KATA PENGANTAR
.Pembaca yang budiman.
Sesungguhnya
tulisan ini adalah gabungan dari beberapa artikel yang merupakan trobosan
pendalaman pemahaman dari sejumlah ayat-ayat mutasyabihaat yang terdapat
didalam Kitab Suci Al Qur’an.
Sebagaimana kita
ketahui bahwasanya ayat-ayat Suci Al Qur’an terdiri dari 2 kelompok yaitunya
ayat-ayat yang bersifat muhkamat (undang-undang, ketentuan dan hukum) dan
ayat-ayat yang bersifat mutasyabihaat (kiasan)
Muhkamat adalah
seperti ayat 2/183 yang memerintahkan untuk melakukan puasa pada bulan
Ramadhan, mulai dari terbit fajar sampailah tenggelamnya matahari.
Perintah seperti itu adalah semacam SOP (standar operating
prosedur), satu ketentuan peraturan hukum yang sama sekali tidak boleh
di ganggu gugat pada saat-saat normal.
Sedangkan
keterangan ayat 3/59 yang mengatakan bahwasanya kejadian Nabi Isa as adalah
sama seperti kejadian Nabi Adam as; begitu pula ayat 22/18 yang menerangkan
bahwasanya kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi,
matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang
melata; adalah ayat-ayat yang bersifatmutasyabihat atau kiasan yang
perlu dianalisa dikaji secara lebih mendalam agar ayat-ayat tersebut dapat
berguna bagi kehidupan manusia.
Ayat-ayat
mutasyabihat atau kiasan itu memerlukan usaha khusus untuk mendalami dan
mengembangkan arti dan maksudnya. Seperti yang telah dilakukan oleh Dr.
Rasyad Khalifah dari belahan dunia barat. (hal 4-42)
Untuk
menterjemahkan ayat-ayat suci Al Qur’an perlu ilmu nahu saraf atau tata bahasa
yang tentu saja telah dimiliki oleh sebahagian orang yang mengerti bahasa
Arab. Meskipun demikian, mengerti bahasa Arab belumlah cukup untuk
pendalaman lanjutannya. Untuk darasnya, pendalaman lanjutannya memerlukan
tambahan nalar yang lebih mendalam. Sementara itu terjemahan yang
kita kenal selama ini adalah seperti yang telah diakui sendiri oleh
beliau-beliau yang telah menterjemahkan ayat-ayat suci tsb, bahwasanya
terjemahan yang telah diterbitkan selama ini masih terbatas pada kemampuan tata
bahasa yang dimiliki oleh Para Penterjemah itu sendiri.
Hal itu dapat
terlihat dari beberapa pengertian terjemahan yang masih berbeda antara satu
dengan yang lainnya seperti yang terdapat pada Surat Annaziat yang terdiri dari
dua pengertian. (hal 7 -42)
Oleh karena itu
Para Penterjemah sendiri telah mengakui bahwa apa-apa yang diterjemahkan dalam
tafsir, tidaklah tertutup kemungkinannya untuk dikembangkan lebih lanjut. (hal
25,26,27 - 42)
Sejalan dengan
keterangan dari Para Penterjemah itu, maka penulis telah mencoba memberanikan
diri mendalami, mengembangkan pengertian bebagai kiasan dari ayat-ayat suci Al
Qur’an. Dimana pendalaman itu telah dilakukan semenjak lebih dari 40
tahun yang lalu dengan berbagai bantuan referensi. Baik itu keterangan
lisan dari para sarjana maupun dari apa-apa yang telah mereka bukukan
Sebahagian dari
hasil pendalaman itu akan dijelaskan pada tulisan berikut ini. Silahkan
anda membacanya; merenungkannya dari sudut tauhid, logika,
alhaq dan akal; bukan dari sudut rasa dan kebiasaan.
Afala tafakkarun, afala ta’kilun ?. Apakah engkau tidak
memikirkannya dst…….. ; demikian Allah swt telah membuka ruang untuk itu.
Suatu ketika dulu, tersebutlah
kisah seekor induk ayam mulai mengerami beberapa telornya. Oleh
sipemilik ayam, sebutir telor itik diletakkan diantara telor yang mulai dierami
itu. 21 hari kemudian, menetaslah telor ayam bersama telor itik
yang dierami induk ayam itu.
Setelah menetas,
sang induk ayam berusaha menggiring anaknya yang baru menetas itu termasuk juga
anak itik yang ikut menetas kepinggiran satu kolam karena disitu banyak
makanan. Beberapa saat kemudian, ketika ramai-ramai mengais mencari
makan; tiba-tiba seekor anaknya terjatuh kedalam kolam. Melihat
kejadian itu, maka berteriak-teriaklah sang induk ayam cemas anaknya akan mati
tenggelam.
Padahal anaknya
yang jatuh kekolam itu adalah anak itik dari telor yang sama-sama dieraminya,
yang punya alam dan pola pikir berbeda. Jatuhnya anak itik itu kekolam
sebenarnya bukannya terjatuh, tetapi memang menjatuhkan diri
kekolam. Karena sebagai anak itik, dia justru senang bermain diair
kolam itu. Sementara induknya mengira ilmu anaknya (itik) itu
sama pula dengan ilmunya yang sangat takut dengan air. Mungkinkah Penulis
sama ibaratkan anak itik ini yang memang punya nalar dan pola pikir yang
sedikit berbeda ?. WaLLahu alam bis sawab.
Walaubagaimanapun,
apa yang disampaikan oleh Penulis ini adalah semacam pembuka jalan.
Ibaratkan pada satu desa yang indah, nyaman, tenang tanpa polusi asap kedaraan
dengan jumlah penduduk yang tidak seberapa. Didesa itu ada
seseorang (Penulis) yang suka melakukan perjalanan keliling,
merantau keluar dari desanya. Pada perantauan itu, Penulis telah melihat
ternyata ditempat lain ada kumpulan orang yang lebih banyak dari penduduk yang
ada didesa.
Ditempat lain itu,
tempat pertama yang dikunjungi Penulis, disiang hari kendaraan banyak yang lalu
lalang, sedangkan dimalam hari kembali sunyi. Itulah yang namanya Ibu
Kota Kecamatan.
Namun, ketika
perantauan dilanjutkan, ditempat lain ternyata ada lagi tempat yang lebih
ramai. Kendaraan lalu lalang siang malam tanpa henti. Disana ada gedung-gedung tinggi dan ada pula pabrik.
Itulah yang namanya Ibu Kota Propinsi.
Begitulah kira-kira
gambaran penyampaian dari isi buku ini. Dengan harapan dimasa mendatang
Islam tidak lagi statis tetapi dapat berkembang lebih dinamis
didalam berkah Allah swt sehingga “fiddun ya hasanah” dapat
segera menjadi kenyataan, tidak lagi hanya sekedar doa.
Demikianlah
pengantar kata ini dengan harapan dapat difahami dan bermanfaat bagi Pembaca
yang budiman. Semoga Allah swt memberkati niat ini. Amin ya
Allah.
Penulis H. Masri
Jamaan
0821
7229 5805
2 - 46
-------------------------------------------------------------------
DAFTAR ISI
NO
|
JUDUL
|
KETERANGAN
|
HALAMAN
|
1.
|
Di Amerika, Al Qur’an diterjemahkan
dengan komputer.
|
Sejak lama
dunia barat telah ikut berusaha keras untuk menganalisa, mendalami berbagai
kandungan tekhnologi yang ada didalam kitab suci Al Qur’an. Salah satu cara yang dilakukan pihak Barat dalam menganalisa ayat-ayat suci Al Qur'an adalah dengan menggunakan komputer dimana hasilnya adalah satu temuan bahwa BismilLahirrahmanirrahim ternyata merupakan kunci dari keaslian ayat-ayat Al Qur'an.
|
Hal
4 - 46
|
2.
|
Perbedaan
penafsiran.
|
Penafsiran
ayat-ayat pada surat An-Naziat, ada dua tafsiran yang berbeda.
|
Hal
7 - 46
|
3.
|
SUDAH SAATNYA UNTUK DIKAJI ULANG
(1)
|
Penulis
melihat dalam dunia Islam telah berkembang sejumlah pemahaman yang cukup
janggal bahkan cendrung merugikan Ummat , sehingga perlu dikaji ulang.
|
Hal
8 - 46
|
4.
|
SARAN KHUSUS KEPADA TEAM NASA
|
Penulis pernah
mengirimkan saran kepada Team Nasa.
Saran yang
dikirimkan adalah saran agar Nasa tidak seterusnya terpaku menggunakan bahan
bakar roket yang sangat mahal dalam hal pembuatan pesawat ruang angkasa; yang
dapat membawa manusia ke planet lain atau bumi yang lain.
Untuk masa
depan, sangatlah disarankan untuk membuat pesawat yang dapat menggunakan
tenaga gratis Segi Tiga Bermuda.
Segi Tiga
Bermuda adalah satu jalur yang pernah ditempuh oleh Nabi Muhammad saw ketika
melakukan Isra’ dan Mi’radj.
Perjalanan itu
tentu saja dituntun oleh Malaikat Jibril yang membawanya dalam satu perangkat
pelindung atau barkah.
Karena yang
diperjalankan itu adalah tubuh kasarnya Nabi Muhammad saw, bukan rohnya. Jadi perlu pelindung khusus. Itulah jenis pesawat yang harus dipikirkan,
direncanakan dan dibuat oleh NASA.
|
Hal 20 - 46
|
5.
|
SUDAH SAATNYA UNTUK DIKAJI ULANG (2)
|
Bahwa
Nabi Adam as dan Hawa adalah manusia pertama yang datang ke Planet Bumi, sudahlah
dipahami oleh semua orang, tetapi bagaimana dengan keberadaan manusia pertama
di jagat raya atau solar sitem ini, nampaknya perlu dikaji ulang; agar
cakrawala pemikiran baru dapat lebih luas berkembang.
|
Hal
26 - 46
|
|
3 - 46
--------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------
7 - 46
SUDAH SAATNYA UNTUK
DIKAJI ULANG (1)
Sejak lama sampai ke hari ini, entah bagaimana, entah dari mana; sejumlah pemahaman baru
yang cukup kontras telah berkembang dikalangan ummat Islam. Ironisnya, sebahagian pemahaman pemahaman baru tersebut bila direnungkan semakin mendalam secara logika (al haq atau kebenaran); justru cendrung merugikan bagi ummat Islam itu sendiri.
Oleh karena itu, hari ini, dizaman tekhnologi yang serba
canggih ini; pemahaman-pemahaman yang dapat merugikan itu sudah seharus di
analogkan lagi atau di-analisa logika-kan lagi. Karena
susungguhnya al haq itu atau kebenaran itu datangnya dari Tuhan kamu, maka kebenaran hakiki itu seharusnya akan menguntungkan bagi
seluruh ummat manusia ini umumnya, terutama sekali
tentunya bagi ummat
Islam sendiri. Bukan sebaliknya.
Dari sekian
banyak pemahaman yang sudah patut sekali di analogkan lagi diantaranya adalah;
1.
Pemahaman arti “kun-fa-yakun”.
1.1. Sejak lama orang memahami kun-fa-yakun dengan
pengertian yang sangat sederhana. Kebanyakan Ummat Islam memahami makna
kun-fa-yakun dengan arti instant langsung jadi, sim salabim. Padahal bila
kita simak secara mendalam, semua kejadian alam nyata yang diciptakan oleh
Allah swt selalu dengan proses yang logis dan kewajaran.
1.2. Dengan kuasanya, Allah swt memang bisa berbuat apa saja.
Allah swt bisa saja menjadikan manusia ini kenyang selalu tanpa makan
apa-apa. Meskipun demikian, dalam kenyataannya Allah tidak melakukan hal
itu. Karena bila manusia ini kenyang selalu; maka akan mubazirlah akal
yang diciptakan oleh Allah, tidak bisa dipergunakan lagi. Satu mata
rantai kehidupan akan hilang dengan sendirinya.
1.3. Bila Allah swt menjadikan manusia ini kenyang selalu, maka orang
tidak perlu lagi mengerjakan sawah dengan segala peralatan dan kebutuhannya.
Orang tidak perlu lagi memproduksi mesin pertanian. Pedagang beras akan
kehilangan mata pencahariannya. Jutaan rumah makan akan tutup,
jutaan orang dengan professi usaha makanan akan menjadi pengangguran. Itu
baru satu hal.
1.4. Jika Allah swt mau, Dia bisa saja memindahkan atau menciptakan
Nabi Adam as langsung dimuka bumi ini tanpa adanya asbabun nuzul atau sebab
akibat. Tetapi dalam kenyataanya tidak demikian. Untuk memindahkan
Adam as ke bumi, Allah telah menciptakan satu proses. Diawali dengan satu
larangan. Kemudian setelah Nabi Adam as melanggar larangan itu, barulah
dengan alasan sebab akibat itu Nabi Adam dipindahkan kebumi. Jadi
prosesnya tidak instan. Sim salabim,
maka jadilah ia.
1.5. Dengan cara demikian, maka akal yang diberikan oleh Allah swt
ini dapatlah dipergunakan – tentu saja bagi mereka yang memang mau
mempergunakannya (ulil albab). Afala tafakkarun – “apakah engkau
tidak memikirkannya ?”, demikian kata Allah swt.
2.
Pemahaman arti alhaq, logika atau kewajaran.
2.1.
Kita semua tentunya sudah tahu benar bahwasanya didalam kehidupan ini ada
dua sisi yang sangat berbeda yaitunya kehidupan alam yang nyata dan kehidupan alam gaib serta roh.
2.1.1. Alam gaib serta roh yaitunya satu bentuk dan keadaan dimana akal atau logika manusia tidak banyak bisa dipergunakan. Dalam hal
ini, Allah swt telah
mengingatkan agar manusia jangan terlalu memikirkan masalah gaib tersebut. Terutama sekali masalah zat
Allah dan roh. Tidaklahmanusia diberi pengetahuan dalam hal itu melainkan sedikit saja. Hanya itulah yang dibatasi oleh Allah swt.
Sedangkan yang lainnya silahkan dipikirkan termasuk signal yang
dulunya dianggap barang gaib, kini sudah tidak gaib lagi.
2.1.2. Alam nyata yaitunya satu bentuk keadaan yang
memang disuruh, diberi peluang oleh Allah swt untuk memikirkan atau menganalisanya. Suruhan
tersebut dapat terlihat dari banyaknya ayat (57 ayat) yang
mengatakan “afala tafakkarun”, “afala ya’kilun”, “afala ta’kilun”. Dimana suruhan Allah swt tersebut tentunya di sejalankan dengan
kemampuanlogika, al-haq daya pikir manusia yang telah diciptakan Nya.
2.2. Al-haq, logika atau kewajaran, sebenarnya adalah suatu ketentuan
hukum alam yang telah ditetapkanNya. Contoh sederhananya misalnya;
bila mandi orang akan basah, bila berjemur dimatahari orang akan merasa
kepanasan, bila berada dikutub orang akan merasa kedinginan. Itulah dia
logika, al haq atau kewajaran yang diciptakanNya.
2.3. Dengan memikirkan, dengan melakukan analisa
yang sungguh-sungguh terhadap al haq, logika atau
kewajaan itu; maka cukup banyak temuan-temuan baru yang telah didapatkan orang yang akhirnya dapat membuat
kehidupan manusia ini menjadi lebih mudah atau malah sebaliknya (sangatlah
tergantung pada cara penggunaannya). Padahal kebanyakan temuan-temuan itu, lama sebelumnya masih
dianggap orang sebagai satu hal yang gaib.
2.4. Salah satu diantara hal yang dulunya dianggap orang gaib, adalah signal. Dulunya signal dianggap hanyalah milik para dukun dan juga pernah terjadi
pada perang brathayuda. Padahal kini lebih setengah dari aspek kehidupan ini sudah
tidak bisa lagi dilepaskan dari benda yang bernama signal gaib itu.Ironisnya,
sementara dunia logika tekhnologi semakin berkembang, tidak sedikit pula ummat
Islam yang justru masih terpuruk dengan mengkerdilkan
pemahaman logika atau al haq itu.
3. Pemahaman arti membaca Al Qur’an.
3.3. Sebagaimana telah sama-sama diketahui bahwasanya ayat Kitab Suci Al Qur’an yang pertama
sekali, yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi besar Muhammad saw
adalah Iqra’ .......... dan seterusnya, yang artinya “bacalah”. Padahal
orang tahu bahwasanya Nabi Muhammad saw adalah orang yang sama sekali tidak mengenal huruf. Sehingga Beliau tidaklah
mungkin dapat membaca seperti bagaimana ummat Islam membaca Al Qur’an
belakangan ini.
3.4.
Ketika seseorang anak mulai bersekolah di taman kanak-kanak, kepadanya
mulai diperkenalkan huruf dan angka. Mulai dari huruf A sampai Z.
Mulai dari angka 0 sampai dengan angka 9. Kemudian setelah si anak mengerti cara untuk membunyikan atau mengucapkan setiap bentuk huruf tersebut selanjutnya
dia akan diajar lagi untuk merangkainya, sehingga dia mampu membentuk satu kata dan sianak juga tahu bagaimana cara mengejanya,
membunyikannya atau mengucapkan kata tersebut.
3.5.
Bila sang anak telah dapat mengucapkan setiap kata, maka dia yang baru
belajar membaca biasanya akan membaca apa saja kata yang dilihatnya. Si
anak bisa saja membaca kata; politik, kampanye, ekonomi, saham, rangking,
faktur, bank, ansuransi, nikah dan lain sebagainya; padahal dia belum lah tentu mengerti akan
makna dari kata-kata tersebut.
3.6. Meskipun demikian, apa yang dilakukan oleh seorang anak ketika masih berada
di TK itu adalah mutlak mesti dilakukan, yang tujuannya adalah sebagai langkah
awal dari suatu proses usaha untuk mengenal, memahami maksud dan
tujuan dari setiap rangkaian huruf dan
kalimat.
3.7. Pemasalahannya sekarang
adalah, akan sangatlah merugilah bila sampai tuanya pemahaman sianak tetap saja berada setingkat TK, yang merasa
sudah cukup puas kalau sudah mampu mengucapkan bentuk-bentuk dan
rangkaian huruf, tetapi tidak berusaha melanjutkannya
untuk memahami maksud dari
rangkaian huruf tersebut.
3.8. Selama ini Mushabaqah diartikan orang sebagai usaha membaca. Padahal yang yang
dilakukan orang selama ini bukanlah daras atau
membaca melainkan hanya sekedar
berusaha mengucapkan huruf-huruf ayat-ayat Al Qur’an itu dengan irama yang lebih bagus dan merdu ditambah lagi
dengan cengkok-cengkok muchrid dan
tajuidnya yang benar. Disamping itu tentujuga mengharapkan pahala dari Allah swt.
Sehingga jadilah ayat-ayat Al Qur’an itu bagi sebahagian besar Ummat Islam kini
hanya sebatas kitab yang dinyanyikan atau kitab yang didendangkan atau di
mushabaqahkan, setelah itu selesailah sudah.
3.9. Sementara itu orang-orang diluar Islam telah menjadikan Al Qur'an justru sebagai kitab
yang dianalisakan.
3.10. Membaca pasar, membaca gambar bangunan, membaca raut wajah, itu
bukanlah berarti bahwa diwajah itu ada huruf. Membaca pasar disitu
maksudnya adalah mempelajari, mengamati harga-harga pasar yang mungkin bisa
menguntungkan. Demikian pula membaca gambar bangunan, maksudnya adalah
mentelaah seperti apa bangunan itu direncanakan.
3.11. Begitulah dunia barat yang tidak ragu-ragu untuk membaca
(menganalisa) apa saja ciptaan Nya; telah berhasil menemukan berbagai
tekhnologi canggih yang dapat memudahkan kehidupan manusia bumi ini. Sehingga “rabbana atina finddun ya
hasanah” lebih banyak dinikmati oleh orang-orang diluar Islam.
Sementara “wafil akhirati hasanahnya” juga belumlah dapat
dipastikan untuk bisa kita dapatkan.
4. Pemahaman ujian
4.1. Sebelum satu perusahaan menerima se-seorang menjadi pegawainya, biasanya
perusahaan tersebut terlebih dahulu akan melakukan berberapa tahapan pengujian
untuk mengetahui kemampuan dari calon pegawai atau si pelamar.
4.2. Pertama sekali pihak perusahaan akan memeriksa kelengkapan administrasinya,
selanjutnya melakukan pengujian tertulis, melakukan pengujian praktek,
melakukan wawancara, terakhir test kesehatan. Kenapa demikian ?.
Jawabannya tak lainadalah karena perusahaan tsb belumlah tahu persis
watak, batas kemapuan dan kesehatan dari si pelamar.
4.3. Lain halnya dengan Allah swt. Tidakkah kita menyadari tentang
kejadian manusia ini, bahwasanya semenjak belum ada, dari tanah menjadi bibit,
menjadi segumpal darah dalam rahim, menjadi janin, menjadi bayi, lahir, balita,
kanak-kanak, remaja, dewasa, tua sampai akhirnya jompo dan meninggal; semua
tingkat kejadian itu selalu dalam perhatian Allah swt?.
4.4. Kalaulah dalam segala tingkat kejadian manusia ini, mulai dari tidak ada
sampai meninggal bahkan detak detik jantungnyapun tidak luput
meskipun sesaat dari perhatian Allah, logikanya Allah swt tentunya pasti tahu
benar dengan bata-batas kemampuan pola pikir setiap orang ini. Lalu
apanya lagi yang harus di uji oleh Allah swt ?. Kayaknya perusahaan aja
pakai ujian segala. Mari sama-sama kita pikirkan. Karena kalau
perusahaan yang menguji, itu tidak lain adalah karena perusahan memang belum
tahu dengan kemampuan orang yang melamar, ya wajar.
4.5. Begitu pula, bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, kebanyakkan orang
lebih cendrung mempersalahkan bahwa itu adalah ujiiiaaaaan !!!!. Padahal
kejadian-kejadian yang tidak diinginkan tersebut lebih banyak disebabkan oleh
karena kesalahan kita, karena kemalasan kita. Kita sering malah melupakan
ayat yang berbunyi “tidak akan berubah nasib satu kaum, kalau tidak kaum itu
sendiri yang merubahnya”. Artinya: kita mau maju, kita mau berhasil, kita kalah, kita tertinggal ndak ada kok
untungnya, ruginya bagi Allah. Kecuali bila Allah swt memang
berkehendak lain. Seperti orang yang masih hidup setelah tidur selama 350
tahun digua kahfi. Tetapi itu pengecualian dan sangat jarang terjadi.
5. Cobaan
5.1.
Demikian pula dengan cobaan. Sepertinya Allah itu belumlah begitu yakin dengan ciptaannya sehingga masih perlu percobaan akhir alias
harus uji coba dulu. Kayak pabrik aaaajaa.
5.2. Akibat dari pemahaman ini, sebahagian Ummat Islam menjadi kehilangan
dorongan usaha. Ummat Islam menjadi pasrah, apatis. Mau diapakan
lagi, kalau itu memang sudah menjadi kehendak Allah, ujian kata mereka . Demikian
mereka mengunci diri. Maka semakin
berkuranglah segala daya dan upaya. Akhirnya ummat Islam lebih cendrung menjadi
pemakai dari pada menjadi pembuat. Ummat Islam yang ngakunya punya kitab
petunjuk yang paling canggih ini, yang seharusnya menjadi lokomotif
tetapi justru kini harus puas menjadi gerbong atau menjadi
pengikut perkembangan teknologi. Sadar
atau tidak, dengan pemahaman seperti ini, Ummat Islam telah membunuh
kreatifitasnya sendiri untuk mencapai fiddunya hasannah.
6. Tawar menawar
6.1.Kebanyakan Ummat Islam juga telah memahami bahwasanya Allah swt pernah melakukan tawar menawar dengan manusia sebagai ciptaanya. Sampai-sampai masalah rakaat shalatpun ditawar dari 50 rakaat
menjadi 5 rakaat saja dengan alasan Ummat Nabi Muhammad saw adalah kecil-kecil
jadi perlu permohonan pengurangan, kalau bisa menjadi bebas dari shalat.
6.2. Seandainya permohonan bebas shalat
itu sempat disetujui, atau waktu shalat yang menjadi lebih banyak; maka akan
tidak ada lagi istilah Isya Subuh Subuh Lohor Asyhar dan Magrib (ISLAM).
6.3.
Pendapat ini sudah saatnya untuk
dikaji ulang. Karena dengan pendapat itu sepertinya Allah swt belum yakin benar dengan kemampuan ciptaanya sehingga masih perlu tawar
menawar. ----Kayak pedagang saaajaa.
7. Hukum atau hukuman ??
7.1.
Lagi-lagi, bila ada bencana, cendrung pula disebut bahwa itu adalah hukuman
Allah. Padahal berbagai bencana itu sebenarnya bukanlah “hukum Allah swt”. Yang benarnya adalah “hukum Allah”. yang wajib dimengerti oleh makhluknya dan untuk itu Allah telah
memberitahukan segala bentuk rumus mutlak dari ketentuan hukum-hukumNya melalui
buku petunjukNya yang paling lengkap alias sempurna yang bernama Alqur’an.
7.2.
Kalaulah seseorang harus terpekik memegang besi panas, sebenarnya hal itu
sama sekali bukanlah hukuman Allah. Rasa panas yang dirasakan seseorang itu
tepatnya adalah hukum Allah swt. Dan kalau seseorang
harus mengigil ditempat yang rasanya dingin itupun adalah hukum Allah. Jadi menggigilnya seseorang ditempat dingin,
sekali-kali itu bukanlah hukuman
Allah.
7.3. Kalaulah hutan-hutan di tebing-tebing sudah digunduli, bila hujan turun tentulah
tiada lagi pohon yang akan dapat menahan lajunya aliran air
hujan tersebut mengalir ketempat yang lebih rendah. Akibatnya akan
terjadilah banjir bandang dan longsor, pantaskah ini harus dikatakan hukuman
Allah ??. Tentu saja tidak, karena banjir yang terjadi itu tak
lain adalah disebabkan oleh penggundulan hutan yang dilakukan manusia itu
sendiri. Nah kalau tidak mau banjir ya jaaangan digunduli hutannya, itu
saja. Jadi kalau ada musibah banjir janganlah cepat-cepat mengatakan
bahwasanya itu adalah hukuman Allah karena yang terjadi sebenarya adalah hukum Allah swt. Bahkan gunung meletus,
gempa bumi sekalipun barangkali juga kurang tepat kalau itu dikatakan hukuman Allah swt. Kejadian
tersebut mungkin akan lebih tepat untuk dikatakan hukum Allah. Karena bila tekanan yang terkurung didalam
lobang leher (kepundan) satu gunung berapi sudah semakin meninggi, maka wajar
saja akan terjadi letusan.
7.4. Dari sudut pandang hikmah kaca mata
tekhnis, gunung meletus adalah hukum normalisasi. Hukum Allah
telah menentukan gunung ,meletus dengan semburan jutaan kubik material padat
adalah untuk kembali memperbesar beda ketinggian daerah hulu dan muara, agar
air tetap lancar mengalir. Karena sebagai mana kita ketahui, setiap hari
permukaan tanah didaerah pegunungan menjadi semakin rendah yang disebabkan
erosi rutin dan longsor. Sehingga aliran air yang mengalir dari hulu
kemuara menjadi semakin tidak lancar. Jadi itulah perbedaanya antara hukum dengan hukuman.
8.
Mendekatkan diri.
8.1. Berulang kali para guru Islam menganjurkan agar ummat Islam tetap berusaha
mendekatkan diri pada Allah. Dengan anjuran seperti itu, kesannya Allah
swt atau sebaliknya manusia ini sedang berada pada tempat yang berjauhan dengan Allah. Padahal setiap saat Allah swt itu lebih dekat dari urat leher
manusia itu sendiri. (50/16). Mari kita pikirkan lagi. Bagaimana lagi kita harus mendekatkan diri ???.
Oleh karena itu mungkin akan lebih tepat kalau dikatakan lebih mematuhi hukum
Allah dari pada mendekatkan diri pada Allah swt.
9. Huruf potong dalam Kitab Suci Al Qur’an
9.1. Sejak lama, para penafsir mengartikannya huruf potong (seperti Alif Lam
Min) dengan tafsiran hanya Allah saja yang tahu artinya, atau diartikan bahwa
dengan huruf tsb Allah menunjukkan kebesarannya dlsb.
9.2.
Kalau dulu dizaman onta diartikan demikian, itu sih wajar-wajar saja.
Tetapi kini dizaman komputer ini, harusnya orang sudah berfikir lebih maju
untuk mengkaitkan maknanya dengan “zalikal kitabula raibafihi hudallil
mutaqin”. Lalu petunjuk apa yang mungkin didapatkan bila huruf-huruf potong itu ditafsirkan hanya Allah saja yang tahu artinya
???. Dari satu sisi Allah mengatakan bahwasanya Al Qur’an menjadi
petunjuk, tetapi dari sisi yang lain orang berpendapat Allah saja yang tahu
artinya. Sangatlah kontrasnya.
9.3. Untuk apa Allah memasukkan huruf potong itu didalam Alquran kalau toh hanya
Dia saja yang boleh tahu tentang makna dari
huruf-huruf potong itu?.
9.4. Sementara itu pihak barat sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun
menyelidikinya dimana sebahagian hasil penyelidikan dari huruf potong itu
pernah di publikasikan di media masa.
10.
Nafsu
10.1.
Nafsu sering pula dimaknai orang sebagai musuh bebuyutan yang
harus diperangi. Karena nafsu dapat membuat orang menjadi salah
langkah. Oleh karena itu, nafsu haruslah diperangi dan dimusnahkan,
10.2.
Kok ya harus bisa begitu. Kalaulah memang benar nafsu itu adalah satu
jenis musuh, satu makluk yang harus diperangi, yang harus disingkirkan; apa
jadinya nantinya manusia ini. Bisa-bisa semua orang nantinya akan jadi
Pastor atau Biarawati yang tak perlu lagi menikah dan punya keturunan ??. karena harus melawan nafsu ?? .
10.3. Padahal nafsu itu adalah suatu rahmat istimewa yang diberikan oleh Allah
swt yang harus disyukuri. Karena rahmat nafsu tidak diberikan Allah
kepada Malaikat kecuali pada manusia dan binatang. Dan dengan nafsu
pulalah manusia bisa berkembang beranak bercucu. Cuma nafsu tersebut
tentu saja harus dikendalikan sesuai dengan ketentuan Allah. Yaaa itu
saja. Jadi tidaklah pada tempatnya kalau nafsu dikatakan sebagai
sesuatu bentuk makhluk yang harus dimusuhi dan diperangi.
11.
Penghapusan Dosa.
11.1.
Beberapa tahun belakangan ini, berkembang pula pemahaman dikalangan
sebahagian ummat Islam tentang penghapusan dosa yang perlu dipikirkan
lagi. Sebahagian Ummat Islam berpendapat bahwa bila seseorang dapat
melaksanakan hajji 3 kali, maka semua dosanya niscaya akan dihapuskan.
Tak kira apakah keberangkatannya melaksanakan hajji tersebut dengan uang
berhutang yang tidak pernah dibayar atau
mungkin juga dengan uang tidak halal lainnya. Yang penting kata mereka, kalau sudah
bisa tiga kali melaksanakan hajji, semua dosa-dosa akan terhapus dengan
sendirinya termasuk hutang-hutangnya bisa dilupakan. Apa iya ustad
???.
11.2.
Selain dari itu ada lagi satu pemahaman yang baru berkembang. Disaat
jenazah berada dirumah duka, ataupun sudah dipusara, sebahagian pembawa
acara akan bertanya dengan nada tekanan tinggi kepada para pelayat yang hadir
ketika itu; menanyakan,“apakah jenazah ini adalah orang baiiiiiiik atau orang
jahaaaat “?. Pertanyaan itu diulang sampai tiga kali yang langsung dijawab oleh para pelayat dengan nada tinggi pula bahwa jenazah adalah
“orang baiiiiik”. Kemudian pembawa acara
langsung pula mengucapkan alhamduliLah, karena dengan jawaban tersebut berarti
jenazah telah terlepas dari berbagai dosa.
11.3. Dalam hal tanya jawab ini, sebahagian para ulama itu berpendapat bahwasanyaapabila sudah tiga kali orang mengatakan
bahwa si jenazah adalah orang baik, maka jenazah akan lepas dari segala dosa,
tak kira walaupun si jenazah meninggalkan segerobak hutang ataupun mungkin
kejahatan lainnya.
11.4.
Padahal, bagaimana jadinya kalau ketika itu juga hadir orang-orang yang
hidupnya pas-pasan, yang pernah meminjamkan uang atau benda lainnya kepada sang
jenazah semasa hidupnya, tetapi hutang tersebut tidak dibayar oleh sijenazah
semasa hidupnya, sehingga ketika mereka mendengar pertanyaan “apakah jenazah
orang baik atau orang jahaaaat ?, maka dia malah menjadi menyumpah mendengarkan
pertanyaan tersebut – tentu saja dalam hati.
11.5. Yang lebih hebatnya lagi, ditengah masyarakat Islam juga ada berkembang
satu pemahaman bahwa bila kita berbuat salah kepada Allah, ya kita bertobat
kepada Nya. Tetapi bila kita berbuat kesalahan kepada manusia, maka kita
wajib minta maaf. Cuma yang lebih parahnya, pendapat itu mengatakan pula bahwasanya bila sipelaku kesalahan telah minta maaf, tetapi tidak dimaafkan
oleh si korban, maka dosanya akan ditanggung oleh si korban
sendiri. Heeebat benar.
11.6.
Kalaulah pendapat tersebut memang benar diredhai oleh Allah, tentulah enak
benar. Setiap orang tentunya tidak akan perlu lagi berpikir ulang dalam
setiap bertindak atau berperilaku. Apalagi buat orang-orang yang gampang
emosi. Pendapat ini tentu merupakan satu peluang baik baginya
untuk melampiaskan emosinya dimana saja dan kapan saja. Karena bila dia
sadar telah terlanjur memarahi, menyakiti, merugikan atau mengeluarkan kata
kasar kepada seseorang yang sebenarnya tidak bersalah; ya dia akan segera minta
maaf, gampangkan ?. Kalau sikorban tidak besedia memaafkannya, maka
sikorban sendirilah yang akan menanggung dosanya. Wah, wah, waaaah,
eeeenak benar kalau begitu. Akibatnya orang tidak perlu lagi berfikir
seratus kali sebelum membuat satu pelanggaran atau kesalahan.
11.7.
Meskipun demikian, ada juga sebahagian ulama malah berpendapat
lain. Sebahagian ulama berpendapat bahwasanya bila kita bersalah kepada
Allah, memang segeralah minta ampun kepada Nya dan bila kita bersalah kepada
manusia, mintalah maaf kepada si korban. Tetapi bila si korban tidak
dapat memaafkan kesalahan itu, maka Allah juga tidak mau ambil alih tanggung
jawab itu untuk memaafkannya. Di akhirat kelak si korban akan diberi hak
untuk menuntut pembalasan.
12. Pujian
12.1.
Suatu ketika, seorang ayah lagi tidak enak badan; dia terbaring dirumah,
izin tidak masuk kerja. Sementara itu isterinya sedang berbelanja
kepasar.Saat itu sang ayah ingin minum kopi.
Karena anak gadisnya yang baru berumur 10 tahun sedang ada dirumah, sang ayah
minta kepada anaknya itu untukmembuatkan kopi.Sesaat kemudian sang anak telah selesai
membuatkan kopi dan langsung diantarkan kepada ayahnya yang lagi
tiduran. Setelah si ayah mencoba mencicipi kopi yang dibuatkan oleh
anaknya, maka dia langsungmemuji anaknya meskipun kopi yang dibuatkan sianak tidaklah seenak kopi yang biasa
dibuatkan oleh isterinya.
12.2.
Biasanya setiap selesai ujian akhir, pada setiap sekolah akan terpilih
anak-anak yang jadi juara.
12.3. Dalam acara perpisahan, panitia akan menyebutkan nama sang juara denganmemuji sejumlah
prestasinya.
12.4.
Biasanya orang tua dari anak-anak
yang menjadi juara ini akan merasa sangatbangga dengan prestasi
anaknya.
12.5.
Dari sisi yang lain, kebanyakan ummat Islam termasuk sebahagian para ulama
berpendapat bahwasanya segala pujian dan rasa bangga itu
hanyalah Allah swt saja yang berhak untuk menerimanya. Lalu salahkan bila
seorang ayah memuji anaknya yang tujuannya adalah untuk semakin mendorong
semangat sang anak untuk dapat berbuat baik kepada kedua orang tuanya
???. Salahkah bila guru-guru memuji prestasi anak didiknya yang tujuannya
juga untuk mendorong semangat belajar dari anak didiknya itu ???.
12.6.
Tidakkah kita menyadari bahwa sesungguhnya,
ada haknya Allah dan ada pula haknya manusia. Allah wajib dipuji dalam
versinya sebagai pemilik dari sekalian alam ini. Sedangkan manusia pantas
dipuji adalah atas segala kebaikan darikerajinannya, kemampuannya dan prestasinya,
Salahkan itu ???. Mari
sama-sama kita fikirkan lagi.
12.7.
Seorang anak akan merasa sangat bangga bila punya seorang
ayah yang sangat peduli dengan rumah tangganya, keluarganya. Sebaliknya,
para orang tua akan merasa sangat bangga pula bila
anak-anaknya bisa sukses berhasil dalam berbagai hal. Salahkah itu ???.
13. Membicarakan aib
13.1.
Ada pula pemahaman sebahagian besar Ummat Islam yang mengatakan bahwasanya
membicarakan, mengungkit kesalahan atau aib seseorang adalah satu dosa
yang sangat dilarang.
13.2. Berita atau pemahaman seperti itu tentulah akan menjadi satu kabar yang
sangat menggembirakan bagi para pelanggar hukum. Karena, dengan pemahaman
seperti itu akan berarti setiap ummat Islam wajib menutupi aib orang lain atau melindungi kesalahan para pelanggar hukum. Ummat Islam tidak boleh peduli
(membicarakan aib) bila tetangganya melakukan prostitusi terselubung.
Ummat Islam harus tutup mata bila melihat ada bisnis narkoba
dilingkungannya. Ummat Islam tidak boleh protes bila ada praktek korupsi
didaerahnya dst. Dengan pemahaman seperti itu, maka setiap para pelanggar
hukum tentunya akan merasa semakin terlindungi, semakin langgeng bebas
melenggang untuk melakukan apa saja yang
diinginkannya. Padahal dalam kesehariannya, cukup banyak Polisi
yang dapat menghentikan pelanggaran itu berkat pembicaraan aib (laporan sassus)
dari masyarakat.
13.3.
Akan lebih hebat lagi, setiap jaksa penuntut tentunya akan menanggung dosayang sangat besar karena telah ditugaskan untuk mencongkel-congkel, mengungkit-ungkit
kesalahan masa lalu setiap terdakwa, sementara pembela akan sangat berpahala
karena bertugas untuk mengurangi atau menutup-nutupi kesalahan si terdakwa.
13.4. Dengan adanya pemahaman hadist yang melarang untuk membicarkan aib orang
lain, maka banyaklah pihak-pihak lain yang berpendapat bahwasanya Islam adalah
satu agama yang menganjurkan untuk menutupi satu pelanggaran hukum.
Sementara itu, sejak lama, dikalangan Ummat Islam telah
pula berkembang satu pemahaman bahwasanya bila setelah seseorang meninggal;
jenazah wajib dimandikan, dikafani, dishalatkan, diantarkan kepemakaman
langsung dikebumikan.
Selesai acara pemakaman para pengantar segera pulang.
Kemudian, tujuh langkah jaraknya orang terakhir dari pemakaman atau
kira-kira desahan gesekan bunyi sandal orang terakhir tidak terdengar lagi;
maka disaat telah sunyi itu datanglah malaikat mengajukan berbagai pertanyaan
yang akan berujung kepada siksaan bila arwah si jenazah tidak bisa menjawabnya.
Dalam hal ini timbul pertanyaan. Bagaimana pula
prosesnya dengan mereka yang diawetkan, mereka yang diletakkan dimuseum,
yang selalu ditunggui dan dikunjungi orang banyak ?. Lalu kapan waktu
sunyinya para malaikat punya kesempatan untuk mempertanyakan si Jenazah ?.
Oleh karena itu, menurut kajian sejumlah ulama belakangan
ini, bila seseorang telah meninggal kejadiannya hanya 2 saja yaitu;
Pertama bila amalan si jenazah dapat atau bisa diterima
atau memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka rohnya akan disimpan pada satu
tempat, ditidurkan dan kelak dibangunkan bila sudah sampai di padang mahsyar
nantinya. Bahkan ada yang sampai marah dibangunkan karena ia merasa
sedang tertidur enak lalu dibangunkan. Surat Yasin 36/52.
Kedua, sebaliknya bagi jenazah yang rohnya dianggap tidak
cukup memenuhi syarat untuk disimpan; rohnya dibiarkan gentayangan dimuka bumi
ini. Maka semenjak dia menjadi arwah sampai kepadang mahsyar
nantinya, dia akan melihat semua kejadian nyata buruk dan baiknya dimuka bumi
ini.
Arwah seperti itu akan melihat bagaimana anak-anaknya yang
ditinggalkannya berbahagia atau malah sebalikya dia juga akan melihat bagaimana
anak-anaknya sengsara saling bermusuhan atau berbunuh-bunuhan karena harta
warisan yang tidak jelas.
Dan dia juga akan sangat menyesal sekali bila semasa
hidupnya dia pernah mengajarkan aliran sesat. Mengajarkan orang
menyembah matahari, menyembah dewa yang katanya akan memberikan kebahagian;
nantinya setelah meninggal, ditaman Nirwana. Padahal setelah dia
meninggal dan menjadi roh, ternyata semua itu adalah ajaran bohong, karena
dialam roh dia tidak akan pernah melihat Taman Nirwana yang indah
itu. Sementara ajaran sesatnya itu masih tetap saja dilanjutkan
generasi penerusnya, meskipun dia ingin menghentikannya, tetapi tidak bisa
karena dia sudah menjadi roh, tidak punya kekuatan apa-apa. Maka
tersiksalah rohnya sampai ke Padang Mahsyar dalam masa yang sangat panjang
tentunya.
Oleh karena itu
semua, pokok-pokok pemahaman seperti apa yang telah disampaikan diatas, kini
tentunya sudah harus dikaji ulang kembali. Jangan-jangan pemahaman-pemahaman tersebut
adalah termasuk dalam salah satu dari sekian banyak scenariohadist yang
memang sengaja direkayasa oleh pihak-pihak tertentu semenjak
dulunya yang tujuannya adalah untuk semakin melemahkan Islam.
Demikianlah sekedar/
sejumlah pemahaman yang sudah sepatutnya kita fikirkan lagi, dizaman tekhnologi
komputer ini. Afala tafakkarun, afala ta’kilun.
Karena dengan
pola pikir saat ini seperti apa yang digambarkan diatas,
masyarakat Islam cendrung telah menjadi orang-orang yang apatis ditengah-tengah
lajunya tekhnologi dimana tekhnologi adalah merupakan salah satu perangkat
langkah untuk dapat memenangkan persaingan kehidupan ini, seperti persaingan
ekonomi, business apalagi militer/ perang karena dimana-mana ummat Islam kini berada
pada posisi kalah.
Dibidang ekonomi, meskipun punya bahan baku strategis;
tetapi karena tidak punya kemampuan tekhologi, ummat Islam hanya mendapatkan
sisa hasil usahanya saja. Dibidang medis, Ummat Islam pun tidak dapat
berbuat banyak. Jangankan dibidang tekhnologi canggih; dalam hal memakai jilbab
sajapun ummat Islam kini masih harus patuh dan tunduk pada peraturan
luar. Sampai-sampai permasalahan aturan nikah, wakaf; bila tidak selesai
oleh pengadilan agama, maka akan diselesaikan oleh pengadilan umum. Lalu
apalagi yang bisa kita banggakan sebagai ummat yang diberikan kitab petunjuk
paling lengkap yaitunya kitab suci Al Qur’an yang konon berisi bukan hanya
petunjuk untuk kehidupan akhirat (wafil aklhiratai hasanah), tetapi
juga berisi petunjuk tekhnologi untuk mendapatkan (fiddun ya hasanah).
Bagaimana mungkin Ummat Islam mendapatkan “fiddun ya
hasanah” kalau Ummat Islam itu sendiri masih harus menjadi pemakai dan mesti
mematuhi aturan dan tekanan dari luar ?.
Seandainya langkah yang telah dilangkahkan oleh Ummat
Islam kini memang telah benar sesuai dengan maksud petunjuk Al Qur’an dibawah
bimbingan para Ulamanya, mestinya ummat Islam kini akan menjadi Ummat no 1 di
dunia ini. Seperti dizaman Nabi Muhammad saw dulu dan para sahabatnya,
dimana berkat petunjuk dari Al Qur’an, sesuai dengan zamannya waktu itu; maka
tidak adalagi orang yang mau menerima zakat karena negeri itu sudah mencapai
“baldatun taiyyibatun warabbun gaffur”. Mari sama-sama kita
fikirkan. Kedepan mesti ada trobosan yang berkesan. Yakinlah, bila
tidak ada trobosan; sampai kiamat ummat Islam akan tetap menjadi
gerbong. Tidak akan pernah menjadi lokomotif seperti dizaman
RasuluLah dulu. Amin.
---------------------------------------------------------------------------------
SARAN KHUSUS KEPADA TEAM NASA
Lama dulu, ketika Thomas Alfa Edison berkata bahwa ia akan
membuat lampu-tahan angin, tidak ada yang percaya padanya. Namun, ketika pada satu tengah malam;
lampu-tahan angin buatan pertama Thomas telah berhasil menerangi halaman
rumah-nya, meskipun lampu tersebut ditiup oleh hembusan angin dingin bersalju
di tengah malam itu. Semenjak itu
barulah masyarakat mulai mengerti, apa sebenarnya yang sedang direncanakan oleh
Thomas.
Demikian pula, ketika Wright bersaudara berkata bahwa
mereka akan membuat pesawat terbang, mereka langsung diejek oleh tetangga
mereka; karena apa yang mereka rencanakan dianggap ide orang bodoh oleh
masyarakatnya. Tapi, ketika pesawat yang begitu berat yang dibuat oleh Wright
Brother berhasil mengambang di udara; barulah masyarakat mulai mengerti apa
yang sebenarnya dimaksudkan oleh mereka.
Kejadian yang sama juga terjadi ketika Hendry Ford yang
berkata bahwa ia akan membuat sebuah kereta tanpa kuda.
Berita seperti itu, menyebabkan mereka diejek oleh
masyarakatnya. Hendry Ford bahkan pernah
mengalami beberapa kali pengusiran oleh tetangganya, karena suara mesin
percobaanya benar-benar sangat mengganggu mereka. Meskipun demikian, pada satu tengah malam,
ketika orang sedang tertidur nyenyak; tiba-tiba harus terbangun karena suara
deru kereta yang pertama dibuat oleh Hendry Ford lewat di depan rumah mereka. Oleh karena itu, mereka berlari ke depan rumah
mereka untuk melihat apa sebenarnya yang sedang terjadi. Pada waktu itu, mereka hanya bisa
menggelengkan kepala mereka menyaksikan salah satu pemandangan yang sulit untuk
dapat dipercaya. Mereka melihat Hendry
Ford duduk pada kereta yang bergerak maju; tapi tidak ada kuda yang menarik
kereta tersebut. Setelah melihat
kenyataan bahwa ada kereta yang bisa bergerak tanpa kuda pada malam itu,
orang-orang mulai memahami apa sebenarnya yang sedang direncanakan oleh Hendry
Ford.
Memang, pada awalnya, sejumlah penemu telah diejek oleh
komunitas mereka sendiri. Ejekan atau
cemoohan biasanya akan menjadi lebih besar lagi bila penemu adalah orang yang
putus sekolah. Bagaimanapun, sebagian
besar penemu adalah orang yang tidak mudah putus asa. Mereka masih terus saja melanjutkan penelitian
mereka. Mereka terus melakukan berbagai
terobosan ilmiah meskipun apa yang mereka lakukan sering banyak berbeda dari
apa yang sudah biasa difahami oleh kebanyakan orang, bahkan bertentangan dengan keyakinan
masyarakat atau di luar pengetahuan akademis yang telah dipercaya sejak lama.
Mungkin mengikuti atau mungkin juga mirip dengan cerita
yang disebutkan di atas; Penulis pernah memberikan semacam saran kepada Tim
Nasa terutama dalam hal program penerbangan luar angkasa.
Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui bahwa NASA Tim
telah bekerja keras sejak lama dalam upaya untuk bisa terbang ke langit
(planet) didalam tata surya kita ini. Untuk
tujuan itu, NASA tim telah membuat berbagai jenis pesawat ruang angkasa.
Meskipun jenis pesawat yang dibuat sudah cukup banyak,
namun dalam hal sumber daya, penggerak utama untuk semua jenis pesawat luar
angkasa itu masih saja tetap sama. Masih menggunakan energi roket yang sangat
mahal. Padahal kita semua tahu bahwa
jarak tempuh dari pesawat ruang angkasa seperti itu tidaklah mencukupi atau
sangatlah terbatas. Sementara itu,
tanda-tanda keberhasilan program penerbangan luar angkasa tersebut masih juga
belum terlihat dan masih jauh dari harapan.
Oleh karena itu, untuk mempercepat keberhasilan program
penerbangan antar planet; Penulis telah memberikan semacam saran khusus untuk
Tim NASA.
Sesungguhnya, saran khusus ini adalah berdasarkan pada
usaha ekstra yang telah dilakukan oleh Penulis untuk dapat lebih mendalami
berbagai makna tersembunyi yang terkandung dalam buku petunjuk yang sangat
istimewa dari Yang Maha Kuasa yaitunya Al Qur’an. Usaha itu telah
dilakukan sejak 40 tahun yang lalu.
Selain itu, pengalaman kerja penulis sebagai pengawas
perbaikan peralatan listrik dan instalasi listrik selama 31 tahun bekerja pada
perusahaan dunia yaitunya PT. Chevron, Pacific Indonesia.
Sekarang, berdasarkan pengetahuan seperti yang telah
disebutkan di atas, penulis sangat menyarankan kepada Tim NASA, sebaiknya di
masa depan tidak terus terpaku pada hanya menggunakan tenaga roket untuk
pesawat ruang angkasa. Tetapi beralihlah pada berusaha untuk
memanfaatkan kekuatan luar biasa dari Segitiga Bermuda. Sedangkan kekuatan roket digunakan hanya
sebagai tenaga cadangan. Mengapa
demikian?.
Gambar daerah Segitigag Bermuda yang
terletak disebelah utara Kuba atau sebelah selatan Amerika Serikat
Segitiga Bermuda, sebenarnya, adalah semacam sentralisasi
khusus medan magnet dengan fluks raksasa dan dengan kekuatan yang luar biasa
yang dapat mendorong atau melemparkan apa saja dari bumi bahkan dapat juga
melemparkannya ke planet lain dengan kecepatan yang luar biasa. Kekuatan yang luar biasa ini tersedia setiap
saat. Disediakan oleh alam dengan
gratis.
Meskipun demikian, karakteristik medan magnet Segitiga
Bermuda sangatlah berbeda dari medan magnet bumi yang memiliki magnet sumbu (?)
seperti yang telah kita ketahui sejak lama.
Karena segitiga bermuda memiliki medan magnet spot.
Berdasarkan gambaran yang telah disebutkan di atas,
dapatlah dibayangkan bahwa apa saja yang melewati daerah Segitiga Bermuda;
sebenarnya tidak ada yang ditarik kearah pusat bumi seperti yang diyakini oleh
banyak orang selama ini. Yang terjadi malah sebaliknya, semua itu justru
dilemparkan dari Bumi ke luar angkasa dengan kecepatan yang luar
biasa. Oleh karena itu, apapun yang hilang di daerah Segitiga Bermuda
tidak akan pernah ditemukan di bumi ini.
Sumber daya yang luar biasa dari Segitiga Bermuda, yang
selalu ada, yang bebas dari biaya itu harusnya telah digunakan sejak lama oleh
teknisi pesawat ruang angkasa. Karena, hanya dengan menggunakan
sumber daya, memanfaatkan kekuatan luar biasa dari Segitiga Bermuda, terbang ke
luar angkasa akan lebih mudah, lebih murah, lebih cepat dan kemungkinan untuk
berhasil akan menjadi lebih besar.
Untuk tujuan itu (dalam usaha untuk memanfaatkan
kekuatan Segitiga Bermuda), seperti yang telah disebutkan di atas; yang
pertama dari semua langkah-langkah yang harus dilakukan, tentu saja, melakukan
upaya khusus untuk memahami apa dan bagaimana sebenarnya kondisi daerah
Segitiga Bermuda itu.
Upaya untuk memahami daerah Segitiga Bermuda dapat
dilakukan dengan cara memanfaatkan pesawat tanpa pilot. Jika perlu, menggunakan dua pesawat dalam
bentuk beriringan sekaligus dengan jarak yang aman, sehingga pesawat yang
dibelakang dapat digunakan untuk merekam dan memperhatikan apa saja yang
mungkin terjadi pada pesawat pertama ketika memasuki kawasan Segitiga Bermuda.
Kemudian, langkah kedua yang harus dilakukan adalah
menemukan cara untuk menjaga agar pesawat dan isinya tidak menjadi rusak ketika
memasuki kawasan medan magnet luar biasa dari Segitiga Bermuda yang secara
langsung akan melemparkannya dari Bumi ke luar angkasa dengan kecepatan luar
biasa. Selain darinitu itu kita juga harus melakukan usaha ekstra untuk
menemukan cara supaya semua pesawat yang telah tiba di planet lain atau di bumi
yang lain dapat kembali ke bumi dengan aman.
Penulis sangat yakin bahwa setiap planet memiliki area
khususnya sendiri yang sama seperti Segitiga Bermuda, yang dapat dibuat menjadi
landasan pacu untuk kembalinya pesawat yang sudah mendarat di sana (di planet).
Sekarang, itulah salah satu masalah mendasar yang harus
didalami secara serius, untuk merancang dan membuat pesawat ruang angkasa yang
dapat menggunakan kekuatan Segitiga Bermuda yang gratis
Demikianlah saran dari penulis yang berharap saran ini ada
manfaatnya. Karena, tanpa memanfaatkan sumber daya Segitiga Bermuda,
percaya atau tidak, ambisi Tim NASA untuk melakukan penerbangan berkelanjutan
ke planet lain hanya akan menjadi sebuah mimpi.
Sejalan dengan apa yang telah diungkapkan diatas, penulis
juga ingin mengingatkan, bahwa buku bimbingan khusus dari yang Maha Kuasa, 15
abad yang lalu; sebenarnya, telah menjelaskan langkah-langkah apa saja yang
harus dilakukan dalam upaya untuk program penerbangan antar planet tersebut
termasuk penjelasan tentang keberadaan manusia yang memang sudah ada pada
planet lain itu sejak lama; yang masih menunggu kedatangan manusia dari bumi.
(ayat 2/30) yang mengatakan, “ingat ketika Allah swt
berfirman kepada malaikat-malaikat: lihatlah, aku hendak menjadikan (bahasa
Arab-nya ja’ilun bukan khalaqa) Adam
as sebagai Khalifah (bukan manusia pertama di
jagat raya). Mereka (para
malaikat) mengatakan, : mengapa Engkau ya Allah menjadikan
(Khalifah) di bumi itu orang-orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami selalu memuji dan mensucikan Engkau?”.
Dan Allah swt berkata: “Aku lebih tahu apa yang engkau tidak tahu”.
Melalui ayat tersebut, kita dapat memahami bagaimana Allah
swt telah memberikan kiasan nyata bahwa ketika Allah swt hendak menjadikan Adam
as sebagai Khalifah untuk bumi, malaikat-malaikat ternyata berani langsung
mengatakan bahwasanya karakteristik Adam as adalah sama seperti orang-orang
yang sudah ada selain Adam pada masa itu.
Keberanian para malaikat mengatakan demikian, tentu saja
adalah karena para malaikat sebenarnya telah melihat manusia-manusia banyak
sebelumnya, dimasa itu, yang memang senang melakukan kerusakan. Dengan
kata lain, sebenarnya, manusia tidak hanya ada di bumi, tetapi juga ada di
planet atau langit yang keberadaannya malah lebih dahulu dari manusia dibumi.
Mari kita pikiran itu, kita analisa lagi secara lebih mendalam.
Pada satu hari nanti, setelah para astronot dapat terbang
dengan lancar ke planet lain di luar angkasa. Lalu para astronot telah
menemukan keberadaan manusia atau masyarakat di planet lain; maka peristiwa itu
nantinya akan sama halnya seperti ketika Columbus yang sangat terkejut ketika
ia menemukan masyarakat Indian berkulit merah di benua Amerika, 10 abad yang
lalu. Columbus sangat bingung dan
bertanya-tanya, dari mana datangnya orang Indian berkulit merah itu.
Apakah mereka juga berasal dari daerah Barat. Apakah mereka itu adalah
juga keturunan Nabi Adam?. Sementara itu, sebuah buku panduan yang sangat
khusus dari yang Mahakuasa, lebih awal sebenarnya telah mempersiapkan jawaban
yang jelas untuk menjawab semua hal-hal yang akan menjadi pertanyaan besar di
kemudian hari. Termasuk juga penjelasan
tentang asal muasal orang-orang Indian berkulit merah di benua Amerika yang
sebenarnya terkait langsung dengan kejadian Topan Nabi Nuh yang juga ada dalam
buku tersebut (Al Qur’an).
Meskipun demikian, jawaban-jawaban yang telah disiapkan
dalam buku pedoman tersebut masih dalam bentuk kiasan. Sehingga
masih memerlukan usaha ekstra untuk memahami arti sebenarnya yang bersifat
multi dimensi.
Oleh karena itu, salah satu masalah utama yang menjadi
pertanyaan besar hari ini adalah; siapakah orang yang mungkin sudah memiliki
keinginan atau keberanian untuk mengungkapkan berbagai makna dari kiasan atau
berbagai makna tersembunyi yang terkandung dalam berbagai ayat yang ditulis
atau disediakan dalam buku panduan yang sangat istimewa seperti yang telah
disebutkan di atas ?. Apa saja keistimewaan lain dari buku panduan yang
sangat istimewa yang diberikan oleh Yang Mahakuasa kepada manusia di dunia
ini?. Mari kita bicara tentang hal itu
dilain kesempatan.
Mungkin mirip dengan pengalaman Columbus; lama sebelum
itu, diabad yang ke 6, ketika Nabi Muhammad s.a.w telah melangkahkan kaki-Nya
pada planet lain (Kejadian isra dan mirajd); sebenarnya, di sana
Beliau sudah menemukan kehidupan manusia atau masyarakat. Namun, ketika Nabi kembali ke bumi, Beliau
menghadapi kesulitan besar untuk memberitahukan tentang apa saja yang telah
dilihatnya di langit atau di bumi yang lain atau di planet lain tersebut.
Masalah kesulitan Nabi Muhammad s.a.w. itu dapat terjadi
karena referensi atau perbandingan kecepatan pada waktu itu masih kecepatan
unta atau kuda.
Bepergian antara Mekkah dan Palestina dengan menunggang unta
terbaik misalnya, pada waktu itu masih membutuhkan waktu satu bulan. Oleh
karena itu, berita bahwa Nabi Muhammad s.a.w telah melakukan serangkaian
perjalanan dari Mekkah ke Palestina, kemudian langsung terbang ke planet-planet
dan kembali lagi ke Mekkah hanya dalam satu malam; oleh masyarakat pada saat
itu dianggap berita bohong.
Padahal, pada zaman teknologi canggih seperti yang kita
rasakan pada saat ini; 1500 tahun setelah Nabi Muhammad saw menceritakan
pengalamannya, kini tidak ada lagi orang yang merasa terkejut jika ada orang
lain yang mengatakan bahwa beberapa jam lalu dia masih berada dalam wilayah
Hong Kong atau Singapura, tetapi sekarang ia telah tiba di Manila atau Jakarta.
Hari ini, orang-orang merasa tidak aneh lagi ketika ada
orang yang mengatakan bahwa ia pernah naik kuda besi dengan kecepatan 100 km
dalam satu jam. Bahkan lebih dari itu semua. Dengan kecepatan cahaya
sekalipun, 300.000 km/detik, orang juga merasa tidak aneh lagi.
Pada satu waktu nanti di masa depan, ketika manusia planet
ini telah berhasil bisa terbang ke planet lain dan bertemu dengan manusia lain
yang telah lama ada di sana(warna kulit, bahasa, budaya dan tingkat cerdas
mungkin berbeda banyak tetapi bentuk tubuh mereka masih tetap sama seperti
bentuk tubuh manusia di bumi); kemudian, apa pun yang telah dipercaya sejak
lama oleh manusia di bumi ini juga termasuk Muslim, nantinya akan terpaksa
untuk diperbaiki atau ditinjau lagi.
Mengapa tidak, nantinya, sehubungan dengan pendapat yang
telah diuraikan di atas, akan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang akan
muncul misalnya; dari mana manusia yang sudah ada pada planet lain atau bumi
lain itu datangnya ?. Siapa nenek
moyang mereka. Apa agama mereka. Apakah agama manusia yang ada di planet itu
juga Muslim, Kristen, Buddha, dll.?. Lalu bila ummat Islam sampai di planet apakah
disana juga ada Ka’bah dan kalau tidak ada, shalatnya harus menghadap
kemana. Jadi banyak sekali persoalan baru yang akan muncul yang semua itu
sebenarnya sudah ada penjelasannya didalam Al Qur’an. Hanya kita
saja yang belum terpancing untuk mengungkapkannya.
Dikemudian hari nantinya, setelah apa-apa yang dijelaskan
oleh ayat-ayat suci Al Qur’an semakin jelas terbukti kebenaran ilmiahnya, maka
akan semakin jelas pula terlihat kehebatan Kitab Suci seperti yang diungkapkan
di atas dan dengan cara itu juga, kemudian orang-orang yang telah mengolok-olok
Al-Qur’an akan sangat menyesal sekali setelah melihat mengetahui bagaimana
Al-Qur’an telah mempersiapkan berbagai bimbingan ilmiah, yang ditulis secara
kiasan untuk semua cabang ilmu pengetahuan di seluruh jagat ini.
---------------------------------------------------------------------------------
SUDAH SAATNYA UNTUK
DIKAJI ULANG (2)
Bila ada orang yang mengatakan bahwasanya kitab suci Al
Qur’an adalah satu-satunya kitab yang maha sempurna di jagat ini, seluruh Ummat
Islam pastilah menyetujuinya. Karena didalam Kitab Suci Al Qur’an,
sesungguhnya memanglah benar terdapat ayat-ayat luar biasa yang dapat dijadikan
petunjuk bukan hanya untuk kehidupan di kampung akhirat, tetapi juga mengandung
makna berlapis (ciptaan Allah) yang dapat dijadikan petunjuk sempurna untuk
kehidupan didunia fana ini.
Sehubungan dengan perihal petunjuk tersebut, melalui surat
ke 3 ayat 7, Allah swt telah menjelaskan bahwasanya ayat-ayat suci Al Qur’an
itu terdiri dari dua bahagian sifat pokok yaitunya ayat-ayat yang bersifat
muhkamaat dan ayat-ayat yang bersifat mutasyabihaat.
Ayat-ayat yang bersifat muhkamat adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang peraturan,
ketentuan atau perundang-undangan yang wajib dipatuhi oleh seluruh makhluk di
jagat raya ini.
Sedangkan ayat-ayat yang bersifat mutasyabihaat adalah ayat-ayat yang menjelaskan permasalahan kiasan
ilmiah untuk segala zaman.
Diantara contoh dari ayat-ayat yang bersifat muhkamaat
adalah seperti misalnya ketentuan melaksanakan puasa dibulan Ramadhan,
mengerjakan hajji pada bulan Zulhijjah, sholat 5 kali sehari semalam, membayar
pajak/ zakat 2 ½ % (dan banyak lagi tentunya); yang kesemuanya itu adalah
merupakan satu peraturan, ketetapan mutlak dari Allah swt atau undang-undang
yang sama sekali tidak boleh diganggu gugat atau ditawar lagi.
Sedangkan ayat-ayat mutasyabihaat yang sebenarnya lebih
banyak berkaitan dengan masalah ilmiah/ sicientific, yang dicantumkan
Allah swt di dalam Al Qur’an memang sengaja ditampilkan dalam bentuk kiasan
dengan maksud agar manusia terpancing, terdorong berusaha untuk mempergunakan
akalnya untuk mendalami, menganalisa dan mengembangkan kandungan ilmiah dari
masing-masing ayat itu sendiri. Mari kita amati apa komentar dari ulama
kita yang telah berusaha menafsirkan ayat-ayat suci Al Qur’an atau Para Penafsir Al Qur’an dimana
komentar tsb dapat kita lihat pada halaman berikutnya.
Dari kutipan-kutipan penjelasan yang telah dijelaskan
langsung oleh Para penafsir yang selama ini dianggap paling mengerti dengan
bahasa Al Qur’an; ternyata para penafsir itu sendiri, yang telah mencoba
mendalami tafsirannya, malah merasa semakin yakin bahwa apa-apa yang mereka
tafsirkan dari umumnya ayat-ayat mutasyabihat itu, belumlah tentu sejalan
dengan maksud dan tujuan sebenarnya dari ayat itu sendiri.
Dengan kata lain, para penafsir secara jujur telah
mengakui bahwasanya apa-apa yang telah mereka tafsirkan itu adalah sebatas apa
yang sanggup mereka fikirkan. Sehingga Para penafsir telah memberikan
ruang kepada Pihak lain untuk mengembangkan penafsirannya selama penafsiran itu
masih tetap dalam jalur al haq (kebenaran) dan tidak sampai masuk kepada ruang
kekafiran (keengkaran).
Sejalan dengan hal itu, perlu juga kita pahami bahwa tidak
ada garansi atau jaminan bahwa orang-orang yang telah memahami bahasa Arab
secara otomas langsung bisa memahami masalah tekhnologi, menjadi seorang penemu
atau peneliti ilmiah yang terkait dengan ayat-ayat mutasyabihaat yang ada dalam
Kitab Suci Al-Quran.
Satu contoh dari ayat-ayat yang bersifat mutasyabihaat
misalnya ayat 36/80. “yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang
hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu" .
Menghidupkan api dengan cara
tiba-tiba dari kayu yang hijau, yang dikatakan oleh ayat ini,
sepertinya tidaklah sejalan dengan logika, karena untuk menghidupkan api dari
kayu yang kering sajapun sering tidak gampang, butuh waktu. Padahal dari
sisi yang lain, menghidupkan api yang secara tiba-tiba dari pohon yang hijau
sebenarnya adalah merupakan salah satu kiasan dalam satu rentetan sejarah
panjang sehubungan dengan satu proses ilmiah yang dapat terkait langsung dengan
kejadian topan Nabi Nuh as yang tentunya akan memerlukan analisa lanjutan yang
lebih mendalam untuk mengungkapkan rahasianya.
Disamping itu didalam surat ke 3 ayat 7, Allah swt juga
telah mengatakan bahwasanya hanya orang-orang yang benar-benar serius mendalami
makna kiasannyalah yang akan dapat memahaminya.
Namun demikian, sangatlah disayangkan karena para pemikir
Islam (ulil albab) yang sudah berada dizaman tekhnologi komputer ini ternyata
sampai kini masih belum juga terpancing untuk menggali berbagai ungkapan
rahasia kiasan yang dikandung oleh ayat-ayat mutasyabihat tersebut.
Bahkan tidak sedikit pula Ulama Islam yang masih terikat dengan pemahaman
taklidnya.
Keadaan tersebut diatas, dimana pemikir-pemikir Islam
masih juga belum terpancing untuk mendalaminya, adalah mirip dengan senandung
nyanyian yang mengatakan bahwasanya bumi nusantara ini sesungguhnya terdiri
dari rangkaian pulau-pulau mutiara yang mengandung berbagai kekayaan alam
berlapis yang melimpah ruah.
Meskipun demikian, ironisnya ungkapan itu hanyalah sekedar
senandung nyanyian tanpa makna, karena manfaat ekploitasi analisa kekayaan bumi
nusantara ini, sampai kini ternyata masih harus digarap dan dinikmati oleh
bangsa-bangsa pintar dari negeri lain. Sementara bangsa yang diberi
rahmat untuk menjadi pemilik dari negeri bertuah yang kaya dengan sumber daya
alam ini paling hanya baru mampu sekedar menjadi tukang yang ahli dalam menghitung,
meningkatkan, memungut pajak atau komisinya saja.
Begitulah Al Qur’an, setiap hari ummat Islam sibuk
meyakinkan bahwasanya Al Qur’an adalah satu-satunya kitab yang paling lengkap
sempurna mengandung jutaan ilmu tiada batas. Meskipun demikian, sangatlah
disayangkan karena keyakinan itu baru sekedar teori karena sampai kehari ini
masih belum ada ummat Islam yang berusaha dan mampu mengungkapkan menunjukkan kandungan-kandungan
ilmu yang ada dalam ayat-ayat suci itu.
Apa yang dibicarakan hari ini masih berkisar dalam masalah
fiqih, nahu saraf. Masih belum ada temuan –temuan baru yang dapat
mendongkrak pamornya Islam ini. Sampai kehari ini ummat Islam sepertinya
sudah merasa puas kalau sudah bisa melafazkannya (mengucapkannya) dengan suara
yang merdu dan cengkok-cengkok tajuidnya.
Padahal kita punya STIQ tetapi apa sumbangan terbarunya
yang dapat menjadikan Islam ini semakin cemerlang dimata dunia ?.
Dulu, ketika Nabi Muhammad saw pertama kali menerima wahyu
dari Allah swt melalui Malaikat Jibril, Baginda RasuluLah diperintahkan oleh
Allah swt untuk membaca. Padahal kita tahu bahwasanya semenjak lahir
sampai wafatnya Nabi Muhammad saw adalah seorang yang tidak mengenal huruf. Dengan demikian berarti membaca (Al
Qura’an) yang dimaksudkan didalam Islam sebenarnya bukanlan hanya
sekedar dengan melantunkan lafaz dari ayat-ayat suci tersebut seperti yang
sudah lazim dilakukan selama ini.
Kalaulah yang dimaksudkan dengan membaca itu adalah
sekedar mengucap ejaan dari setiap huruf, lalu petunjuk apa yang mungkin bisa
kita dapatkan dari ayat-ayat tersebut ?.
Biasanya, setiap selesai melaksanakan shalat tarwih
dibulan Ramadhan, katanya orang melakukan tadarus Al Qur’an. Tetapi bila
didalami, yang dilakukan itu ternyata hanyalah sekedar melantunkan pengucapan
huruf-huruf dari ayat-ayat suci Al Qur’an. Karena kalau tadarus yang
berasal dari kata “daras” artinya adalah menela’ah atau mengkaji (bukan
mengaji atau hanya
sekedar melafazkan bentuk-bentuk huruf arab itu).
Tidakkah kita memperhatikan bahwasanya kini pengertian
dari membaca itu sudah semakin berkembang ?. Seorang arsitek membaca gambar,
seorang pebisnis membaca pasar, seorang militer membaca situasi
medan, sebuah computer membaca data dst. Dengan cara
membaca seperti ini; seorang arsitek akan mengerti dengan rencana satu
bangunan, seorang pebisnis akan mengerti apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan usahanya, seorang militer akan mengerti apa yang harus
disiapkan untuk memenangkan satu perperangan, sebuah komputer akan menampilkan data
yang tersimpan.
Kalaulah kita mengartikan kata Iqra’ atau membatasi diri
dengan pemahaman bahwasanya yang dimaksudkan dengan kata Iqra’ itu adalah
sekedar anjuran untuk melafazkan ejaan ayat-ayat suci Al Qur’an, mungkinkah
kita akan mendapatkan petunjuk dari ayat-ayat mutasyabihaat itu ?.
Meskipun pengucapan lafaz ayat-ayat suci itu kadang kala juga disertai dengan
membacakan terjemahannya, tetapi terjemahannya itupun sering masih menjadi
tanda tanya yang tidak ada jawabannya.
Oleh karena itu semua, pada tulisan berikut ini, melalui
berbagai analisa, penulis mengajak, penulis mencoba melakukan dan menyampaikan
salah satu contoh terobosan sebagaimana uraian berikut dibawah ini; meskipun
Pembaca yang budiman tentunya boleh saja setuju atau tidak.
Namun demikian mari sama-sama kita renungkan, karena
bagaimanapun, terobosan analisa ayat-ayat suci Al Qur’an ini seharusnya sudah
sejak lama dilakukan oleh Ummat Islam agar Ummat Islam ini tidak lagi selamanya
menjadi gerbong atau pengikut; tetapi sudah seharusnya menjadi lokomotif
(panutan) didalam jagat raya ini (surat 1/2).Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.
Sepintas lalu kita sudah dapat melihat bahwasanya penjelasan dari ayat ini sebenarnya mencakup untuk keseluruhan ayat-ayat Al
Qur’an yang terdiri dari lebih 6236 ayat. Cuma yang menjadi
pertanyaan adalah apakah dengan hanya bertaqwa, seperti tafsiran yang dipahami selama ini, yaitu dengan melafazkan ayat-ayat suci Al Qur’an dan
mengerjakan rukum Islam lalu ummat Islam ini
akan langsung saja terlindungi dari berbagai permasalahan tekanan, pemburuan,
teror, difitnah dan pemblokiran yang dilakukan pihak lain terhadap ummat Islam
?. Atau mungkinkah, kalau Ummat Islam ini sudah bertaqwa, maka otomatis
Ummat Islam akan langsung mendapatkan suatu lingkungan yang baldatun tayyibatu
warabbun gaffur ? tanpa karya nyata ?. Mari sama-sama kita fikirkan.
Karena dalam kenyataannya, sampai hari ini dimana-mana
diseluruh dunia ini, ummat Islam masih saja berada pada pihak yang diatur dan
terpaksa mengikuti arah telunjuk dunia Internasional.
Sejak lama ummat Islam yang diajarkan dengan taqwa ini
justru sering dengan gampangnya dapat diperebutkan seperti yang diakui oleh
pemuka Islam itu sendiri bahwa umat Islam ini adalah ibaratkan sepotong roti
enak yang mau pasrah saja diperebutkan orang. Atau ibaratkan buih
dilautan yang begitu banyak tetapi sama sekali tidak punya kekuatan, daya dan
upaya.
Kini orang malah lebih segan kepada pengikut Yahudi yang
maju pesat dengan hanya tuntunan kitab zabur dan Tauratnya yang sudah
dimansyukhkan oleh Allah swt, ketimbang Ummat Islam yang baru hanya sekedar
cukup bangga dengan mengajinya seperti yang dilakukan selama ini. Mari
sama-sama kita renungkan, kenapa sampai saat ini “fiddun ya hasanah” masih
lebih banyak berpihak kepada pengikut Zabur dan taurat itu ?.
Kalau sudah begini tentunya pasti ada yang salah.
Cuma salahnya itu dimana ?. Padahal kita ummat Islam punya Ulama-ulama
besar yang telah menjelaskan makna mendasar dari taqwa itu sendiri. Lalu apakah semua tekanan dan teror yang
dialami oleh ummat Islam itu adalah disebabkan karena ummat Islam ini secara
umum memang masih belum sepenuhnya bertaqwa atau mungkin juga ummat Islam itu
sendirilah yang masih belum pas dalam memaknai maksud dan
tujuan yang sebenarnya dari kata taqwa itu sendiri ???.
15/14. Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah
satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya,
15/15. Tentulah mereka berkata: "Sesungguhnya pandangan
kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang orang yang kena sihir".
Ayat dari surat yang ke 15 ini sesungguhnya telah
menunjukan suatu kiasan bahwasanya apa-apa yang sudah kita pahami selama ini
satu saat kelak melalui analisa yang lebih mendalam, nampaknya harus diperbaiki
lagi. Dengan kata lain melalui kiasan ayat-ayat tersebut diatas, didukung
lagi dengan surat 55 ayat 33 yang mewanti-wanti suatu saat manusia yang sudah
mendapatkan sultan (kekuatan atau cara) akan dapat melintasi cakrawala
ini. Pergi jalan-jalan ke planet lain (bukan bintang).
Ketika manusia bumi ini nantinya setelah sampai disana,
ternyata akan menemukan manusia yang sama pula seperti manusia di bumi
ini (mirip seperti Columbus yang dulu
ketika baru saja sampai di benua Amerika yang tadinya dianggap tidak
berpenghuni, ternyata dibenua itu Columbus telah menemukan manusia (yang
disebut Indian) yang anatominya mirip sama dengan
manusia di Erop ketika itu. Sehingga
timbullah tanda tanya besar, dari manakah datangnya orang-orang Indian itu ???).
Maka disaat itu nantinya, ketika orang sudah sampai di planet lain
yang disana juga ditemukan manusia seperti kita, maka apa-apa yang sudah kita pahami selama ini, tentulah harus
diperbaiki lagi. Karena selain dari itu nantinya setelah manusia sampai
diplanet lain itu, manusia bumi ini juga akan menemukan banyak hal lain yang
sangat berbeda dengan apa-apa yang sudah dipahami selama ini.
Keberhasilan manusia terbang ke planet lain tentunya nanti
setelah manusia berhasil menemukan cara untuk memanfaatkan tenaga gratis dari
fenomena segitiga bermuda, satu tenaga dahsyat gratis yang disediakan oleh alam
yang memungkinkan manusia nantinya juga dapat terbang ke planet lain didalam
solar sistem kita ini dengan
waktu yang sangat singkat.
Penulis pernah
mengirimkan saran kepada Pihak NASA bahwasanya bila benar ingin terbang ke
planet, jangan lagi memakai tenaga rocket, tidak akan berhasil. Tetapi
berusahalah untuk menmanfaatkan tenaga segitiga bermuda. Tenaga
gratis dan cepat yang disediakan alam.
Sejalan dengan hal itu mari sama-sama kita mencoba
merenungkan lagi beberapa ungkapan berikut ini;
1. 36/82. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
Pada dasarnya, ayat ini akan bermakna
bahwasanya bila Allah swt menghendaki, Allah cukup hanya mengatakan “jadilah”,
maka ianya akan terjadi.
Namun sayangnya, pada makna
lanjutannya, pada pendalamannya; kebanyakan orang memahami bahwasanya semua itu
dapat saja terjadi dengan sendirinya atau dengan cara yang tiba-tiba atau
instant bila Allah swt menghendaki.
Seperti apa yang sering dilakukan
oleh seorang pesulap yang memasukkan tangannya kedalam sebuah kotak hitam
kosong (misalnya), sejenak kemudian ketika ia menarik tangannya dari kotak
kosong tersebut, tiba-tiba saja tangannya telah memegang seekor kelinci atau
bebek. Itulah yang dipahami oleh kebanyakan orang.
Memang, bila Allah swt menghendaki,
“kun fayakun” , semuanya bisa saja terjadi berkat kuasanya Allah swt.
Cuma sayangnya, tidak banyak orang yang dapat menyadari bahwasanya semenjak
dunia ini terkembang, semua kejadian penciptaan Allah swt itu selalu punya
proses atau tahapan. Tidak ada yang
instant kecuali satu atau dua kejadian yang memang sengaja diperlihatkan Allah
swt seperti tanpa proses, yang tujuannya adalah untuk memperlihatkan
kekuasaaNya.
Kejadian-kejadian luar biasa tanpa
proses ini disebut dengan mukjizat dan itu hanya terjadi pada Rasul-Rasul Allah
swt.
Lihatlah, dari satu sperma yang
menyatu dengan indung telur didalam rahim, diberi waktu beberapa minggu untuk
mulai menjadi segumpal darah. Setelah itu diberi waktu beberapa minggu
lagi untuk menjadi janin. Diberi waktu beberapa bulan baru diberi
roh. Beberapa bulan pula kemudian diapun keluar dari rahim. Menjadi
bayi, balita, kanak-kanak, belia, remaja, dewasa, tua dan akhirnya mati.
Itu adalah contoh proses.
Padahal bila Allah swt menghendaki
(misalnya), Allah bisa saja memerintahkan seseorang yang sudah di dewasakan
tiba-tiba saja di munculkan kepermukaan bumi ini tanpa proses kelahiran dan peremajaan. Seperti apa yang kelak akan terjadi di Padang Mahsyar
dimana manusia yang sudah hancur lebur selama kurun waktu yang tidak
terbayangkan, akan langsung muncul ke permukaan tanah saat itu bak cendawan
tumbuh dimusim hujan dan manusia yang muncul itu akan langsung dewasa tanpa
proses kelahiran dan balita lagi.
Demikianlah, meskipun Allah punya
kekuasaan “kun fayakun”, namun Allah swt tetap saja menciptakan satu proses
untuk setiap kejadian dialam fana ini. Setiap kejadian mesti ada asbabun
nuzul-nya, sebab akibatnya. Sehingga terciptalah dinamika kehidupan.
Sejalan pula dengan logika akal manusia ciptaan Allah swt (al haq).Dengan adanya asbabun nuzul, sebab
akibat dan dinamika kehidupan ini, maka orang-orang yang terlahir sebagai
manusia dinamis akan menjadi terdorong untuk mempergunakan akalnya.
Lain halnya bagi sebahagian manusia
statis yang enggan mempergunakan akalnya, bila ada pertanyaan kenapa bisa
begitu, kenapa bisa terjadi, kenapa bisa begini ?; maka dengan entengnya ia
akan menjawab, bahwasanya semua itu mudah saja bagi Allah. Yaaaaa kalau begitu
selesailah sudah. Maka sia-sia lah Allah swt memberinya akal karena tidak
bisa lagi dikembangkan (statis).
Akibat dari pemikiran seperti itu, maka tidak akan ada
lagi experiment, percobaan; tidak akan ada lagi penyelidikan; tidak akan ada
lagi inovasi dan temuan-temuan baru yang dapat merobah kehidupan manusia ini,
dari hanya berjalan kaki dan berlari dizaman pra sejarah dulu sampai kini
menjadi mampu terbang; tidak akan ada lagi analisa-analisa yang dapat mendorong
manusia berusaha menciptakan alat komunikasi yang memungkinkan orang dapat
berbicara dan melihat dalam jarak yang jauh.
Dengan contoh ayat-ayat berikut ini
Allah swt telah memberikan satu gambaran tentang satu proses.
25/2. Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan
bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam
kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannyadengan serapi-rapinya].
54/49. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.
4/13. (hukum-hukum tersebut)
adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir
didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah
kemenangan yang besar.
Demikianlah, Allah swt telah menetapkan ukuran alias
aturannya alias hukumnya seperti misalnya: sebuah benda panas bila bersentuhan
dengan kulit manusia, maka kulit akan merasa kepanasan bahkan bisa terbakar
bila tingkat kepanasannya melebihi panasnya kulit manusia.
Itu adalah contoh hukum yang telah ditetapkan Allah
terlepas dari apakah itu belum atau sudah terjadi. Tetapi bila seseorang
tetap saja memegang atau terpegang dengan benda panas, berarti dia telah
terlanggar atau melanggar hukum yang ditetapkan Allah. Akibat dari
pelanggaran tersebut, maka orang itu akan merasa kepanasan atau terbakar;
itulah hukumannya.
2. 2/30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui".
Seseorang yang pernah mengalami atau melihat betapa
dahsyatnya kalau tersengat arus listrik; ia akan
berteriak keras “awas, bahaya !!!” mengingatkan orang lain, apalagi
bila melihat keluarganya berada didekat peralatan listrik yang terbuka.
Karena orang itu tidak ingin ada orang lain yang akan menjadi korban akibat
tersengat arus listrik itu.
Lain halnya dengan orang yang sama sekali belum pernah
mengetahui apalagi merasakan sengatan listrik tersebut; orang ini akan santai
saja, tenang-tenang saja bila melihat ada anaknya atau orang lain yang berdekatan dengan arus listrik terbuka.
Dengan kata lain, biasanya orang akan dapat berkomentar,
menyarankan ataupun menjelaskan bila dia sudah pernah melihat, merasakan atau
mendengar.
Demikianlah, ketika Allah swt akan menjadikan (kata
yang dipakai adalah ja’la) seseorang (Adam) untuk
menjadi khalifah dimuka bumi; kok berani-beraninya malaikat
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah ..........?. Para malaikat berkata demikian tentu
ada alasannya, tentu ada sebabnya.
(Didalam Kitab Suci Al Qur’an, ada 57 ayat dimana Allah
mengingatkan untuk berfikir. Afala tafakkarun, afala ya’kilum, albab,
afala ta’kilun, sejalan dengan al haq). Mari kita fikirkan juga dengan akal, bukan hanya dengan hati,
perasaan dan emosi yang akhirnya cendrung menuju kepada taklid.
Menurut al haq, kebenaran, kewajaran atau logikanya
(sesuai dengan rencana Allah); keberanian para malaikat berkata demikian kepada
Allah tentunya tak lain adalah karena sebelum Allah berencana menjadikan Adam
untuk menjadi (khalifah …. ?) di bumi (ketika itu Adam masih di sorga …. (nyata
atau gaib?), sebenarnya para malaikat dimasa itu sudah pernah melihat perilaku
masyarakat manusia banyak lainnya, disekitar Adam atau mungkin juga di bumi
yang lain. Dimana manusia-manusia banyak yang dilihat malaikat itu adalah
manusia-manusia yang suka membuat keonaran, tawuran dan kerusakan sebelum
Allah swt berencana menjadikan (ja’la) Adam sebagai
khalifah untuk di bumi (bukannya menjadikan
manusiapertama
sebagaimana yang telah dipahami selama ini), bukan pula untuk khalifah di
planet lain (mars, Jupiter,
sturnus dst).
Sungguh sangatlah tidak mungkin para malaikat akan berani
berkata begitu disaat itu, kalaulah pada saat itu adalah buat pertama kalinya
para malaikat baru akan melihat Adam sebagai satu-satunya manusia di jagat raya
ini.
Sungguh sangatlah tidak mungkin lagi kalau para malaikat
akan berani meramalkan bahwasanya manusia yang akan diciptakan Allah swt adalah
makhluk yang akan membuat kerusakan dan suka menumpahkan darah. Padahal
Adam baru saja akan dijadikan atau dijadikan. Jadi belum ada
sontoh.
Ayat 3/59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di
sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan
Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah"
(seorang manusia), maka jadilah dia.
Dari tatanan susunan kalimat ayat ini jelas terlihat
betapa Allah dengan gamblangnya telah menjelaskan bahwasanya kejadian Isa itu adalah sama seperti kejadian Adam as, sangat
sederhana penjelasannya.
Kalau Isa telah di lahirkan dari seorang perempuan,
mestinya Adam juga ……. ? Ironisnya, terjemahan ayat ini telah berputar-putar
terputar menuju arah yang tidak jelas akhirnya seperti biasa kalau sudah
terbentur alias mentok, yaaa dikembalikan lagi kepada “kun fayakun” sebagai
langkah akhir dari satu kebingunan.
Itulah barangkali salah satu sebab mengapa para penafsir
Al Qur’an pada rata-rata buku tafsir, seperti yang telah disinggung pada awal
tulisan ini, meskipun para penafsir itu telah dianggap sebagai orang yang sudah
benar-benar ahli dalam tata bahasa Arab; namun dari awal-awal mereka sudah
mengakui bahwasanya apa-apa yang mereka fahami dari ayat-ayat suci Al Qur’an
bukanlah harga mati. Para Penafsir sangat menyadari akan keterbatasan
mereka terkait dengan perkembangan zaman dalam mengungkapkannya terutama makna
dari ayat-ayat yang bersifat mutasyabihat.
Tidak pernah ditemukan seorang penafsir pun yang
mengatakan bahwasanya penafsiran mereka terhadap ayat-ayat suci Al Qur’an
mengandung kebenaran mutlak yang tidak boleh diganggu gugat lagi.
Oleh karena itu, mengapa kita masih harus memakukan diri dengan penafsiran Para Penafsir yang melakukan
penafsiran ketika orang masih sibuk memakai gerobak, ketika orang masih
menulis di daun lontar atau batu tulis. Padahal kini sudah zamannya
tekhnologi kumputer dan pesawat angkasa ?.
Haruskah kita masih merasa bahwa ayat-ayat suci Al Qur’an,
terutama ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat yang mempunyai penafsiran statis ?.
Kini, sudah
saatnya kita menyadari bahwasanya kitab suci Al-Quran itu adalah
suatu kitab yang mempunyai ayat-ayat dengan penafsiran Dinamis yang mestinya mampu untuk menjadi penerang disegala zaman ?. Haruskah kita masih membenamkan dan
membatasi diri hanya dengan mushabaqah, yang katanya membaca Al Qur’an ?.
Kita punya cukup banyak STIAQ, tetapi sejauh ini pernahkah
kita mempertanyakan terobosan apa saja yang telah dihasilkan oleh STIAQ
tersebut yang dapat menjadikan Islam semakin disegani -- bukan
ditakuti -- di mata dunia ini ?.
3. Ketika pertama kali Nabi adam dipindahkan atau didatangkan ke
planet bumi ini, konon menurut kisahnya ketika itu Nabi adam ditempatkan di
sekitar daerah pergunungan Himalaya. Sedangkan Siti Hawa pada waktu yang
bersamaan ditempatkan di sekitar pergunungan Alpen.
Kita tahu bahwa semenjak dahulu daerah Alpen dan Himalaya
itu adalah satu daerah dingin menusuk tulang, yang diselimuti salju.
Padahal kita juga tahu bahwasanya kepindahan Nabi Adam dan Siti Hawa ke bumi
ini tidaklah dengan bantuan Moving
Company yang mengantarkan Nabi Adam dengan satu container peralatan rumah
tangga untuk bekal hidupnya didaerah dingin di Bumi ini.
Dengan kata lain, teorinya, Nabi Adam dan Siti Hawa
didatangkan ke planet bumi ini hanyalah dengan membawa pakaian yang lekat di
badan saja.
Oleh karena itu, logikanya, Nabi Adam dan Siti Hawa bisa
meninggal kedinginan kalaulah daerah dimana mereka ditempatkan ketika itu
memanglah benar daerah dingin yang diselimuti salju.
Berdasarkan analisa ini, sebenarnya daerah Himalaya dan
Alpen dimasa itu bukanlah daerah dingin yang diselimuti salju. Lalu
alasannya apa ….. ?. Haruskan peristiwa rumit seperti ini di timpakan lagi
kepada “kun fayakun” sehingga akal tidak lagi perlu dipergunakan
?. (Permasalahan ini khusus akan kita analisakan lagi terpisah
pada episode berikutnya.)
4. Demikianlah, setelah Nabi Adam as ditinggalkan di muka bumi oleh
malaikat yang mengantarkannya, maka mulailah Ia menata kehidupannya.
Satu ketika, nabi Adam melihat sekelompok babi dan monyet
yang berebutan memakan sejenis makanan yang digali dari dalam tanah dengan
warna keputihan (ini hanya ilusi). Melihat sekelompok hewan yang dengan lahapnya memakan
makanan yang berwarna putih itu, maka Nabi Adam as pun terpancing mengusir
hewan tersebut agar ia dapat pula mencoba memakan apa yang telah dimakan
oleh hewan-hewan itu.
Setelah Nabi Adam as mencoba memakannya, ternyata enak,
karena apa yang dimakannya itu adalah ubi kayu atau singkong yang kita kenal sekarang ini.
Lama semenjak itu, hari demi hari berlalu, Nabi Adam as terus saja memakan ubi mentah tersebut bila dijumpainya.
Lama semenjak itu, hari demi hari berlalu, Nabi Adam as terus saja memakan ubi mentah tersebut bila dijumpainya.
Begitulah sampai pada satu saat api ditemukan. Ubi
yang tadinya dimakan mentah dicoba untuk dibakar, ternyata lebih enak lagi.
Lama pula kemudian ketika periuk tanah telah ditemukan
sehingga ubi yang tadinya dibakar dapat pula direbus, eee malah lebih enak
lagi.
Seterusnya ketika minyak goreng ditemukan, ubi dapat pula
digoreng dengan rasa yang makin enak.
Begitu pula setelah ragi ditemukan, ubi dapat pula dibuat
tape yang rasanya semakin enak.Belakangan kini, ubi ternyata tidak hanya dapat
dibuat makanan, tetapi juga bisa dibuat sipiritus atau etanol yang dapat
dijadikan bahan bakar menjalankan pesawat terbang.
Begitulah perkembangan zaman dimana kalau tadinya ubi kayu
hanya dimakan mentah akhirnya ternyata bisa pula dibuat menjadi bahan bakar
pesawat.
Apa yang dijelaskan diatas sesungguhnya adalah merupakan
gambaran dari satu sisi pemahaman atau pemaknaan, bahwasanya satu ayat saja
dalam Kitab Suci Al Qur’an(terutama ayat yang bersifat mutasyabihat atau kiasan) sebenarnya
sudah mengandung arti dan makna yang bertingkat-tingkat, yang sekaligus dapat diperuntukkan untuk menjadi penerang dimana kegelapan mendatang
disetiap zaman.
Seperti ayat: 17/1. Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[ agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Selama berabad-abad, melalui acara isra’ dan mi’raj’ yang
dilakukan setiap tahun, ayat ini baru diartikan hanya dari sudut pemahaman atau
penafsiran ubi mentahnya saja.
Padahal didalam ayat ini terkandung atau
tersirat rahasia berlipat penjelasan tekhnologi yang bisa dikembangkan tentang
satu sumber tenaga dahsyat gratis, yang berhubungan dengan rahasia segitiga
bermuda untuk mempermudahkan perjalanan macrocosmos, yang dapat dipergunakan
sepanjang masa.
Hanya Allah menjelaskannya sengaja dengan kiasan agar
manusia dapat berpacu untuk menganalisakannya dengan mempergunakan akal yang
telah diberikanNya. Siapa rajin tentu bisa pandai, siapa gigih tentu akan
dapat.
Afala tafakkarun. Mari kita fikirkan juga dengan
akal, bukan hanya dengan hati, perasaan dan emosi yang akhirnya cendrung menuju
kepada taklid.
Sesungguhnya, tafakkarun yang dimaksudkan Allah swt
bukanlah hanya sekedar tafakkur atau memikirkan saja; tetapi lebih jauh dan
dalam tafakkur yang dimaksudkan adalah menganalisakan, mengggali, mendalami.
Mengkaji, seperti yang tgelah dilakukan oleh para penemu temuan-temuan baru.
Oleh karena itu, akan sangat merugilah kalau ayat 17/1
tersebut selama berabad-abad hanya diartikan sebagai satu perjalanan malam. Contoh lainnya adalah sebagaimana ayat
berikut ini:
5 Ayat 7/178 mengatakan bahwa Dialah yang menciptakan kamu (khalaqakum) dari diri yang satu dan
menjadikan (ja'ala -- bukan menciptakan) dari
padanya (ha -- bukan hu -- sebagai
pasangannya -- ha -- bukan -- hu) (zaujaha -- bukan -- zaujuhu) ( -- ha itu perempuan atau laki-laki ????) agar muncullah rasa senang pada dia (ha -- bukan hu).
Maka setelah dicampurinya pasangannya (ha -- bukan hu)
mengandung kandungan yang ringan dan teruslah dia merasa ringan (beberapa
waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami isteri)
bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: Sesungguhnya jika Engkau
memberi kami anak yang shaleh, tentulah kami termasuk orang yang
bersyukur".
Catatan;
Catatan;
(didalam ayat 7/ 189 ini ada dua kata yang berbeda
yaitu khalaka =
menciptakan dan ja’la =
menjadikan yang selama ini dua macam kata tersebut sama-sama ditafsirkan oleh
ahli tafsir dengan makna menciptakan. Padahal akibat dari menyamakan arti
dua macam kata ini telah menimbulkan akibat semacam keraguan pemahaman,
yang menimbulkan tanda tanya besar bagi mereka yang berfikir dinamis.
Didalam penafsiran ayat 7/189 ini, ada
satu hal yang sudah saatnya untuk ditinjau lagi, dimana “Ha” dalam
ayat ini telah ditafsirkan sebagagi laki-laki. Padahal kita tahu,
“Allahumagfirlaha”, (ha) itu sebenarnya artinya adalah perempuan,
sedangkan “Allahumagfirlahu”, (hu) itu sebenarnya artinya adalah laki-laki.
Tetapi kenapa “minha”, (ha)selama ini malah diartikan sebagai laki-laki
????. Begitu pula “zaujaha”, (ha) didalam
ayat ini juga ditafsirkan sebagai pasangan laki-laki????. Padahal seharusnya
diartikan sebagai pasangan perempuan yang dapat menjadikan perempuan tersebut beranak (tentunya anak laki-laki). Barulah kejadiannya sama sejalan dengan
kejadian Nabi Isa seperti yang dimaksudkan oleh ayat 3/59.
Disinilah
sebenarnya salah satu contoh persoalan, yang telah menjadi titik awal, yang
telah mengarahkan kita kepada satu arah penyimpangan dari arah tujuan
penafsiran yang seharusnya, yang sudah saatnya mesti kita tinjau kembali
sekaligus kita perbaiki agar kesalahan itu tidak semakin berlarut-larut.
Menyimak kepada ayat 3/59, Allah swt
telah begitu jelasnya mengatakan bahwasanya kejadian Isa itu adalah sama seperti
kejadian Adam.
Oleh sebab itu, sehubungan dengan ayat 7/189 dimana Isa telah
dilahirkan oleh seorang perempuan tanpa suami, yaitunya Maryam yang hamil setelah didatangi oleh malaikat Jibril yang tujuannya untuk
memberikan inseminasi buatan kepada Maryam; maka mestinya Adam as juga
dilahirkan oleh seorang perempuan tanpa suami sebagai (yang logikanya) manusia
pertama dijagat raya yanag di ciptakan oleh Allah swt. Dimana manusia
pertama ini telah hamil dan melahirkan sama seperti apa yang telah dialami oleh
Maryam.
Dimasa itu,
ketika Maryam yang dipingit (dikarantina) dapat hamil dan melahirkan, oleh
masyarkat dianggap suatu kejadian yang sangat luar biasa. Sehingga
muncullah sangkaan yang macam-macam dari masyarakatnya.
Padahal kini, kejadian seperti itusebenarnya adalah suatu hal wajar-wajar saja. Dengan tekhnologi inseminasi, setiap perempuan atau betina
yang subur dapat saja hamil tanpa disentuh oleh laki-laki atau
jantan. Jadi tetap saja logis atau al haq.
Berdasarkan analiasa ini, yang diperkuat
dengan kiasan ayat 3/59 itu, dimana Allah swt telah mengkiaskan bahwasanya
kejadian Isa itu adalah sama seperti
kejadian Adam; itu dapat berarti bahwasanya kalau Isa telah dilahirkan oleh
seorang perempuan, maka penafsiran manusia pertama yang diciptakan Allah
seharusnya adalah juga perempuan yang akhirnya melahirkan Adam seperti Maryam
melahirkan Isa dan akhirnya setelah bayi laki-laki pertama itu dilahirkan
oleh perempuan pertama ciptaan Allah swt, kemudian dia menjadi dewasa maka diapun
menjadi pasangannya zauja(ha)
bukan zaujuhu,dinikahkan menjadi pasangan suami isteri.
Seterusnya setelah pasangan tersebut
melahirkan beberapa pasangan anak setelah pindah kebumi, maka masing-masing
anak ketika itu pun saling dinikahkan, karena belum adanya keluarga yang lain.
Oleh karena itu, kini sudah saat kita merenung jauh lebih
dalam. Kalaulah dulu orang berpendapat atau memahami bahwasanya Adam
adalah manusia pertama, itu boleh-boleh saja karena sesuai pula dengan zamannya
ketika itu disaat mana semuanya masih serba tertutup. Tabu untuk
dibicarakan.
Tetapi kini dizaman semuanya semakin serba terbuka ini,
dimana al-haq (kebenaran) semakin menjadi acuan; dizaman dimana orang berfikir
semakin dinamis, logis dan kritis; pendapat yang mengatakan bahwasanya salah satu tulang rusuk Adam Nabi Adam dicabut untuk dijadikan seorang perempuan yang bernama Hawa yang
kemudian dijadikan istrinya Nabi Adam; sesungguhnya sudah perlu dikaji ulang.
Itupun masih harus dipertanyakan lagi, apakah ketika Hawa dibuat
dari tulang rusuk Nabi Adam itu langsung menjadi seorang gadis ataukah melalui
proses menjadi bayi terlebih dahulu.
Jadi pendapat seperti itu kini sudah sangatlah tidak logis
lagi (tentunya bagi mereka yang berfikiran dinamis).
Sepertinya orang berpendapat bahwa ketika Allah swt akan membuat
seorang perempuan untuk dijadikan teman hidupnya Nabi Adam as, Allah swt sudah
kehabisan bahan; sehingga terpaksalah tulang rusuk Nabi Adam yang harus dikorbankan.
Yang benaaaar aaaaja tuuuu pak.
Bila merujuk kepada
pemahaman semenjak dulu sampai saat ini (yang mengatakan bahwasanya manusia
pertama adalah laki-laki), perlu juga didalami lagi bahwasanya
ketika Allah swt mulai pertama kalinya membuat Adam, apakah Adam
ketika itu sudah dibuatkan juga kelamin laki-lakinya atau belum ?.
Seandainya Allah swt belum melengkapi manusia pertama itu
dengan kelamin laki-lakinya, berarti rencana Allah belumlah cukup matang. Dengan menjadikan laki-laki pertama itu
tanpa kelamin, berarti awalnya rencana Allah swt menciptakan laki-laki adalah
sebagai manusia tunggal, yang tidak perlu berketurunan. Sedangkan bila Allah swt memang telah
langsung melengkapinya dengan kelamin laki-lakinya, berarti Allah swt memang
telah ada rencana selanjutnya untuk menciptakan perempuan sekaligus dengan
kelamin perempuannya, meskipun diminta atau tidak diminta oleh Adam as.
Untuk apa Allah swt membuat kelamin laki-laki pertama itu
kalaulah tidak akan ada hubungannya dengan perempuan ???. Jadi
sangatlahlah tidak berpatutan kalau Allah swt harus dipahami harus mengorbankan tulang
rusuknya Nabi Adam guna memenuhi permintaan Nabi Adam as dalam menciptakan seorang perempuan yang katanya kejadian itu
terjadinya di sorga. Miskin kalinya
Allah itu kalaulah harus mengorbankan tulang rusuknya Nabi Adam as untuk membuat
perempuan, sepertinya Allah swt sudah kehabisan bahan). Padahal
semua bahan yang diperlukan, disorgawaktu itu, tentunya sangatlah lengkap.
Oleh karena itu, berdasarkan analisa yang lebih mendalam
ini, sudah waktunya kita menyadari bahwasanya manusia pertama yang diciptakan
Allah swt dijagat raya ini sebenarnya adalah seorang wanita atau perempuan,
bukannya laki-laki.
Dengan cara memperbaiki penafsiran yang kusut selama ini,
tentang manusia pertama yang sudah dijelaskan secara kiasan didalam Al Qur’an,
maka ayat 7/189 akan langsung nyambung dengan ayat 3/59 dan akan nyabung pula
dengan doa yang dibacakan ketika mensholatkan jenazah jenazah.
Allahummagfirlahu warhamhu untuk laki-laki dan Allahummagfirlaha warhamha untuk perempuan
Dan yang lebih penting lagi. Dengan terbukanya analisa ini, maka akan
semakin terbuka pulalah sumbatan cakrawala lautan ilmiah luas dalam Islam selama
ini seperti yang dikiaskan oleh ayat 14/15 dan 15/15.
Tetapi kalaulah kita masih tetap bertahan
dengan pemahaman dasar selama ini, yang mengartikan minha itu sebagai laki-laki, maka
ayat 7/189 akan terpaksa berdiri sendiri terpisah ditengah-tengah ribuan ayat
lainnya. Sekali lagi mari kita renungkan. Wahai para pemikir Islam. Afala
tafakkarun, afala ta’kilun.
6. Ayat 51/56. Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
Pada ayat ini, tersirat penafsiran perintah untuk
mengikuti aturan Allah swt dengan beragam cara yang telah ditetapkan dan di
ajarkan melalui Rasul (utusanNya). Karena kata yang dipakai adalah
kata umum (mengabdi) bukannya kata khusus seperti kata menyembah
misalnya.
Ayat 24/41. Tidaklah
kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang
dilangit dan dibumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara)
sembahyangnya (aturannya) dan tasbihnya (pelaksanaannya ?)dan Allah swt Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Pada penafsiran ayat ini tersirat satu ketetapan untuk
mengikuti aturan dimana bumi ini telah ditetapkan untuk berputar selama 24 jam sehari pada
sumbunya sambil mengelilingi matahari selama 365 hari dan burung mengikuti
aturan dengan mengembangkan sayapnya. Oleh sebab itu, maka akan muncullah
kebingunan (yang menjurus kepada dogma) bila bumi masih saja di tafsirkan
bertasbih seperti yang dipahami selama ini, karena penafsiran tasbih selama ini
adalah mengucapkan subhanalLah, Allahuakbar dan alhamdulilLah.
Ayat 38/18. Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi.
Ayat 38/18. Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi.
Bagi orang-orang yang terlahir dengan pola pikir yang
statis, penafsiran yang menjelaskan bahwa gunung-gunung bertasbih – sebagaimana
yang telah difahami bahwa pengertian bertasbih itu adalah mengucapkan; SubhanalLah,
Allahuakbar dan AlhamdulilLah -- bersama Daud adalah suatu yang wajar-wajar
saja. Landasannya adalah kunfayakun, tak perlu proses, tak perlu
dipersoalkan lagi, terima sajalah, dosakata mereka kalau mempergunakan akal untuk untuk memikirkan hal-hal semacam itu.
Tetapi, bagi orang-orang yang terlahir dengan pola pikir
dinamika tinggi, penafsiran gunung bertasbih dari ayat ini sangatlah
janggalnya. Karena gunung adalah satu makhluk Allah yang tidak hidup,
tidak diberi nyawa dan pikiran. Jadi sangatlah tidak sejalan dengan akal
yang diberikan oleh Allah itu sendiri bila ada orang yang meyakini
gunung-gunung juga bisa bertasbih (seperti yang dipahami selama ini).
Itu baru satu contoh, dan tentunya banyak lagi contoh ayat
yang lainnya yang masih memerlukan pendalaman lanjutannya. Oleh karena itu semua, kini, dizaman
tekhnologi komputer ini sudah saatnya kita tidak lagi terpaku untuk
terus-terusan makan ubi mentah seperti yang dilakukan ummat dizaman purbakala
dulu.
Kalau orang dizaman purbakala dulu harus makan ubi mentah,
memanglah zamannya karena ketika itu orang belum menemukan api ataupun perkakas
lainnya yang dapat mengolah ubi menjadi beragam produk.
Sejalan dengan permisalan ubi mentah, dimana kalau dulu
dizaman purbakala ubi atau singkong masih dimakan mentah sesuai dengan
keadaan zamannya yang masih awam, masih mereka-reka, sedangkan kini dizaman
tekhnologi komputer ini ubi sudah bisa dibuat orang menjadi etanol bahan bakar
mesin pesawat terbang.
Oleh karena itu kini sudah seharusnya ummat Islam ini
berusaha membongkar mengungkapkan berbagai kandungan rahasia ilmiah yang ada
didalam ayat-ayat suci Al-Quran agar Islam semakin dihargai sebagai agama
samawat, Islam tidak lagi semakin ditakuti sebagai agama jihad.
Kalau dulu di zaman Nabi Muhammad, bila berbicara dalam
hal jarak dari satu tempat ketempat lain; orang masih memakai rujukan satu
hari, dua hari, satu minggu perjalanan onta atau kuda; itu memanglah benar
sesuai dengan zamannya ketika itu. Tetapi belakangan ini, diawal abad ke 20
ini orang sudah berobah memakai istilah kendaraan bermesin. Meningkat
lagi memakai istilah kecepatan suara, kecepatan supersonic dan kini meningkat
lagi orang sudah memakai istilah kecepatan cahaya atau kecepatan pergerakan
signal atau gelombang magnet.
Sangatlah da’ifnya, kalaulah ummat Islam dizaman
tekhnologi komputer ini, satu-satunya ummat yang dikaruniai kitab
petunjuk paling super canggih dengan kandungan ilmu yang tidak terhingga (Al
Qur’an), tetapi justru masih saja harus terbenam sibuk dengan percakapan
tentang ubi rebus dan kecepatan onta. Sementara
orang-orang diluar Islam sudah berpindah maju sibuk membicarakan
produksi etanol yang juga dari ubi (singkong) dan sejak lama sudah memakai
istilah kecepatan elektron atau cahaya. Mari kita pikirkan; afala
tafakkarun, afala ta’kilun ya ulil albab. Mari kita fikirkan juga dengan
akal, bukan hanya dengan hati, perasaan dan emosi yang akhirnya cendrung menuju
kepada taklid.
Seandainya didunia ini hanya ada orang-orang seperti kita,
ummat Islam saat ini, yang cendrung beranggapan bahwa semua yang belum
terfikirkan, yang tidak terlihat lalu dianggap gaib; maka tentulah sampai kini
dunia ini akan tetap gelap gulita bila malam mendatang, paling hanya diterangi
oleh lampu lilin. Karena listrik dengan medan magnet yang tidak terlihat
atau gaib tidak akan pernah ditemukan orang, maka tentulah video, TV, Hp dan
lain sebagainya tidak akan pernah ditemukan orang sehingga komunikasi jarak
jauh akan membutuhkan waktu berhari-hari. dan seterusnya.
Apa yang diungkapkan pada tulisan ini, barulah merupakan
langkah awal dari sejumlah ungkapan berikutnya yang akan kita ungkapkan
nantinya seperti;
a.
Kalau disaat pelaksanaan hajji orang
diwajibkan wukuf, orang sudah tahu kalau ketentuan itu sebenarnya adalah merupakan
salah satu perintah untuk memperingati bahwa disanalah dulunya pertemuan mesra
nenek moyang manusia ini setelah 40 tahun terpisah.
b. Bila calon hajji disuruh sa’i, orang juga sudah tahu
bahwasanya itu adalah untuk memperingati apa yang dilakukan oleh Siti Hajar
ketika mencari air untuk anaknya Ismail.
c. Demikian juga bila para hajji disuruh memotong korban, orang pun
sudah tahu bahwasanya kegiatan itu adalah memperingati apa yang dilakukan oleh
Nabi Ibrahim as.
d. Dan kalau para hajji disuruh melontar jumrah, itu juga adalah
memperingati apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as.
e. Tetapi ketika orang diwajibkan tawaf disekeliling ka’bah, apakah
hikmahnya disebalik kewajiban ini ?. Itulah nanti yang akan kita bahas.
f. Begitu pula dengan proses kejadian banjir dizaman Nabi Nuh as,
yang akhirnya menjadikan negara tandus seperti Timur Tengah menjadi negara kaya
dengan minyak buminya; Juga dengan jelas telah diungkapkan didalam kitab
suci Al-Quran.
Selain dari itu, kini dizaman tekhnologi komputer ini
sudah patut dipertanyakan atau difikirkan; ketika Nabi Adam as masih berada
disorga, apakah keberadaan Nabi Adam as ketika itu dalam keadaan nyata atau roh
?. Atau dengan kata lain, apakah keberadaan Nabi Adam as disorga
ketika itu memang dalam keadaan nyata yang dapat dilihat dan diraba yang
artinya Nabi adam as sebenarnya memang pernah tinggal hidup pada satu tempat
nyata yang dikatakan sorga ?. Atau
ketika itu Adam tinggal disorga masih dalam keadaan roh karena harus tinggal
disorga yang masih gaib.
Pertanyaan berikutnya. Kalaulah sorga itu memang satu
tempat yang nyata, bukan gaib seperti yang difikirkan orang selama ini; lalu
dimana posisi sorga yang pernah didiami Nabi Adam as itu kini
?. Yang jelas, kalaulah sorga itu adalah satu tempat dialam
gaib; sangatlah tidak logis Nabi adam as dengan tubuh kasarnya akan hidup di
sorga yang merupakan alam gaib. Betapapun, Allah dapat berbuat apa maunya;
namun dalam kenyataanya selama ini selalu ada asbabul nuzul, sebab
akibat. Itulah hukum yang ditetapkan Allah. Tidak terjadi dengan
sendirinya, tetapi ada proses.
Namun, walaubagaimanapun; yang menjadi sasaran pokok dari
buku sederhana ini adalah mendorong ummat Islam untuk bisa menunjukkan kepada
dunia bahwa Islam itu bukanlah hanya sekedar agama shalat, bukanlah hanya
sekedar agama zikir serta tasbih, bukan hanya sekedar agama musabaqah dan
seterusnya. Tetapi lebih dari itu semua, Islam itu adalah suatu
agama yang benar-benar komplet. Islam juga agama tekhnologi yang
mampu memberikan petunjuk dan penerang dikala gelap dan samar scientific
mendatang. Meskipun petunjuk itu diberikan oleh Allah swt secara kiasan.
Tujuannya tentu saja adalah agar kita bisa bersaing dan
ada usaha. Tidak terima bersih begitu saja seperti keadaan kita
sekarang ini dimana Ummat Islam hanya tinggal pakai listrik, tinggal pakai HP,
tinggal nonton TV, tinggal naik pesawat terbang dan seterusnys; yang akhirnya
Ummat Islam jadi rebutan dunia bisnis. Bagaikan sepotong roti yang
enak jadi rebutan atau bagaikan buih yang banyak dilautan; tetapi tidak
ada daya upaya, tidak ada tenaga kekuatannya. Kehidupannya justru mesti
mengikuti arah telunjuk orang lain. Miris rasanya.
Akhirnya kepada Allah swt penulis minta ampun untuk
perbaikan tulisan ini. Kepada Pembaca penulis minta maaf bila tulisan ini
agak jelimet. Bagaimanapun pembahasan mirip seperti inilah barangkali
yang dimaksudkan dengan membaca (mengkaji) Al Qur’an. Jadi bukanlah hanya
dengan sekedar melantunkannya saja. Wass