  Sebaliknya, para orang tua akan merasa sangat bangga pula bila anak-anaknya bisa sukses berhasil dalam berbagai hal.  Salahkah itu ???.

13.      Membicarakan aib
13.1.    Ada pula pemahaman sebahagian besar Ummat Islam yang mengatakan bahwasanya membicarakan, mengungkit kesalahan atau aib seseorang adalah satu dosa yang sangat dilarang.
13.2.  Berita atau pemahaman seperti itu tentulah akan menjadi satu kabar yang sangat menggembirakan bagi para pelanggar hukum.  Karena, dengan pemahaman seperti itu akan berarti setiap ummat Islam wajib menutupi aib orang lain atau melindungi kesalahan para pelanggar hukum.  Ummat Islam tidak boleh peduli (membicarakan aib) bila tetangganya melakukan prostitusi terselubung.  Ummat Islam harus tutup mata bila melihat ada bisnis narkoba dilingkungannya.  Ummat Islam tidak boleh protes bila ada praktek korupsi didaerahnya dst.  Dengan pemahaman seperti itu, maka setiap para pelanggar hukum tentunya akan merasa semakin terlindungi, semakin langgeng bebas melenggang untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.  Padahal dalam kesehariannya, cukup banyak Polisi yang dapat menghentikan pelanggaran itu berkat pembicaraan aib (laporan sassus) dari masyarakat.
13.3.    Akan lebih hebat lagi, setiap jaksa penuntut tentunya akan menanggung dosayang sangat besar karena telah ditugaskan untuk mencongkel-congkel, mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu setiap terdakwa, sementara pembela akan sangat berpahala karena bertugas untuk mengurangi atau menutup-nutupi kesalahan si terdakwa.
13.4. Dengan adanya pemahaman hadist yang melarang untuk membicarkan aib orang lain, maka banyaklah pihak-pihak lain yang berpendapat bahwasanya Islam adalah satu agama yang menganjurkan untuk menutupi satu pelanggaran hukum.
Sementara itu, sejak lama, dikalangan Ummat Islam telah pula berkembang satu pemahaman bahwasanya bila setelah seseorang meninggal; jenazah wajib dimandikan, dikafani, dishalatkan, diantarkan kepemakaman langsung dikebumikan.
Selesai acara pemakaman para pengantar segera pulang.  Kemudian, tujuh langkah jaraknya orang terakhir dari pemakaman atau kira-kira desahan gesekan bunyi sandal orang terakhir tidak terdengar lagi; maka disaat telah sunyi itu datanglah malaikat mengajukan berbagai pertanyaan yang akan berujung kepada siksaan bila arwah si jenazah tidak bisa menjawabnya.
Dalam hal ini timbul pertanyaan.  Bagaimana pula prosesnya dengan mereka yang diawetkan,  mereka yang diletakkan dimuseum, yang selalu ditunggui dan dikunjungi orang banyak ?.  Lalu kapan waktu sunyinya para malaikat punya kesempatan untuk mempertanyakan si Jenazah ?.
Oleh karena itu, menurut kajian sejumlah ulama belakangan ini, bila seseorang telah meninggal kejadiannya hanya 2 saja yaitu;
Pertama bila amalan si jenazah dapat atau bisa diterima atau memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka rohnya akan disimpan pada satu tempat, ditidurkan dan kelak dibangunkan bila sudah sampai di padang mahsyar nantinya.  Bahkan ada yang sampai marah dibangunkan karena ia merasa sedang tertidur enak lalu dibangunkan.  Surat Yasin 36/52.
Kedua, sebaliknya bagi jenazah yang rohnya dianggap tidak cukup memenuhi syarat untuk disimpan; rohnya dibiarkan gentayangan dimuka bumi ini.   Maka semenjak dia menjadi arwah sampai kepadang mahsyar nantinya, dia akan melihat semua kejadian nyata buruk dan baiknya dimuka bumi ini.
Arwah seperti itu akan melihat bagaimana anak-anaknya yang ditinggalkannya berbahagia atau malah sebalikya dia juga akan melihat bagaimana anak-anaknya sengsara saling bermusuhan atau berbunuh-bunuhan karena harta warisan yang tidak jelas.  
Dan dia juga akan sangat menyesal sekali bila semasa hidupnya dia pernah mengajarkan aliran sesat.   Mengajarkan orang menyembah matahari, menyembah dewa yang katanya akan memberikan kebahagian; nantinya setelah meninggal, ditaman Nirwana.   Padahal setelah dia meninggal dan menjadi roh, ternyata semua itu adalah ajaran bohong, karena dialam roh dia tidak akan pernah melihat Taman Nirwana yang indah itu.   Sementara ajaran sesatnya itu masih tetap saja dilanjutkan generasi penerusnya, meskipun dia ingin menghentikannya, tetapi tidak bisa karena dia sudah menjadi roh, tidak punya kekuatan apa-apa.  Maka tersiksalah rohnya sampai ke Padang Mahsyar dalam masa yang sangat panjang tentunya.
Oleh karena itu semua, pokok-pokok pemahaman seperti apa yang telah disampaikan diatas, kini tentunya sudah harus dikaji ulang kembali.  Jangan-jangan pemahaman-pemahaman tersebut adalah termasuk dalam salah satu dari sekian banyak scenariohadist yang memang sengaja direkayasa oleh pihak-pihak tertentu semenjak dulunya yang tujuannya adalah untuk semakin melemahkan Islam.
Demikianlah sekedar/ sejumlah pemahaman yang sudah sepatutnya kita fikirkan lagi, dizaman tekhnologi komputer ini.  Afala tafakkarun, afala ta’kilun.
Karena dengan pola pikir saat ini seperti apa yang digambarkan diatas, masyarakat Islam cendrung telah menjadi orang-orang yang apatis ditengah-tengah lajunya tekhnologi dimana tekhnologi adalah merupakan salah satu perangkat langkah untuk dapat memenangkan persaingan kehidupan ini, seperti persaingan ekonomi, business apalagi militer/ perang karena dimana-mana ummat Islam kini berada pada posisi kalah.
Dibidang ekonomi, meskipun punya bahan baku strategis; tetapi karena tidak punya kemampuan tekhologi, ummat Islam hanya mendapatkan sisa hasil usahanya saja.  Dibidang medis, Ummat Islam pun tidak dapat berbuat banyak.   Jangankan dibidang tekhnologi canggih; dalam hal memakai jilbab sajapun ummat Islam kini masih harus patuh dan tunduk pada peraturan luar.  Sampai-sampai permasalahan aturan nikah, wakaf; bila tidak selesai oleh pengadilan agama, maka akan diselesaikan oleh pengadilan umum.  Lalu apalagi yang bisa kita banggakan sebagai ummat yang diberikan kitab petunjuk paling lengkap yaitunya kitab suci Al Qur’an yang konon berisi bukan hanya petunjuk untuk kehidupan akhirat (wafil aklhiratai hasanah), tetapi juga berisi petunjuk tekhnologi untuk mendapatkan (fiddun ya hasanah).
Bagaimana mungkin Ummat Islam mendapatkan “fiddun ya hasanah” kalau Ummat Islam itu sendiri masih harus menjadi pemakai dan mesti mematuhi aturan dan tekanan dari luar ?.

Seandainya langkah yang telah dilangkahkan oleh Ummat Islam kini memang telah benar sesuai dengan maksud petunjuk Al Qur’an dibawah bimbingan para Ulamanya, mestinya ummat Islam kini akan menjadi Ummat no 1 di dunia ini.   Seperti dizaman Nabi Muhammad saw dulu dan para sahabatnya, dimana berkat petunjuk dari Al Qur’an, sesuai dengan zamannya waktu itu; maka tidak adalagi orang yang mau menerima zakat karena negeri itu sudah mencapai “baldatun taiyyibatun warabbun gaffur”.   Mari sama-sama kita fikirkan.  Kedepan mesti ada trobosan yang berkesan.  Yakinlah, bila tidak ada trobosan; sampai kiamat ummat Islam akan tetap menjadi gerbong.   Tidak akan pernah menjadi lokomotif seperti dizaman RasuluLah dulu.  Amin. 



---------------------------------------------------------------------------------


SARAN KHUSUS KEPADA TEAM NASA

Lama dulu, ketika Thomas Alfa Edison berkata bahwa ia akan membuat lampu-tahan angin, tidak ada yang percaya padanya.  Namun, ketika pada satu tengah malam; lampu-tahan angin buatan pertama Thomas telah berhasil menerangi halaman rumah-nya, meskipun lampu tersebut ditiup oleh hembusan angin dingin bersalju di tengah malam itu.   Semenjak itu barulah masyarakat mulai mengerti, apa sebenarnya yang sedang direncanakan oleh Thomas.
Demikian pula, ketika Wright bersaudara berkata bahwa mereka akan membuat pesawat terbang, mereka langsung diejek oleh tetangga mereka; karena apa yang mereka rencanakan dianggap ide orang bodoh oleh masyarakatnya. Tapi, ketika pesawat yang begitu berat yang dibuat oleh Wright Brother berhasil mengambang di udara; barulah masyarakat mulai mengerti apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh mereka.
Kejadian yang sama juga terjadi ketika Hendry Ford yang berkata bahwa ia akan membuat sebuah kereta tanpa kuda.
Berita seperti itu, menyebabkan mereka diejek oleh masyarakatnya.  Hendry Ford bahkan pernah mengalami beberapa kali pengusiran oleh tetangganya, karena suara mesin percobaanya benar-benar sangat mengganggu mereka.  Meskipun demikian, pada satu tengah malam, ketika orang sedang tertidur nyenyak; tiba-tiba harus terbangun karena suara deru kereta yang pertama dibuat oleh Hendry Ford lewat di depan rumah mereka.  Oleh karena itu, mereka berlari ke depan rumah mereka untuk melihat apa sebenarnya yang sedang terjadi.   Pada waktu itu, mereka hanya bisa menggelengkan kepala mereka menyaksikan salah satu pemandangan yang sulit untuk dapat dipercaya.  Mereka melihat Hendry Ford duduk pada kereta yang bergerak maju; tapi tidak ada kuda yang menarik kereta tersebut.  Setelah melihat kenyataan bahwa ada kereta yang bisa bergerak tanpa kuda pada malam itu, orang-orang mulai memahami apa sebenarnya yang sedang direncanakan oleh Hendry Ford.
Memang, pada awalnya, sejumlah penemu telah diejek oleh komunitas mereka sendiri.   Ejekan atau cemoohan biasanya akan menjadi lebih besar lagi bila penemu adalah orang yang putus sekolah.   Bagaimanapun, sebagian besar penemu adalah orang yang tidak mudah putus asa.  Mereka masih terus saja melanjutkan penelitian mereka.  Mereka terus melakukan berbagai terobosan ilmiah meskipun apa yang mereka lakukan sering banyak berbeda dari apa yang sudah biasa difahami oleh kebanyakan orang,  bahkan bertentangan dengan keyakinan masyarakat atau di luar pengetahuan akademis yang telah dipercaya sejak lama.
Mungkin mengikuti atau mungkin juga mirip dengan cerita yang disebutkan di atas; Penulis pernah memberikan semacam saran kepada Tim Nasa terutama dalam hal program penerbangan luar angkasa.
Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui bahwa NASA Tim telah bekerja keras sejak lama dalam upaya untuk bisa terbang ke langit (planet) didalam tata surya kita ini.  Untuk tujuan itu, NASA tim telah membuat berbagai jenis pesawat ruang angkasa.
Meskipun jenis pesawat yang dibuat sudah cukup banyak, namun dalam hal sumber daya, penggerak utama untuk semua jenis pesawat luar angkasa itu masih saja tetap sama.   Masih menggunakan energi roket yang sangat mahal.  Padahal kita semua tahu bahwa jarak tempuh dari pesawat ruang angkasa seperti itu tidaklah mencukupi atau sangatlah terbatas.  Sementara itu, tanda-tanda keberhasilan program penerbangan luar angkasa tersebut masih juga belum terlihat dan masih jauh dari harapan.
Oleh karena itu, untuk mempercepat keberhasilan program penerbangan antar planet; Penulis telah memberikan semacam saran khusus untuk Tim NASA.
Sesungguhnya, saran khusus ini adalah berdasarkan pada usaha ekstra yang telah dilakukan oleh Penulis untuk dapat lebih mendalami berbagai makna tersembunyi yang terkandung dalam buku petunjuk yang sangat istimewa dari Yang Maha Kuasa yaitunya Al Qur’an.   Usaha itu telah dilakukan sejak 40 tahun yang lalu.
Selain itu, pengalaman kerja penulis sebagai pengawas perbaikan peralatan listrik dan instalasi listrik selama 31 tahun bekerja pada perusahaan dunia yaitunya PT. Chevron, Pacific Indonesia.

Sekarang, berdasarkan pengetahuan seperti yang telah disebutkan di atas, penulis sangat menyarankan kepada Tim NASA, sebaiknya di masa depan tidak terus terpaku pada hanya menggunakan tenaga roket untuk pesawat ruang angkasa.   Tetapi beralihlah pada berusaha untuk memanfaatkan kekuatan luar biasa dari Segitiga Bermuda.   Sedangkan kekuatan roket digunakan hanya sebagai tenaga cadangan.   Mengapa demikian?.


 Gambar daerah Segitigag Bermuda yang terletak disebelah utara Kuba atau sebelah selatan Amerika Serikat

Segitiga Bermuda, sebenarnya, adalah semacam sentralisasi khusus medan magnet dengan fluks raksasa dan dengan kekuatan yang luar biasa yang dapat mendorong atau melemparkan apa saja dari bumi bahkan dapat juga melemparkannya ke planet lain dengan kecepatan yang luar biasa.   Kekuatan yang luar biasa ini tersedia setiap saat.  Disediakan oleh alam dengan gratis. 
Meskipun demikian, karakteristik medan magnet Segitiga Bermuda sangatlah berbeda dari medan magnet bumi yang memiliki magnet sumbu (?) seperti yang telah kita ketahui sejak lama.   Karena segitiga bermuda memiliki medan magnet spot.
Berdasarkan gambaran yang telah disebutkan di atas, dapatlah dibayangkan bahwa apa saja yang melewati daerah Segitiga Bermuda; sebenarnya tidak ada yang ditarik kearah pusat bumi seperti yang diyakini oleh banyak orang selama ini.  Yang terjadi malah sebaliknya, semua itu justru dilemparkan dari Bumi ke luar angkasa dengan kecepatan yang luar biasa.   Oleh karena itu, apapun yang hilang di daerah Segitiga Bermuda tidak akan pernah ditemukan di bumi ini.
Sumber daya yang luar biasa dari Segitiga Bermuda, yang selalu ada, yang bebas dari biaya itu harusnya telah digunakan sejak lama oleh teknisi pesawat ruang angkasa.   Karena, hanya dengan menggunakan sumber daya, memanfaatkan kekuatan luar biasa dari Segitiga Bermuda, terbang ke luar angkasa akan lebih mudah, lebih murah, lebih cepat dan kemungkinan untuk berhasil akan menjadi lebih besar.
Untuk tujuan itu (dalam usaha untuk memanfaatkan kekuatan Segitiga Bermuda), seperti yang telah disebutkan di atas; yang pertama dari semua langkah-langkah yang harus dilakukan, tentu saja, melakukan upaya khusus untuk memahami apa dan bagaimana sebenarnya kondisi daerah Segitiga Bermuda itu.
Upaya untuk memahami daerah Segitiga Bermuda dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan pesawat tanpa pilot.  Jika perlu, menggunakan dua pesawat dalam bentuk beriringan sekaligus dengan jarak yang aman, sehingga pesawat yang dibelakang dapat digunakan untuk merekam dan memperhatikan apa saja yang mungkin terjadi pada pesawat pertama ketika memasuki kawasan Segitiga Bermuda.
Kemudian, langkah kedua yang harus dilakukan adalah menemukan cara untuk menjaga agar pesawat dan isinya tidak menjadi rusak ketika memasuki kawasan medan magnet luar biasa dari Segitiga Bermuda yang secara langsung akan melemparkannya dari Bumi ke luar angkasa dengan kecepatan luar biasa.   Selain darinitu itu kita juga harus melakukan usaha ekstra untuk menemukan cara supaya semua pesawat yang telah tiba di planet lain atau di bumi yang lain dapat kembali ke bumi dengan aman.
Penulis sangat yakin bahwa setiap planet memiliki area khususnya sendiri yang sama seperti Segitiga Bermuda, yang dapat dibuat menjadi landasan pacu untuk kembalinya pesawat yang sudah mendarat di sana (di planet).
Sekarang, itulah salah satu masalah mendasar yang harus didalami secara serius, untuk merancang dan membuat pesawat ruang angkasa yang dapat menggunakan kekuatan Segitiga Bermuda yang gratis
Demikianlah saran dari penulis yang berharap saran ini ada manfaatnya.   Karena, tanpa memanfaatkan sumber daya Segitiga Bermuda, percaya atau tidak, ambisi Tim NASA untuk melakukan penerbangan berkelanjutan ke planet lain hanya akan menjadi sebuah mimpi.
Sejalan dengan apa yang telah diungkapkan diatas, penulis juga ingin mengingatkan, bahwa buku bimbingan khusus dari yang Maha Kuasa, 15 abad yang lalu; sebenarnya, telah menjelaskan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam upaya untuk program penerbangan antar planet tersebut termasuk penjelasan tentang keberadaan manusia yang memang sudah ada pada planet lain itu sejak lama; yang masih menunggu kedatangan manusia dari bumi.
(ayat 2/30) yang mengatakan, “ingat ketika Allah swt berfirman kepada malaikat-malaikat: lihatlah, aku hendak menjadikan (bahasa Arab-nya  ja’ilun bukan khalaqa) Adam as sebagai Khalifah (bukan manusia pertama di jagat raya).   Mereka (para malaikat) mengatakan, : mengapa Engkau ya Allah menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang-orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami selalu memuji dan mensucikan Engkau?”.
Dan Allah swt berkata: “Aku lebih tahu apa yang engkau tidak tahu”.




Melalui ayat tersebut, kita dapat memahami bagaimana Allah swt telah memberikan kiasan nyata bahwa ketika Allah swt hendak menjadikan Adam as sebagai Khalifah untuk bumi, malaikat-malaikat ternyata berani langsung mengatakan bahwasanya karakteristik Adam as adalah sama seperti orang-orang yang sudah ada selain Adam pada masa itu.
Keberanian para malaikat mengatakan demikian, tentu saja adalah karena para malaikat sebenarnya telah melihat manusia-manusia banyak sebelumnya, dimasa itu, yang memang senang melakukan kerusakan.  Dengan kata lain, sebenarnya, manusia tidak hanya ada di bumi, tetapi juga ada di planet atau langit yang keberadaannya malah lebih dahulu dari manusia dibumi.   Mari kita pikiran itu, kita analisa lagi secara lebih mendalam.
Pada satu hari nanti, setelah para astronot dapat terbang dengan lancar ke planet lain di luar angkasa.   Lalu para astronot telah menemukan keberadaan manusia atau masyarakat di planet lain; maka peristiwa itu nantinya akan sama halnya seperti ketika Columbus yang sangat terkejut ketika ia menemukan masyarakat Indian berkulit merah di benua Amerika, 10 abad yang lalu.   Columbus sangat bingung dan bertanya-tanya, dari mana datangnya orang Indian berkulit merah itu.  Apakah mereka juga berasal dari daerah Barat.  Apakah mereka itu adalah juga keturunan Nabi Adam?.  Sementara itu, sebuah buku panduan yang sangat khusus dari yang Mahakuasa, lebih awal sebenarnya telah mempersiapkan jawaban yang jelas untuk menjawab semua hal-hal yang akan menjadi pertanyaan besar di kemudian hari.   Termasuk juga penjelasan tentang asal muasal orang-orang Indian berkulit merah di benua Amerika yang sebenarnya terkait langsung dengan kejadian Topan Nabi Nuh yang juga ada dalam buku tersebut (Al Qur’an).
Meskipun demikian, jawaban-jawaban yang telah disiapkan dalam buku pedoman tersebut masih dalam bentuk kiasan.   Sehingga masih memerlukan usaha ekstra untuk memahami arti sebenarnya yang bersifat multi dimensi.
Oleh karena itu, salah satu masalah utama yang menjadi pertanyaan besar hari ini adalah; siapakah orang yang mungkin sudah memiliki keinginan atau keberanian untuk mengungkapkan berbagai makna dari kiasan atau berbagai makna tersembunyi yang terkandung dalam berbagai ayat yang ditulis atau disediakan dalam buku panduan yang sangat istimewa seperti yang telah disebutkan di atas ?.  Apa saja keistimewaan lain dari buku panduan yang sangat istimewa yang diberikan oleh Yang Mahakuasa kepada manusia di dunia ini?.  Mari kita bicara tentang hal itu dilain kesempatan.
Mungkin mirip dengan pengalaman Columbus; lama sebelum itu, diabad yang ke 6, ketika Nabi Muhammad s.a.w telah melangkahkan kaki-Nya pada planet lain (Kejadian isra dan mirajd); sebenarnya, di sana Beliau sudah menemukan kehidupan manusia atau masyarakat.   Namun, ketika Nabi kembali ke bumi, Beliau menghadapi kesulitan besar untuk memberitahukan tentang apa saja yang telah dilihatnya di langit atau di bumi yang lain atau di planet lain tersebut.
Masalah kesulitan Nabi Muhammad s.a.w. itu dapat terjadi karena referensi atau perbandingan kecepatan pada waktu itu masih kecepatan unta atau kuda.
Bepergian antara Mekkah dan Palestina dengan menunggang unta terbaik misalnya, pada waktu itu masih membutuhkan waktu satu bulan. Oleh karena itu, berita bahwa Nabi Muhammad s.a.w telah melakukan serangkaian perjalanan dari Mekkah ke Palestina, kemudian langsung terbang ke planet-planet dan kembali lagi ke Mekkah hanya dalam satu malam; oleh masyarakat pada saat itu dianggap berita bohong.
Padahal, pada zaman teknologi canggih seperti yang kita rasakan pada saat ini; 1500 tahun setelah Nabi Muhammad saw menceritakan pengalamannya, kini tidak ada lagi orang yang merasa terkejut jika ada orang lain yang mengatakan bahwa beberapa jam lalu dia masih berada dalam wilayah Hong Kong atau Singapura, tetapi sekarang ia telah tiba di Manila atau Jakarta.
Hari ini, orang-orang merasa tidak aneh lagi ketika ada orang yang mengatakan bahwa ia pernah naik kuda besi dengan kecepatan 100 km dalam satu jam. Bahkan lebih dari itu semua.   Dengan kecepatan cahaya sekalipun, 300.000 km/detik, orang juga merasa tidak aneh lagi.
Pada satu waktu nanti di masa depan, ketika manusia planet ini telah berhasil bisa terbang ke planet lain dan bertemu dengan manusia lain yang telah lama ada di sana(warna kulit, bahasa, budaya dan tingkat cerdas mungkin berbeda banyak tetapi bentuk tubuh mereka masih tetap sama seperti bentuk tubuh manusia di bumi); kemudian, apa pun yang telah dipercaya sejak lama oleh manusia di bumi ini juga termasuk Muslim, nantinya akan terpaksa untuk diperbaiki atau ditinjau lagi.
Mengapa tidak, nantinya, sehubungan dengan pendapat yang telah diuraikan di atas, akan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul misalnya; dari mana manusia yang sudah ada pada planet lain atau bumi lain itu datangnya ?.   Siapa nenek moyang mereka.   Apa agama mereka.   Apakah agama manusia yang ada di planet itu juga Muslim, Kristen, Buddha, dll.?.   Lalu bila ummat Islam sampai di planet apakah disana juga ada Ka’bah dan kalau tidak ada, shalatnya harus menghadap kemana.  Jadi banyak sekali persoalan baru yang akan muncul yang semua itu sebenarnya sudah ada penjelasannya didalam Al Qur’an.   Hanya kita saja yang belum terpancing untuk mengungkapkannya.

Dikemudian hari nantinya, setelah apa-apa yang dijelaskan oleh ayat-ayat suci Al Qur’an semakin jelas terbukti kebenaran ilmiahnya, maka akan semakin jelas pula terlihat kehebatan Kitab Suci seperti yang diungkapkan di atas dan dengan cara itu juga, kemudian orang-orang yang telah mengolok-olok Al-Qur’an akan sangat menyesal sekali setelah melihat mengetahui bagaimana Al-Qur’an telah mempersiapkan berbagai bimbingan ilmiah, yang ditulis secara kiasan untuk semua cabang ilmu pengetahuan di seluruh jagat ini.

---------------------------------------------------------------------------------



SUDAH SAATNYA UNTUK DIKAJI ULANG (2)

Bila ada orang yang mengatakan bahwasanya kitab suci Al Qur’an adalah satu-satunya kitab yang maha sempurna di jagat ini, seluruh Ummat Islam pastilah menyetujuinya.  Karena didalam Kitab Suci Al Qur’an, sesungguhnya memanglah benar terdapat ayat-ayat luar biasa yang dapat dijadikan petunjuk bukan hanya untuk kehidupan di kampung akhirat, tetapi juga mengandung makna berlapis (ciptaan Allah) yang dapat dijadikan petunjuk sempurna untuk kehidupan didunia fana ini.
Sehubungan dengan perihal petunjuk tersebut, melalui surat ke 3 ayat 7, Allah swt telah menjelaskan bahwasanya ayat-ayat suci Al Qur’an itu terdiri dari dua bahagian sifat pokok yaitunya ayat-ayat yang bersifat muhkamaat dan ayat-ayat yang bersifat mutasyabihaat.
 Ayat-ayat yang bersifat muhkamat adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang peraturan, ketentuan atau perundang-undangan yang wajib dipatuhi oleh seluruh makhluk di jagat raya ini.
Sedangkan ayat-ayat yang bersifat mutasyabihaat adalah ayat-ayat yang menjelaskan permasalahan kiasan ilmiah untuk segala zaman.
Diantara contoh dari ayat-ayat yang bersifat muhkamaat adalah seperti misalnya ketentuan melaksanakan puasa dibulan Ramadhan, mengerjakan hajji pada bulan Zulhijjah, sholat 5 kali sehari semalam, membayar pajak/ zakat 2 ½ % (dan banyak lagi tentunya); yang kesemuanya itu adalah merupakan satu peraturan, ketetapan mutlak dari Allah swt atau undang-undang yang sama sekali tidak boleh diganggu gugat atau ditawar lagi.

Sedangkan ayat-ayat mutasyabihaat yang sebenarnya lebih banyak berkaitan dengan masalah  ilmiah/ sicientific, yang dicantumkan Allah swt di dalam Al Qur’an memang sengaja ditampilkan dalam bentuk kiasan dengan maksud agar manusia terpancing, terdorong berusaha untuk mempergunakan akalnya untuk mendalami, menganalisa dan mengembangkan kandungan ilmiah dari masing-masing ayat itu sendiri.  Mari kita amati apa komentar dari ulama kita yang telah berusaha menafsirkan ayat-ayat suci Al Qur’an atau Para Penafsir Al Quran dimana komentar tsb dapat kita lihat pada halaman berikutnya.
























Dari kutipan-kutipan penjelasan yang telah dijelaskan langsung oleh Para penafsir yang selama ini dianggap paling mengerti dengan bahasa Al Qur’an; ternyata para penafsir itu sendiri, yang telah mencoba mendalami tafsirannya, malah merasa semakin yakin bahwa apa-apa yang mereka tafsirkan dari umumnya ayat-ayat mutasyabihat itu, belumlah tentu sejalan dengan maksud dan tujuan sebenarnya dari ayat itu sendiri.
Dengan kata lain, para penafsir secara jujur telah mengakui bahwasanya apa-apa yang telah mereka tafsirkan itu adalah sebatas apa yang sanggup mereka fikirkan.  Sehingga Para penafsir telah memberikan ruang kepada Pihak lain untuk mengembangkan penafsirannya selama penafsiran itu masih tetap dalam jalur al haq (kebenaran) dan tidak sampai masuk kepada ruang kekafiran (keengkaran).
Sejalan dengan hal itu, perlu juga kita pahami bahwa tidak ada garansi atau jaminan bahwa orang-orang yang telah memahami bahasa Arab secara otomas langsung bisa memahami masalah tekhnologi, menjadi seorang penemu atau peneliti ilmiah yang terkait dengan ayat-ayat mutasyabihaat yang ada dalam Kitab Suci Al-Quran.
Satu contoh dari ayat-ayat yang bersifat mutasyabihaat misalnya ayat 36/80. yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu"  .
Menghidupkan api dengan cara tiba-tiba dari kayu yang hijau, yang dikatakan oleh ayat ini, sepertinya tidaklah sejalan dengan logika, karena untuk menghidupkan api dari kayu yang kering sajapun sering tidak gampang, butuh waktu.  Padahal dari sisi yang lain, menghidupkan api yang secara tiba-tiba dari pohon yang hijau sebenarnya adalah merupakan salah satu kiasan dalam satu rentetan sejarah panjang sehubungan dengan satu proses ilmiah yang dapat terkait langsung dengan kejadian topan Nabi Nuh as yang tentunya akan memerlukan analisa lanjutan yang lebih mendalam untuk mengungkapkan rahasianya.
Disamping itu didalam surat ke 3 ayat 7, Allah swt juga telah mengatakan bahwasanya hanya orang-orang yang benar-benar serius mendalami makna kiasannyalah yang akan dapat memahaminya.
Namun demikian, sangatlah disayangkan karena para pemikir Islam (ulil albab) yang sudah berada dizaman tekhnologi komputer ini ternyata sampai kini masih belum juga terpancing untuk menggali berbagai ungkapan rahasia kiasan yang dikandung oleh ayat-ayat mutasyabihat tersebut.  Bahkan tidak sedikit pula Ulama Islam yang masih terikat dengan pemahaman taklidnya.
Keadaan tersebut diatas, dimana pemikir-pemikir Islam masih juga belum terpancing untuk mendalaminya, adalah mirip dengan senandung nyanyian yang mengatakan bahwasanya bumi nusantara ini sesungguhnya terdiri dari rangkaian pulau-pulau mutiara yang mengandung berbagai kekayaan alam berlapis yang melimpah ruah.
Meskipun demikian, ironisnya ungkapan itu hanyalah sekedar senandung nyanyian tanpa makna, karena manfaat ekploitasi analisa kekayaan bumi nusantara ini, sampai kini ternyata masih harus digarap dan dinikmati oleh bangsa-bangsa pintar dari negeri lain.  Sementara bangsa yang diberi rahmat untuk menjadi pemilik dari negeri bertuah yang kaya dengan sumber daya alam ini paling hanya baru mampu sekedar menjadi tukang yang ahli dalam menghitung, meningkatkan, memungut pajak atau komisinya saja.
Begitulah Al Qur’an, setiap hari ummat Islam sibuk meyakinkan bahwasanya Al Qur’an adalah satu-satunya kitab yang paling lengkap sempurna mengandung jutaan ilmu tiada batas.  Meskipun demikian, sangatlah disayangkan karena keyakinan itu baru sekedar teori karena sampai kehari ini masih belum ada ummat Islam yang berusaha dan mampu mengungkapkan menunjukkan kandungan-kandungan ilmu yang ada dalam ayat-ayat suci itu.
Apa yang dibicarakan hari ini masih berkisar dalam masalah fiqih, nahu saraf.  Masih belum ada temuan –temuan baru yang dapat mendongkrak pamornya Islam ini.  Sampai kehari ini ummat Islam sepertinya sudah merasa puas kalau sudah bisa melafazkannya (mengucapkannya) dengan suara yang merdu dan cengkok-cengkok tajuidnya.
Padahal kita punya STIQ tetapi apa sumbangan terbarunya yang dapat menjadikan Islam ini semakin cemerlang dimata dunia ?.
Dulu, ketika Nabi Muhammad saw pertama kali menerima wahyu dari Allah swt melalui Malaikat Jibril, Baginda RasuluLah diperintahkan oleh Allah swt untuk membaca.   Padahal kita tahu bahwasanya semenjak lahir sampai wafatnya Nabi Muhammad saw adalah seorang yang tidak mengenal huruf.   Dengan demikian berarti membaca (Al Qura’an) yang dimaksudkan didalam Islam sebenarnya bukanlan hanya sekedar dengan melantunkan lafaz dari ayat-ayat suci tersebut seperti yang sudah lazim dilakukan selama ini.
Kalaulah yang dimaksudkan dengan membaca itu adalah sekedar mengucap ejaan dari setiap huruf, lalu petunjuk apa yang mungkin bisa kita dapatkan dari ayat-ayat tersebut ?.
Biasanya, setiap selesai melaksanakan shalat tarwih dibulan Ramadhan, katanya orang melakukan tadarus Al Qur’an.  Tetapi bila didalami, yang dilakukan itu ternyata hanyalah sekedar melantunkan pengucapan huruf-huruf dari ayat-ayat suci Al Qur’an.  Karena kalau tadarus yang berasal dari kata “daras” artinya adalah menela’ah atau mengkaji (bukan mengaji atau hanya sekedar melafazkan bentuk-bentuk huruf arab itu).
Tidakkah kita memperhatikan bahwasanya kini pengertian dari membaca itu sudah semakin berkembang ?.  Seorang arsitek membaca gambar, seorang pebisnis membaca pasar, seorang militer membaca situasi medan, sebuah computer membaca data dst. Dengan cara membaca seperti ini; seorang arsitek akan mengerti dengan rencana satu bangunan, seorang pebisnis akan mengerti apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan usahanya,  seorang militer akan mengerti apa yang harus disiapkan untuk memenangkan satu perperangan, sebuah komputer akan menampilkan data yang tersimpan.
Kalaulah kita mengartikan kata Iqra’ atau membatasi diri dengan pemahaman bahwasanya yang dimaksudkan dengan kata Iqra’ itu adalah sekedar anjuran untuk melafazkan ejaan ayat-ayat suci Al Qur’an, mungkinkah kita akan mendapatkan petunjuk dari ayat-ayat mutasyabihaat itu ?.  Meskipun pengucapan lafaz ayat-ayat suci itu kadang kala juga disertai dengan membacakan terjemahannya, tetapi terjemahannya itupun sering masih menjadi tanda tanya yang tidak ada jawabannya.
Oleh karena itu semua, pada tulisan berikut ini, melalui berbagai analisa, penulis mengajak, penulis mencoba melakukan dan menyampaikan salah satu contoh terobosan sebagaimana uraian berikut dibawah ini; meskipun Pembaca yang budiman tentunya boleh saja setuju atau tidak.
Namun demikian mari sama-sama kita renungkan, karena bagaimanapun, terobosan analisa ayat-ayat suci Al Qur’an ini seharusnya sudah sejak lama dilakukan oleh Ummat Islam agar Ummat Islam ini tidak lagi selamanya menjadi gerbong atau pengikut; tetapi sudah seharusnya menjadi lokomotif (panutan) didalam jagat raya ini (surat 1/2).Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Sepintas lalu kita sudah dapat melihat bahwasanya penjelasan dari ayat ini sebenarnya mencakup untuk keseluruhan ayat-ayat Al Qur’an yang terdiri dari lebih  6236 ayat.  Cuma yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan hanya bertaqwa, seperti tafsiran yang dipahami selama ini, yaitu dengan melafazkan ayat-ayat suci Al Qur’an dan mengerjakan rukum Islam lalu ummat Islam ini akan langsung saja terlindungi dari berbagai permasalahan tekanan, pemburuan, teror, difitnah dan pemblokiran yang dilakukan pihak lain terhadap ummat Islam ?.  Atau mungkinkah, kalau Ummat Islam ini sudah bertaqwa, maka otomatis Ummat Islam akan langsung mendapatkan suatu lingkungan yang baldatun tayyibatu warabbun gaffur ? tanpa karya nyata ?.  Mari sama-sama kita fikirkan.
Karena dalam kenyataannya, sampai hari ini dimana-mana diseluruh dunia ini, ummat Islam masih saja berada pada pihak yang diatur dan terpaksa mengikuti arah telunjuk dunia Internasional.
Sejak lama ummat Islam yang diajarkan dengan taqwa ini justru sering dengan gampangnya dapat diperebutkan seperti yang diakui oleh pemuka Islam itu sendiri bahwa umat Islam ini adalah ibaratkan sepotong roti enak yang mau pasrah saja diperebutkan orang.  Atau ibaratkan buih dilautan yang begitu banyak tetapi sama sekali tidak punya kekuatan, daya dan upaya.
Kini orang malah lebih segan kepada pengikut Yahudi yang maju pesat dengan hanya tuntunan kitab zabur dan Tauratnya yang sudah dimansyukhkan oleh Allah swt, ketimbang Ummat Islam yang baru hanya sekedar cukup bangga dengan mengajinya seperti yang dilakukan selama ini.  Mari sama-sama kita renungkan, kenapa sampai saat ini “fiddun ya hasanah” masih lebih banyak berpihak kepada pengikut Zabur dan taurat itu ?.
Kalau sudah begini tentunya pasti ada yang salah.  Cuma salahnya itu dimana ?.  Padahal kita ummat Islam punya Ulama-ulama besar yang telah menjelaskan makna mendasar dari taqwa itu sendiri.   Lalu apakah semua tekanan dan teror yang dialami oleh ummat Islam itu adalah disebabkan karena ummat Islam ini secara umum memang masih belum sepenuhnya bertaqwa atau mungkin juga ummat Islam itu sendirilah yang masih belum pas dalam memaknai maksud dan tujuan yang sebenarnya dari kata taqwa itu sendiri ???.
15/14. Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya,
15/15. Tentulah mereka berkata: "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang orang yang kena sihir".
Ayat dari surat yang ke 15 ini sesungguhnya telah menunjukan suatu kiasan bahwasanya apa-apa yang sudah kita pahami selama ini satu saat kelak melalui analisa yang lebih mendalam, nampaknya harus diperbaiki lagi.  Dengan kata lain melalui kiasan ayat-ayat tersebut diatas, didukung lagi dengan surat 55 ayat 33 yang mewanti-wanti suatu saat manusia yang sudah mendapatkan sultan (kekuatan atau cara) akan dapat melintasi cakrawala ini.  Pergi jalan-jalan ke planet lain (bukan bintang).
Ketika manusia bumi ini nantinya setelah sampai disana, ternyata akan menemukan manusia yang sama pula seperti manusia di bumi ini (mirip seperti Columbus yang dulu ketika baru saja sampai di benua Amerika yang tadinya dianggap tidak berpenghuni, ternyata dibenua itu Columbus telah menemukan manusia (yang disebut Indian) yang anatominya mirip sama dengan manusia di Erop ketika itu.  Sehingga timbullah tanda tanya besar, dari manakah datangnya orang-orang Indian itu ???).
Maka disaat itu nantinya, ketika orang sudah sampai di planet lain yang disana juga ditemukan manusia seperti kita, maka apa-apa yang sudah kita pahami selama ini, tentulah harus diperbaiki lagi.  Karena selain dari itu nantinya setelah manusia sampai diplanet lain itu, manusia bumi ini juga akan menemukan banyak hal lain yang sangat berbeda dengan apa-apa yang sudah dipahami selama ini.
Keberhasilan manusia terbang ke planet lain tentunya nanti setelah manusia berhasil menemukan cara untuk memanfaatkan tenaga gratis dari fenomena segitiga bermuda, satu tenaga dahsyat gratis yang disediakan oleh alam yang memungkinkan manusia nantinya juga dapat terbang ke planet lain didalam solar sistem kita ini dengan waktu yang sangat singkat.
Penulis pernah mengirimkan saran kepada Pihak NASA bahwasanya bila benar ingin terbang ke planet, jangan lagi memakai tenaga rocket, tidak akan berhasil.  Tetapi berusahalah untuk menmanfaatkan tenaga segitiga bermuda.  Tenaga gratis dan cepat yang disediakan alam.
Sejalan dengan hal itu mari sama-sama kita mencoba merenungkan lagi beberapa ungkapan berikut ini;
1.  36/82.  Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
Pada dasarnya, ayat ini akan bermakna bahwasanya bila Allah swt menghendaki, Allah cukup hanya mengatakan “jadilah”, maka ianya akan terjadi.
Namun sayangnya, pada makna lanjutannya, pada pendalamannya; kebanyakan orang memahami bahwasanya semua itu dapat saja terjadi dengan sendirinya atau dengan cara yang tiba-tiba atau instant bila Allah swt menghendaki.
Seperti apa yang sering dilakukan oleh seorang pesulap yang memasukkan tangannya kedalam sebuah kotak hitam kosong (misalnya), sejenak kemudian ketika ia menarik tangannya dari kotak kosong tersebut, tiba-tiba saja tangannya telah memegang seekor kelinci atau bebek.  Itulah yang dipahami oleh kebanyakan orang.
Memang, bila Allah swt menghendaki, “kun fayakun” , semuanya bisa saja terjadi berkat kuasanya Allah swt.  Cuma sayangnya, tidak banyak orang yang dapat menyadari bahwasanya semenjak dunia ini terkembang, semua kejadian penciptaan Allah swt itu selalu punya proses atau tahapan.  Tidak ada yang instant kecuali satu atau dua kejadian yang memang sengaja diperlihatkan Allah swt seperti tanpa proses, yang tujuannya adalah untuk memperlihatkan kekuasaaNya.
Kejadian-kejadian luar biasa tanpa proses ini disebut dengan mukjizat dan itu hanya terjadi pada Rasul-Rasul Allah swt.
Lihatlah, dari satu sperma yang menyatu dengan indung telur didalam rahim, diberi waktu beberapa minggu untuk mulai menjadi segumpal darah.  Setelah itu diberi waktu beberapa minggu lagi untuk menjadi janin.  Diberi waktu beberapa bulan baru diberi roh.  Beberapa bulan pula kemudian diapun keluar dari rahim.  Menjadi bayi, balita, kanak-kanak, belia, remaja, dewasa, tua dan akhirnya mati.  Itu adalah contoh proses.
Padahal bila Allah swt menghendaki (misalnya), Allah bisa saja memerintahkan seseorang yang sudah di dewasakan tiba-tiba saja di munculkan kepermukaan bumi ini tanpa proses kelahiran dan peremajaan.  Seperti apa yang kelak akan terjadi di Padang Mahsyar dimana manusia yang sudah hancur lebur selama kurun waktu yang tidak terbayangkan, akan langsung muncul ke permukaan tanah saat itu bak cendawan tumbuh dimusim hujan dan manusia yang muncul itu akan langsung dewasa tanpa proses kelahiran dan balita lagi.
Demikianlah, meskipun Allah punya kekuasaan “kun fayakun”, namun Allah swt tetap saja menciptakan satu proses untuk setiap kejadian dialam fana ini.  Setiap kejadian mesti ada asbabun nuzul-nya, sebab akibatnya.  Sehingga terciptalah dinamika kehidupan.
Sejalan pula dengan logika  akal manusia ciptaan Allah swt (al haq).Dengan adanya asbabun nuzul, sebab akibat dan dinamika kehidupan ini, maka orang-orang yang terlahir sebagai manusia dinamis akan menjadi terdorong untuk mempergunakan akalnya.
Lain halnya bagi sebahagian manusia statis yang enggan mempergunakan akalnya, bila ada pertanyaan kenapa bisa begitu, kenapa bisa terjadi, kenapa bisa begini ?; maka dengan entengnya ia akan menjawab, bahwasanya semua itu mudah saja bagi Allah. Yaaaaa kalau begitu selesailah sudah.  Maka sia-sia lah Allah swt memberinya akal karena tidak bisa lagi dikembangkan (statis).
Akibat dari pemikiran seperti itu, maka tidak akan ada lagi experiment, percobaan; tidak akan ada lagi penyelidikan; tidak akan ada lagi inovasi dan temuan-temuan baru yang dapat merobah kehidupan manusia ini, dari hanya berjalan kaki dan berlari dizaman pra sejarah dulu sampai kini menjadi mampu terbang; tidak akan ada lagi analisa-analisa yang dapat mendorong manusia berusaha menciptakan alat komunikasi yang memungkinkan orang dapat berbicara dan melihat dalam jarak yang jauh.
Dengan contoh ayat-ayat berikut ini Allah swt telah memberikan satu gambaran tentang satu proses.
25/2.  Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannyadengan serapi-rapinya].
54/49.  Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
4/13.   (hukum-hukum tersebut) adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.
Demikianlah, Allah swt telah menetapkan ukuran alias aturannya alias hukumnya seperti misalnya: sebuah benda panas bila bersentuhan dengan kulit manusia, maka kulit akan merasa kepanasan bahkan bisa terbakar bila tingkat kepanasannya melebihi panasnya kulit manusia.
Itu adalah contoh hukum yang telah ditetapkan Allah terlepas dari apakah itu belum atau sudah terjadi.  Tetapi bila seseorang tetap saja memegang atau terpegang dengan benda panas, berarti dia telah terlanggar atau melanggar hukum yang ditetapkan Allah.  Akibat dari pelanggaran tersebut, maka orang itu akan merasa kepanasan atau terbakar; itulah hukumannya.
2.     2/30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Seseorang yang pernah mengalami atau melihat betapa dahsyatnya kalau tersengat arus listrik; ia akan berteriak keras awas, bahaya !!!” mengingatkan orang lain, apalagi bila melihat keluarganya berada didekat peralatan listrik yang terbuka.  Karena orang itu tidak ingin ada orang lain yang akan menjadi korban akibat tersengat arus listrik itu.
Lain halnya dengan orang yang sama sekali belum pernah mengetahui apalagi merasakan sengatan listrik tersebut; orang ini akan santai saja, tenang-tenang saja bila melihat ada anaknya atau orang lain yang berdekatan dengan arus listrik terbuka.
Dengan kata lain, biasanya orang akan dapat berkomentar, menyarankan ataupun menjelaskan bila dia sudah pernah melihat, merasakan atau mendengar.
Demikianlah, ketika Allah swt akan menjadikan (kata yang dipakai adalah ja’la) seseorang (Adam) untuk menjadi khalifah dimuka bumi; kok berani-beraninya malaikat berkata:  "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah ..........?.  Para malaikat berkata demikian tentu ada alasannya, tentu ada sebabnya.
(Didalam Kitab Suci Al Qur’an, ada 57 ayat dimana Allah mengingatkan untuk berfikir.  Afala tafakkarun, afala ya’kilum, albab, afala ta’kilun, sejalan dengan al haq).  Mari kita fikirkan juga dengan akal, bukan hanya dengan hati, perasaan dan emosi yang akhirnya cendrung menuju kepada taklid.
Menurut al haq, kebenaran, kewajaran atau logikanya (sesuai dengan rencana Allah); keberanian para malaikat berkata demikian kepada Allah tentunya tak lain adalah karena sebelum Allah berencana menjadikan Adam untuk menjadi (khalifah …. ?) di bumi (ketika itu Adam masih di sorga …. (nyata atau gaib?), sebenarnya para malaikat dimasa itu sudah pernah melihat perilaku masyarakat manusia banyak lainnya, disekitar Adam atau mungkin juga di bumi yang lain.  Dimana manusia-manusia banyak yang dilihat malaikat itu adalah manusia-manusia yang suka membuat keonaran, tawuran dan kerusakan sebelum Allah swt berencana menjadikan (ja’la) Adam sebagai khalifah untuk di bumi (bukannya menjadikan manusiapertama sebagaimanyang telah dipahami selama ini), bukan pula untuk khalifah di planet lain (mars, Jupiter, sturnus dst).
Sungguh sangatlah tidak mungkin para malaikat akan berani berkata begitu disaat itu, kalaulah pada saat itu adalah buat pertama kalinya para malaikat baru akan melihat Adam sebagai satu-satunya manusia di jagat raya ini.
Sungguh sangatlah tidak mungkin lagi kalau para malaikat akan berani meramalkan bahwasanya manusia yang akan diciptakan Allah swt adalah makhluk yang akan membuat kerusakan dan suka menumpahkan darah.  Padahal Adam baru saja akan dijadikan atau  dijadikan.  Jadi belum ada sontoh.
Ayat 3/59.  Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti   (penciptaan) Adam.  Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.
Dari tatanan susunan kalimat ayat ini jelas terlihat betapa Allah dengan gamblangnya telah menjelaskan bahwasanya kejadian Isa itu adalah sama seperti kejadian Adam as, sangat sederhana penjelasannya.
Kalau Isa telah di lahirkan dari seorang perempuan, mestinya Adam juga ……. ? Ironisnya, terjemahan ayat ini telah berputar-putar terputar menuju arah yang tidak jelas akhirnya seperti biasa kalau sudah terbentur alias mentok, yaaa dikembalikan lagi kepada “kun fayakun” sebagai langkah akhir dari satu kebingunan.
Itulah barangkali salah satu sebab mengapa para penafsir Al Qur’an pada rata-rata buku tafsir, seperti yang telah disinggung pada awal tulisan ini, meskipun para penafsir itu telah dianggap sebagai orang yang sudah benar-benar ahli dalam tata bahasa Arab; namun dari awal-awal mereka sudah mengakui bahwasanya apa-apa yang mereka fahami dari ayat-ayat suci Al Qur’an bukanlah harga mati.  Para Penafsir sangat menyadari akan keterbatasan mereka terkait dengan perkembangan zaman dalam mengungkapkannya terutama makna dari ayat-ayat yang bersifat mutasyabihat.
Tidak pernah ditemukan seorang penafsir pun yang mengatakan bahwasanya penafsiran mereka terhadap ayat-ayat suci Al Qur’an mengandung kebenaran mutlak yang tidak boleh diganggu gugat lagi.
Oleh karena itu, mengapa kita masih harus memakukan diri dengan penafsiran Para Penafsir yang melakukan penafsiran ketika orang masih sibuk memakai gerobak, ketika orang masih menulis di daun lontar atau batu tulis.  Padahal kini sudah zamannya tekhnologi kumputer dan pesawat angkasa ?.
Haruskah kita masih merasa bahwa ayat-ayat suci Al Qur’an, terutama ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat yang mempunyai penafsiran statis ?.
Kini, sudah saatnya kita menyadari bahwasanya kitab suci Al-Quran itu adalah suatu kitab yang mempunyai ayat-ayat dengan penafsiran Dinamis yang mestinya mampu untuk menjadi penerang disegala zaman ?.  Haruskah kita masih membenamkan dan membatasi diri hanya dengan mushabaqah, yang katanya membaca Al Qur’an ?.
Kita punya cukup banyak STIAQ, tetapi sejauh ini pernahkah kita mempertanyakan terobosan apa saja yang telah dihasilkan oleh STIAQ tersebut yang dapat menjadikan Islam semakin disegani -- bukan ditakuti -- di mata dunia ini ?.
3.     Ketika pertama kali Nabi adam dipindahkan atau didatangkan ke planet bumi ini, konon menurut kisahnya ketika itu Nabi adam ditempatkan di sekitar daerah pergunungan Himalaya.  Sedangkan Siti Hawa pada waktu yang bersamaan ditempatkan di sekitar pergunungan Alpen.
Kita tahu bahwa semenjak dahulu daerah Alpen dan Himalaya itu adalah satu daerah dingin menusuk tulang, yang diselimuti salju.  Padahal kita juga tahu bahwasanya kepindahan Nabi Adam dan Siti Hawa ke bumi ini tidaklah dengan bantuan Moving Company yang mengantarkan Nabi Adam dengan satu container peralatan rumah tangga untuk bekal hidupnya didaerah dingin di Bumi ini.
Dengan kata lain, teorinya, Nabi Adam dan Siti Hawa didatangkan ke planet bumi ini hanyalah dengan membawa pakaian yang lekat di badan saja.
Oleh karena itu, logikanya, Nabi Adam dan Siti Hawa bisa meninggal kedinginan kalaulah daerah dimana mereka ditempatkan ketika itu memanglah benar daerah dingin yang diselimuti salju.
Berdasarkan analisa ini, sebenarnya daerah Himalaya dan Alpen dimasa itu bukanlah daerah dingin yang diselimuti salju.  Lalu alasannya apa ….. ?. Haruskan peristiwa rumit seperti ini di timpakan lagi kepada “kun fayakun” sehingga akal tidak lagi perlu dipergunakan ?.  (Permasalahan ini khusus akan kita analisakan lagi terpisah pada episode berikutnya.)
4.  Demikianlah, setelah Nabi Adam as ditinggalkan di muka bumi oleh malaikat yang mengantarkannya, maka mulailah Ia menata kehidupannya.
Satu ketika, nabi Adam melihat sekelompok babi dan monyet yang berebutan memakan sejenis makanan yang digali dari dalam tanah dengan warna keputihan (ini hanya ilusi).  Melihat sekelompok hewan yang dengan lahapnya memakan makanan yang berwarna putih itu, maka Nabi Adam as pun terpancing mengusir hewan tersebut agar ia dapat pula mencoba memakan apa yang telah dimakan oleh hewan-hewan itu.
Setelah Nabi Adam as mencoba memakannya, ternyata enak, karena apa yang dimakannya itu adalah ubi kayu atau singkong yang kita kenal sekarang ini.
Lama semenjak itu, hari demi hari berlalu, Nabi Adam as terus saja memakan ubi mentah tersebut bila dijumpainya.
Begitulah sampai pada satu saat api ditemukan.  Ubi yang tadinya dimakan mentah dicoba untuk dibakar, ternyata lebih enak lagi.
Lama pula kemudian ketika periuk tanah telah ditemukan sehingga ubi yang tadinya dibakar dapat pula direbus, eee malah lebih enak lagi.
Seterusnya ketika minyak goreng ditemukan, ubi dapat pula digoreng dengan rasa yang makin enak.
Begitu pula setelah ragi ditemukan, ubi dapat pula dibuat tape yang rasanya semakin enak.Belakangan kini, ubi ternyata tidak hanya dapat dibuat makanan, tetapi juga bisa dibuat sipiritus atau etanol yang dapat dijadikan bahan bakar menjalankan pesawat terbang.
Begitulah perkembangan zaman dimana kalau tadinya ubi kayu hanya dimakan mentah akhirnya ternyata bisa pula dibuat menjadi bahan bakar pesawat.
Apa yang dijelaskan diatas sesungguhnya adalah merupakan gambaran dari satu sisi pemahaman atau pemaknaan, bahwasanya satu ayat saja dalam Kitab Suci Al Qur’an(terutama ayat yang bersifat mutasyabihat atau kiasan) sebenarnya sudah mengandung arti dan makna yang bertingkat-tingkat, yang sekaligus dapat diperuntukkan untuk menjadi penerang dimana kegelapan mendatang disetiap zaman.

Seperti ayat: 17/1.  Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnyaagar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Selama berabad-abad, melalui acara isra’ dan mi’raj’ yang dilakukan setiap tahun, ayat ini baru diartikan hanya dari sudut pemahaman atau penafsiran ubi mentahnya saja.


Padahal didalam ayat ini terkandung atau tersirat rahasia berlipat penjelasan tekhnologi yang bisa dikembangkan tentang satu sumber tenaga dahsyat gratis, yang berhubungan dengan rahasia segitiga bermuda untuk mempermudahkan perjalanan macrocosmos, yang dapat dipergunakan sepanjang masa.
Hanya Allah menjelaskannya sengaja dengan kiasan agar manusia dapat berpacu untuk menganalisakannya dengan mempergunakan akal yang telah diberikanNya.  Siapa rajin tentu bisa pandai, siapa gigih tentu akan dapat.
Afala tafakkarun.  Mari kita fikirkan juga dengan akal, bukan hanya dengan hati, perasaan dan emosi yang akhirnya cendrung menuju kepada taklid.
Sesungguhnya, tafakkarun yang dimaksudkan Allah swt bukanlah hanya sekedar tafakkur atau memikirkan saja; tetapi lebih jauh dan dalam tafakkur yang dimaksudkan adalah menganalisakan, mengggali, mendalami. Mengkaji, seperti yang tgelah dilakukan oleh para penemu temuan-temuan baru.
Oleh karena itu, akan sangat merugilah kalau ayat 17/1 tersebut selama berabad-abad hanya diartikan sebagai satu perjalanan malam.   Contoh lainnya adalah sebagaimana ayat berikut ini:
5  Ayat 7/178 mengatakan bahwa Dialah yang menciptakan kamu (khalaqakum) dari diri yang satu dan menjadikan (ja'ala -- bukan menciptakan) dari padanya (ha -- bukan hu -- sebagai pasangannya -- ha -- bukan -- hu)  (zaujaha -- bukan -- zaujuhu) ( -- ha itu perempuan atau laki-laki ????) agar muncullah rasa senang pada dia (ha -- bukan hu).
Maka setelah dicampurinya pasangannya (ha -- bukan hu) mengandung kandungan yang ringan dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu).  Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang shaleh, tentulah kami termasuk orang yang bersyukur".                                                                                 


Catatan;
(didalam ayat 7/ 189 ini ada dua kata yang berbeda  yaitu khalaka = menciptakan dan ja’la = menjadikan yang selama ini dua macam kata tersebut sama-sama ditafsirkan oleh ahli tafsir dengan makna menciptakan.  Padahal akibat dari menyamakan arti dua macam kata ini telah menimbulkan akibat semacam keraguan pemahaman,  yang menimbulkan tanda tanya besar bagi mereka yang berfikir dinamis.




Didalam penafsiran ayat 7/189 ini, ada satu hal yang sudah saatnya untuk ditinjau lagi, dimana “Ha” dalam ayat ini telah ditafsirkan sebagagi laki-laki.  Padahal kita tahu, “Allahumagfirlaha”, (ha) itu sebenarnya artinya adalah perempuan, sedangkan “Allahumagfirlahu”, (hu) itu sebenarnya artinya adalah laki-laki.  Tetapi kenapa “minha”, (ha)selama ini malah diartikan sebagai laki-laki ????.  Begitu pula “zaujaha”, (ha) didalam ayat ini juga ditafsirkan sebagai pasangan laki-laki????. Padahal seharusnya diartikan sebagai pasangan perempuan yang dapat menjadikan perempuan tersebut beranak (tentunya anak laki-laki).  Barulah kejadiannya sama sejalan dengan kejadian Nabi Isa seperti yang dimaksudkan oleh ayat 3/59.
Disinilah sebenarnya salah satu contoh persoalan, yang telah menjadi titik awal, yang telah mengarahkan kita kepada satu arah penyimpangan dari arah tujuan penafsiran yang seharusnya, yang sudah saatnya mesti kita tinjau kembali sekaligus kita perbaiki agar kesalahan itu tidak semakin berlarut-larut.
Menyimak kepada ayat 3/59, Allah swt telah begitu jelasnya mengatakan bahwasanya kejadian Isa itu adalah sama seperti kejadian Adam.
Oleh sebab itu, sehubungan dengan ayat 7/189 dimana Isa telah dilahirkan oleh seorang perempuan tanpa suami, yaitunya Maryam yang hamil setelah didatangi oleh malaikat Jibril yang tujuannya untuk memberikan inseminasi buatan kepada Maryam; maka mestinya Adam as juga dilahirkan oleh seorang perempuan tanpa suami sebagai (yang logikanya) manusia pertama dijagat raya yanag di ciptakan oleh Allah swt.  Dimana manusia pertama ini telah hamil dan melahirkan sama seperti apa yang telah dialami oleh Maryam.
Dimasa itu, ketika Maryam yang dipingit (dikarantina) dapat hamil dan melahirkan, oleh masyarkat dianggap suatu kejadian yang sangat luar biasa.  Sehingga muncullah sangkaan yang macam-macam dari masyarakatnya.
Padahal kini, kejadian seperti itusebenarnya adalah suatu hal wajar-wajar saja.   Dengan tekhnologi inseminasi, setiap perempuan atau betina yang subur dapat saja hamil tanpa disentuh oleh laki-laki atau jantan.  Jadi tetap saja logis atau al haq.
Berdasarkan analiasa ini, yang diperkuat dengan kiasan ayat 3/59 itu, dimana Allah swt telah mengkiaskan bahwasanya kejadian Isa itu adalah sama seperti kejadian Adam; itu dapat berarti bahwasanya kalau Isa telah dilahirkan oleh seorang perempuan, maka penafsiran manusia pertama yang diciptakan Allah seharusnya adalah juga perempuan yang akhirnya melahirkan Adam seperti Maryam melahirkan Isa dan akhirnya setelah bayi laki-laki pertama itu dilahirkan oleh perempuan pertama ciptaan Allah swt, kemudian dia menjadi dewasa maka diapun menjadi pasangannya zauja(ha) bukan zaujuhu,dinikahkan menjadi pasangan suami isteri.
Seterusnya setelah pasangan tersebut melahirkan beberapa pasangan anak setelah pindah kebumi, maka masing-masing anak ketika itu pun saling dinikahkan, karena belum adanya keluarga yang lain.
Oleh karena itu, kini sudah saat kita merenung jauh lebih dalam.  Kalaulah dulu orang berpendapat atau memahami bahwasanya Adam adalah manusia pertama, itu boleh-boleh saja karena sesuai pula dengan zamannya ketika itu disaat mana semuanya masih serba tertutup.  Tabu untuk dibicarakan.
Tetapi kini dizaman semuanya semakin serba terbuka ini, dimana al-haq (kebenaran) semakin menjadi acuan; dizaman dimana orang berfikir semakin dinamis, logis dan kritis;  pendapat yang mengatakan bahwasanya salah satu tulang rusuk Adam Nabi Adam dicabut untuk dijadikan seorang perempuan yang bernama Hawa yang kemudian dijadikan istrinya Nabi Adam; sesungguhnya sudah perlu dikaji ulang.
Itupun masih harus dipertanyakan lagi, apakah ketika Hawa dibuat dari tulang rusuk Nabi Adam itu langsung menjadi seorang gadis ataukah melalui proses menjadi bayi terlebih dahulu.
Jadi pendapat seperti itu kini sudah sangatlah tidak logis lagi (tentunya bagi mereka yang berfikiran dinamis).
Sepertinya orang berpendapat bahwa ketika Allah swt akan membuat seorang perempuan untuk dijadikan teman hidupnya Nabi Adam as, Allah swt sudah kehabisan bahan; sehingga terpaksalah tulang rusuk Nabi Adam yang harus dikorbankan.  Yang benaaaar aaaaja tuuuu pak.
Bila merujuk kepada pemahaman semenjak dulu sampai saat ini (yang mengatakan bahwasanya manusia pertama adalah laki-laki), perlu juga didalami lagi bahwasanya ketika Allah swt mulai pertama kalinya membuat Adam, apakah Adam ketika itu sudah dibuatkan juga kelamin laki-lakinya atau belum ?.
Seandainya Allah swt belum melengkapi manusia pertama itu dengan kelamin laki-lakinya,  berarti rencana Allah belumlah cukup matang.   Dengan menjadikan laki-laki pertama itu tanpa kelamin, berarti awalnya rencana Allah swt menciptakan laki-laki adalah sebagai manusia tunggal, yang tidak perlu berketurunan.   Sedangkan bila Allah swt memang telah langsung melengkapinya dengan kelamin laki-lakinya, berarti Allah swt memang telah ada rencana selanjutnya untuk menciptakan perempuan sekaligus dengan kelamin perempuannya, meskipun diminta atau tidak diminta oleh Adam as.
Untuk apa Allah swt membuat kelamin laki-laki pertama itu kalaulah tidak akan ada hubungannya dengan perempuan ???.  Jadi sangatlahlah tidak berpatutan kalau Allah swt harus dipahami harus mengorbankan tulang rusuknya Nabi Adam guna memenuhi permintaan Nabi Adam as dalam menciptakan seorang perempuan yang katanya kejadian itu terjadinya di sorga.  Miskin kalinya Allah itu kalaulah harus mengorbankan tulang rusuknya Nabi Adam as untuk membuat perempuan, sepertinya Allah swt sudah kehabisan bahan).  Padahal semua bahan yang diperlukan, disorgawaktu itu, tentunya sangatlah lengkap.
Oleh karena itu, berdasarkan analisa yang lebih mendalam ini, sudah waktunya kita menyadari bahwasanya manusia pertama yang diciptakan Allah swt dijagat raya ini sebenarnya adalah seorang wanita atau perempuan, bukannya laki-laki.
Dengan cara memperbaiki penafsiran yang kusut selama ini, tentang manusia pertama yang sudah dijelaskan secara kiasan didalam Al Qur’an, maka ayat 7/189 akan langsung nyambung dengan ayat 3/59 dan akan nyabung pula dengan doa yang dibacakan ketika mensholatkan jenazah jenazah.
Allahummagfirlahu warhamhu untuk laki-laki dan Allahummagfirlaha warhamha untuk perempuan
Dan yang lebih penting lagi.   Dengan terbukanya analisa ini, maka akan semakin terbuka pulalah sumbatan cakrawala lautan ilmiah luas dalam Islam selama ini seperti yang dikiaskan oleh ayat 14/15 dan 15/15.
Tetapi kalaulah kita masih tetap bertahan dengan pemahaman dasar selama ini, yang mengartikan minha itu sebagai laki-laki, maka ayat 7/189 akan terpaksa berdiri sendiri terpisah ditengah-tengah ribuan ayat lainnya.  Sekali lagi mari kita renungkan.   Wahai para pemikir Islam.  Afala tafakkarun, afala ta’kilun.
6.   Ayat 51/56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Pada ayat ini, tersirat penafsiran perintah untuk mengikuti aturan Allah swt dengan beragam cara yang telah ditetapkan dan di ajarkan melalui Rasul  (utusanNya).  Karena kata yang dipakai adalah kata umum (mengabdi) bukannya kata khusus seperti kata menyembah misalnya. 
Ayat  24/41. Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang dilangit dan dibumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya.  Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyangnya (aturannya) dan tasbihnya (pelaksanaannya ?)dan Allah swt Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Pada penafsiran ayat ini tersirat satu ketetapan untuk mengikuti aturan dimana bumi ini telah ditetapkan untuk berputar selama 24 jam sehari pada sumbunya sambil mengelilingi matahari selama 365 hari dan burung mengikuti aturan dengan mengembangkan sayapnya.  Oleh sebab itu, maka akan muncullah kebingunan (yang menjurus kepada dogma) bila bumi masih saja di tafsirkan bertasbih seperti yang dipahami selama ini, karena penafsiran tasbih selama ini adalah mengucapkan subhanalLah, Allahuakbar dan alhamdulilLah.

Ayat 38/18.  Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi.

Bagi orang-orang yang terlahir dengan pola pikir yang statis, penafsiran yang menjelaskan bahwa gunung-gunung bertasbih – sebagaimana yang telah difahami bahwa pengertian bertasbih itu adalah mengucapkan; SubhanalLah, Allahuakbar dan AlhamdulilLah -- bersama Daud adalah suatu yang wajar-wajar saja.  Landasannya adalah kunfayakun, tak perlu proses, tak perlu dipersoalkan lagi, terima sajalah, dosakata mereka kalau mempergunakan akal untuk untuk memikirkan hal-hal semacam itu.
Tetapi, bagi orang-orang yang terlahir dengan pola pikir dinamika tinggi, penafsiran gunung bertasbih dari ayat ini sangatlah janggalnya.  Karena gunung adalah satu makhluk Allah yang tidak hidup, tidak diberi nyawa dan pikiran.  Jadi sangatlah tidak sejalan dengan akal yang diberikan oleh Allah itu sendiri bila ada orang yang meyakini gunung-gunung juga bisa bertasbih (seperti yang dipahami selama ini).
Itu baru satu contoh, dan tentunya banyak lagi contoh ayat yang lainnya yang masih memerlukan pendalaman lanjutannya.   Oleh karena itu semua, kini, dizaman tekhnologi komputer ini sudah saatnya kita tidak lagi terpaku untuk terus-terusan makan ubi mentah seperti yang dilakukan ummat dizaman purbakala dulu.
Kalau orang dizaman purbakala dulu harus makan ubi mentah, memanglah zamannya karena ketika itu orang belum menemukan api ataupun perkakas lainnya yang dapat mengolah ubi menjadi beragam produk.
Sejalan dengan permisalan ubi mentah, dimana kalau dulu dizaman purbakala ubi atau singkong masih dimakan mentah sesuai dengan keadaan zamannya yang masih awam, masih mereka-reka, sedangkan kini dizaman tekhnologi komputer ini ubi sudah bisa dibuat orang menjadi etanol bahan bakar mesin pesawat terbang.
Oleh karena itu kini sudah seharusnya ummat Islam ini berusaha membongkar mengungkapkan berbagai kandungan rahasia ilmiah yang ada didalam ayat-ayat suci Al-Quran agar Islam semakin dihargai sebagai agama samawat, Islam tidak lagi semakin ditakuti sebagai agama jihad.
Kalau dulu di zaman Nabi Muhammad, bila berbicara dalam hal jarak dari satu tempat ketempat lain; orang masih memakai rujukan satu hari, dua hari, satu minggu perjalanan onta atau kuda; itu memanglah benar sesuai dengan zamannya ketika itu.  Tetapi belakangan ini, diawal abad ke 20 ini orang sudah berobah memakai istilah kendaraan bermesin.  Meningkat lagi memakai istilah kecepatan suara, kecepatan supersonic dan kini meningkat lagi orang sudah memakai istilah kecepatan cahaya atau kecepatan pergerakan signal atau gelombang magnet.
Sangatlah da’ifnya, kalaulah ummat Islam dizaman tekhnologi komputer ini, satu-satunya ummat yang dikaruniai kitab petunjuk paling super canggih dengan kandungan ilmu yang tidak terhingga (Al Qur’an), tetapi justru masih saja harus terbenam sibuk dengan percakapan tentang ubi rebus dan kecepatan onta.  Sementara orang-orang diluar Islam sudah berpindah maju sibuk membicarakan produksi etanol yang juga dari ubi (singkong) dan sejak lama sudah memakai istilah kecepatan elektron atau cahaya.  Mari kita pikirkan; afala tafakkarun, afala ta’kilun ya ulil albab.  Mari kita fikirkan juga dengan akal, bukan hanya dengan hati, perasaan dan emosi yang akhirnya cendrung menuju kepada taklid.
Seandainya didunia ini hanya ada orang-orang seperti kita, ummat Islam saat ini, yang cendrung beranggapan bahwa semua yang belum terfikirkan, yang tidak terlihat lalu dianggap gaib; maka tentulah sampai kini dunia ini akan tetap gelap gulita bila malam mendatang, paling hanya diterangi oleh lampu lilin.  Karena listrik dengan medan magnet yang tidak terlihat atau gaib tidak akan pernah ditemukan orang, maka tentulah video, TV, Hp dan lain sebagainya tidak akan pernah ditemukan orang sehingga komunikasi jarak jauh akan membutuhkan waktu berhari-hari. dan seterusnya.
Apa yang diungkapkan pada tulisan ini, barulah merupakan langkah awal dari sejumlah ungkapan berikutnya yang akan kita ungkapkan nantinya seperti;
            a.      Kalau disaat pelaksanaan hajji orang diwajibkan wukuf, orang sudah tahu kalau    ketentuan itu sebenarnya adalah merupakan salah satu perintah untuk memperingati bahwa disanalah dulunya pertemuan mesra nenek moyang manusia ini setelah 40 tahun terpisah.
b.    Bila calon hajji disuruh sa’i,  orang juga sudah tahu bahwasanya itu adalah untuk memperingati apa yang dilakukan oleh Siti Hajar ketika mencari air untuk anaknya Ismail.
c.   Demikian juga bila para hajji disuruh memotong korban, orang pun sudah tahu bahwasanya kegiatan itu adalah memperingati apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as.
d.    Dan kalau para hajji disuruh melontar jumrah, itu juga adalah memperingati apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as.
e.    Tetapi ketika orang diwajibkan tawaf disekeliling ka’bah, apakah hikmahnya disebalik kewajiban ini ?.  Itulah nanti yang akan kita bahas.
f.    Begitu pula dengan proses kejadian banjir dizaman Nabi Nuh as, yang akhirnya menjadikan negara tandus seperti Timur Tengah menjadi negara kaya dengan minyak buminya;  Juga dengan jelas telah diungkapkan didalam kitab suci Al-Quran.
Selain dari itu, kini dizaman tekhnologi komputer ini sudah patut dipertanyakan atau difikirkan; ketika Nabi Adam as masih berada disorga, apakah keberadaan Nabi Adam as ketika itu dalam keadaan nyata atau roh ?.   Atau dengan kata lain, apakah keberadaan Nabi Adam as disorga ketika itu memang dalam keadaan nyata yang dapat dilihat dan diraba yang artinya Nabi adam as sebenarnya memang pernah tinggal hidup pada satu tempat nyata yang dikatakan sorga ?.   Atau ketika itu Adam tinggal disorga masih dalam keadaan roh karena harus tinggal disorga yang masih gaib.
Pertanyaan berikutnya. Kalaulah sorga itu memang satu tempat yang nyata, bukan gaib seperti yang difikirkan orang selama ini; lalu dimana posisi sorga yang pernah didiami Nabi Adam as itu kini ?.    Yang jelas, kalaulah sorga itu adalah satu tempat dialam gaib; sangatlah tidak logis Nabi adam as dengan tubuh kasarnya akan hidup di sorga yang merupakan alam gaib.  Betapapun, Allah dapat berbuat apa maunya; namun dalam kenyataanya selama ini selalu ada asbabul nuzul, sebab akibat.  Itulah hukum yang ditetapkan Allah.  Tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada proses.
Namun, walaubagaimanapun; yang menjadi sasaran pokok dari buku sederhana ini adalah mendorong ummat Islam untuk bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Islam itu bukanlah hanya sekedar agama shalat, bukanlah hanya sekedar agama zikir serta tasbih, bukan hanya sekedar agama musabaqah dan seterusnya.   Tetapi lebih dari itu semua, Islam itu adalah suatu agama yang benar-benar komplet.   Islam juga agama tekhnologi yang mampu memberikan petunjuk dan penerang dikala gelap dan samar scientific mendatang.  Meskipun petunjuk itu diberikan oleh Allah swt secara kiasan.
Tujuannya tentu saja adalah agar kita bisa bersaing dan ada usaha.   Tidak terima bersih begitu saja seperti keadaan kita sekarang ini dimana Ummat Islam hanya tinggal pakai listrik, tinggal pakai HP, tinggal nonton TV, tinggal naik pesawat terbang dan seterusnys;  yang akhirnya Ummat Islam jadi rebutan dunia bisnis.   Bagaikan sepotong roti yang enak jadi rebutan atau bagaikan buih yang banyak dilautan;  tetapi tidak ada daya upaya, tidak ada tenaga kekuatannya.  Kehidupannya justru mesti mengikuti arah telunjuk orang lain.  Miris rasanya.
Akhirnya kepada Allah swt penulis minta ampun untuk perbaikan tulisan ini.  Kepada Pembaca penulis minta maaf bila tulisan ini agak jelimet.  Bagaimanapun pembahasan mirip seperti inilah barangkali yang dimaksudkan dengan membaca (mengkaji) Al Qur’an.  Jadi bukanlah hanya dengan sekedar melantunkannya saja.  Wass


Tidak ada komentar:

Posting Komentar