Senin, 24 Maret 2014

Politik Itu Sebenarnya Apa dan untuk Apa?

Politik?! 1#*
OPINI | 03 March 2013 | 00:30Description: http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_baca.gif Dibaca: 211   Description: http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/img_komen.gif Komentar: 0   Description: http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_nilai.gif 0
 Sejak lama, banyak sekali orang yang berbicara tentang Politik. Tetapi banyak pula yang bingung dengan makna mendasar dari politik itu. Orang bingung; politik itu tujuannya sebenarnya apa ?, menghasilkan apa ?, untuk siapa?.

Orang menjadi semakin bingung karena banyak pula orang yang mengatakan bahwasanya politik justru tidak bisa dikaitkankan dengan masalah hukum.  Kemudian ada lagi yang mengatakan bahwasanya politik tidaklah mungkin bisa dipersandingkan dengan agama.  Sehingga timbullah berbagai pertanyaan bagi orang-orang yang berfikiran dinamis and logis.

Sebagaimana sudah sama-sama diketahui bahwasanya awalnya kenidupan ini adalah kebiasaan, lama-lama menjadi terbiasa, seterusnya menjadi teradat, selanjutnya menjadi diadatkan dan akhirnya menjadi adat meskipun bukanlah sebenarnya adat tetapi cendrung menjadi hukum.

Belakangan datanglah agama sebagai satu standar hukum yang mesti diikuti oleh semua penganutnya.  Tetapi kenapa banyak pula orang yang mengatakan bahwa politik tidak bisa disangkutpautkan dengan agama atau hukum ?.  Kenapa ?.  Itulah pertanyaan besarnya.  Oleh karena itu, mari sama-sama kita mencoba meraba, menelusurinya.  Politik itu sebenarnya apa.

Kalaulah kita merujuk kepada kata bakunya “politic”, kata ini sebenarnya adalah satu kata yang berasal dari bahasa Yunani, seperti yang dijelaskan pada kamus dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggeris yang di terjemahkan oleh Hasan Sadly pada halaman 433 dan terjemahan kamus Hornby page 748.





























Dalam kehidupan sehari-hari, seorang tukang, bila diberikan satu tugas untuk mengerjakan atau memperbaiki satu bangunan atau alat; maka si tukang akan menukangi setiap benda kerja yang diberikan kepadanya.

Demikan pula dengan politik, menurut uraian kamus; seorang politisi tugasnya adalah mempolitikiIa pandai mempolitiki rekan-rekannya supaya terpilih menjadi ketua.  It mean, “He was good at manipulating his friends so that he was chosen chairman”. Oleh karena itu, “Politik” sebenarnya adalah satu ilmu yang sangat istimewa.

Lebih lanjut, Politik tidak hanya sekedar apa yang dijelaskan oleh ungkapan kamus diatas; tetapi politik juga dapat melahirkan berbagai istilah yang sangat menarik seperti diantaranya istilah “demi kepentingan rakyat”. kadang juga bisa menjadi “prosedur” atau “dinas”, “izin” dlsb.

Menariknya, dengan istilah demi kepentingan rakyat tersebut; kini, banyak sekali orang yang bisa menjadi kaya raya. Tidak seperti Baginda RasululLah saw dulu yang karena juga pernah menggunakan istilah demi kepentingan rakyat (ummati); beliau justru harus rela berkantor didalam Ka’bah, duduk diatas kulit domba dilantai pasir menerima tamu negara, karena Beliau memang adalah kepala negara dikala itu.

Istilah menarik lainnya yang dapat dilahirkan oleh politik adalah ”izin”. Kalau dulu dulu orang memahami izin artinya adalah kelayakan. Kelayakan bangunan, kelayakan mengemudi, kelayakan jalan dlsb. Tetapi kini, izin yang dilahirkan oleh politik tujuannya bukan lagi kelayakan melainkan kaya raya. Lihat saja, meskipun sudah punya SIM, ternyata caranya mengemudi tetap saja ugal-ugalan. Meskipun sudah ada IMB, ternyata tata ruang bangunannya tetap saja amburadul.

Politik semakin menjadi menarik karena dengan politik orang bisa menghitung; gaji yang cuma 10 jt/ bln selama 5 tahun bisa menjadi 50 – 500 M.  Padahal kalau dihitung secara hitungan dagang atau tekhnik; 10 jt X 5 thn hasilnya adalah 600 jt.  Itulah makanya semakin banyak orang yang tertarik beralih kedunia politik, yaitunya suatu ilmu atau kegiatan yang dapat menjadikan orang menjadi kaya raya — Mana ada kini orang politik yang miskin, ndak ada itu.  Itulah hebatnya politik.

Lain halnya dengan kegiatan pertanian, yang menghasilkan pangan, yang menghasilkan makanan untuk semua orang termasuk orang-orang politik;  tetapi petaninya sendiri malah banyak yang miskin. Sehingga usaha pertanian kini menjadi semakin kurang menarik.  Demikianlah opininya.